Pudarnya Pesona Sakura
"Kon'nichhiwa, watashitachiha - ka'ni kaerimasu " *
"Haik, mata ashita ne" **
Saat tersenyum sepertinya mata mereka sedikit menghilang ketika menyapaku sewaktu berpapasan dikoridor kampus. Sambil tersenyum akupun keluar dari Lab, berjalan tergesa menuju parkir sepeda. Ratusan sepeda berjejer dengan rapi, lebih dari separohnya adalah milik mahasiswa dan sebagian milik para Dosen. Di parkir mobil di ujung sana hanya ada beberapa mobil milik Dosen atau ada tamu penting dari jauh yang punya urusan disini.
Aku mengambil sepeda kesayanganku, sepeda model lama, awet dengan kualitas terjamin. Aku membeli dengan harga 40 ribu yen ( sekitar Rp. 4,2 juta di Indonesia) lebih dari tiga tahun yang lalu, yang selalu ku pakai untuk memulai aktivitas harianku.
Rata-rata warga Jepang kebanyakan memilih sepeda untuk bepergian dengan jarak dekat dan lebih memilih transfortasi umum untuk bepergian jauh.
Aku merupakan salah satu dari beberapa orang Indonesia yang menjadi Dosen di Kampus Pengetahuan (Bioresources) Universitas Mie ini, cukup banyak orang Indonesia disini tapi kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa. Mahasiswa asal Indonesia memilih Universitas Mie ini karena kotanya yang tenang serta biaya hidup yang juga lebih murah dibanding dengan kota yang ada di Jepang pada umumnya.
Aku mulai mengayuh sepeda dan menatap disekelilingku, sepertinya kendaraan pribadi disini tidak sebanyak di wilayah Asia lainnya. Bukan hanya anak muda saja yang naik sepeda, bahkan rata-rata hampir dari seluruh masyarakat Jepang memakai sepeda. Bahkan pemerintah juga menyediakan lahan parkir khusus untuk sepeda.
Sepeda motor juga jarang terlihat di Jepang, ketimbang beli motor, orang Jepang lebih memilih sepeda kayuh. Setidaknya sepeda itu digunakan untuk menuju stasiun terdekat, baru disambung naik kereta api atau transfortasi umum lainnya.
langit begitu cerah, aku semakin bersemangat mengayuh sepedaku. Bunga-bunga mulai bersemi dan bermekaran. seperti biasa diawal bulan maret musim semi disini. Di Jepang satu tahun terbagi menjadi empat waktu musim.
Bulan maret sampai Mei disebut musim semi, bulan Juni sampai Agustus disebut musim panas, bulan Sepetmber sampai November disebut musim gugur, dan bulan Desember sampai Februari disebut musim dingin.
Diawal musim semi tiba jutaan orang akan berbondong-bondong datang ke Jepang. Japanese cherry blossom atau bunga sakura telah lama dikagumi oleh semua orang di dunia. Selain cantik, sakura juga dianggap sebagai pembawa keberuntungan dan simbol sebuah harapan.
Hampir setiap hari aku bersepeda menuju kampus. Rumahku tidak terlalu jauh dari kampus Mie University ini. Universitas Mie ini adalah universitas Nasional, dan seperti universitas nasional lainnya, Universitas Mie telah menjadi perusahaan universitas nasional sejak tahun 2004 dan didanai oleh negara. Universitas Mie ini masih dalam kota Tsu wilayah Kansai. Mudah dijangkau dari kota Kyota, Osaka dan Nagoya.
Aku jatuh cinta dengan Universitas ini, dengan kampus serta wilayah ini, dulu sebelum menyelesaikan pendidikan Doktor ku, enam bulan aku penelitan dikampus ini. Disini aku mulai belajar betapa ilmu sangat dihargai dinegeri sakura ini, wajar saja banyak dijumpai orang luar negri (yang bukan warga negara jepang) menjadi Dosen atau ahli sains yang bermukim disini. Selain dibayar mahal, mereka sangat nyaman disini.
Aku sudah berniat serta berjanji dalam hati aku pastikan aku kembali ke Jepang. aku menyukai lingkungannya yang rapi dan bersih, masyarakatnya yang disiplin bahkan mereka tidak mau tau dan tidak mau ikut campur urusan orang lain. Mereka sangat menghargai ilmu. maka, sekembalinya aku ketanah air dan menyelesaikan pendidikan Doktorku, kemudian ada tawaran menjadi Dosen disini tanpa pikir panjang aku langsung terima.
Oya, perkenalkan aku "LANGIT RANDANA" cukup panggil aku "LANGIT". aku asli warga negara Indonesia, tanpa embel-embel keturunan. Aku tinggal dan bermukim disini, tepatnya kota Tsu, bahkan aku menjadi Dosen dikampus Mie University ini. Aku Doktor muda asal Indonesia, lulusan terbaik Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan program study Animals Sains (Perternakan) belum menikah, cerdas dan tampan tentunya (setidaknya itu yang dibilang orang tentangku).
------------------
Pelan aku mengayuh sepeda, menikmati keindahan sore yang luar biasa. aku pastikan sebelum senja sudah sampai dirumah, rumah yang selalu membuatku nyaman.
Rumah ini rumah model lama, diberikan oleh sahabatku Prof. Hokkaido Kondo yang dulu pernah menjadi pembimbing penelitianku di Mie University. Prof. Hokkaido Kondo pindah ke Tokyo, lebih kurang 350 kilometer dari kota Tsu tempat tinggalku.
Prof. Hokkaido Kondo menitipkan rumah ini tanpa sewa untukku, katanya dia menyayangiku layaknya saudara, aku banyak berhutang jasa dan berhutang budi padanya. kerena Prof. Hokkaido Kondo lah yang awal mula menawarkan pekerjaan Dosen ini pada ku.
"Allahu Akbar" aku bertakbir dalam hati, ini adalah kemudahan yang diberika Allah SWT kepada ku. Allah SWT mengirimkan orang yang baik untukku meskipun dia tidak seiman denganku. Prof. Hokkaido Kondo sendiri adalah seorang penganut Shinto. Tapi itu tidak masalah sama-sekali untukku. Aku membayangkan rumah yang hangat dan nyaman, tak sabar ingin cepat sampai dirumah.
Sebelum senja aku sudah sampai dirumah, hunianku yang nyaman. " Assalamualaikum" meski aku tau tidak akan ada orang yang akan menjawab, hal ini sudah menjadi kebiasaanku.
Setelah membuka kunci, ku dorong pintu rumah. Rumah ini tidak terlalu besar tapi dengan model minimalis. hampir semua material rumah di Jepang ini menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak barang. Termasuk rumah yang ku tempati ini materialnya juga banyak menggunakan kayu.
Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu washitsu ( ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu, kamar tidur dan ruang keluarga), genken (area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet atau kamar mandi).
Aku berjalan perlahan kekamar, meletakkan Tas dan barang lainnya. Aku tak pernah bosan dan kesepian, ada Bubu (Kucing peranakan Persia kesayanganku) yang setia menemani. Kucing cantik ini pemberian Bagas, sahabat baruku sekitar tiga tahun yang lalu, warga negara Indonesia yang juga tinggal di Jepang. Hanya saja kami berbeda kota tempat tinggal.
Dari umur 2 bulan Bubu ku rawat, dia teman ku kala kesepian, aku sering berbicara padanya, walau Bubu tidak bisa bicara dan cuma bisa mengeong tapi puas hatiku setelah berbicara padanya. Sekarang umur Bubu sudah tiga tahun, bulunya lebat dengan badan yang gembul. Siapapun yang melihat Bubu, ku rasa orang tersebut pasti gemas melihatnya.
Sepertinya Bubu tidak menyadari kedatanganku, tapi biar saja pikirku. Kubiarkan Bubu tidur nyenyak dipojok sofa rumah.
Aku mulai masuk washiki, membasuh wajah, menggosok gigi kemudian menyiapkan air hangat untuk mandi. Mandi adalah waktu yang tebaik saat ini, apalagi seharian ini aku sibuk di kampus bahkan lama di lab dengan para mahasiswa ku.
Maghrib akan tiba, itu tandanya sebentar lagi pergantian siang dan malam akan dimulai, aku punya kewajiban sebagai muslim yaitu shalat. Meski jauh dinegri orang, aku tidak pernah lupa akan kewajibanku. bagiku dimanapun, dengan siapapun aku bergaul, aku tidak akan meninggalkan shalatku apalagi agamaku.
BERSAMBUNG
********
* Selamat sore pak, kami pulang dulu"
** Iya, silahkan. Sampai bertemu besok"
SELAMAT MEMBACA SEMUA, SEMOGA SUKA🖤
SEE U NEXT PART
ARIGATO
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Marlyn
suka.. bahasa nya bagus dan mudah di pahami.. cerita awalnya jua keliatan bagus
2020-11-25
0
Caramelatte
dan ku hadirrr membawa like dan comment
2020-11-23
1
Tary Momiawa
ikut ahh
2020-11-22
2