Pagi ini seperti biasa kelas akan dimulai, wajah pertama yang harus aku lihat adalah wajah Azayaka. Datar dia menatapku, sepertinya dia belum bisa mengartikan arti tatapanku pagi ini dan sepertinya dia mengetahui aku meliriknya dan dia terkesan biasa saja, mungkin dia sangat tidak menyadari perasaanku. Gak masalah pikirku, ini belum permulaan.
Setelah satu persatu Mahasiswa ku absen ternyata namanya Azayaka Tomizawa. Hmmm mempesona sekali...nama yang indah pikirku. Sempurna, sesempurna wajahnya yang jelita.
Ujung nama Azayaka " Tomizawa" mengingatkan ku dengan seorang seorang Jepang bernama Tomizawa Yoko, dia seorang peneliti di Pola Reasearch Instute of Beauty and Culture.
Tomizawa Yoko seorang ahli kulit, bahkan banyak buku beserta catatan penting yang dia tulis tentang standar kecantikan wanita Jepang.
Seperti hari sebelumnya, semua kembali ke Lab. Mereka semua mengikutiku berjalan ke Lab, ada yang berjalan beriringan ada yang berjalan dibelakang. Kulihat Kelopak Sakura ku berjalan dibelakang, aku menoleh sejenak kearahnya tanpa berkata apa-apa.
Instruksi tugas Lab sudah terjadwal dan terstruktur sebelumnya, jadi Mahasiswa tinggal melanjutkan saja. Lebih dua jam di Lab, sebentar lagi pembelajaran habis. Setelah pembelajaran habis aku ingin cepat pulang, tanpa sengaja aku kembali bertemu dengan Kelopak Sakura ku. Dia tersenyum kearahku.
"*Sense"*
"Haik "**
"Le ni kaeritaiduse* ?"***
"Nai? ****
"Doko ni sunde imasu ka*? "*****
"Daigaku chikaku no apato, kyo wa supa ni ikitaidesu*************
"Supa ni mo ikitaiduse, issho ni ikou "*******Pintaku memberanikan diri. Ku lihat dia tersenyum mengiyakan. Kami berjalan bareng sambil mendorong sepeda masing-masing ke supermarket yang tidak jauh dari kampus. Banyak hal yang kami ceritakan, dia juga banyak bercerita tentang keluarganya, juga tentang desa Asuka yang jauh dari Kota Tsu.
Setelah belanja beberapa barang , kami menuju kasir membayar masing-masing belanjaan kami. Awalnya aku ingin membayar belanjaannya, tapi dia menolak dengan halus. Aku tidak keberatan membayar belanjaannya, aku tidak kekurangan apapun dinegara ini. Aku punya banyak uang, ilmu ku sangat di hargai disini.
Aku hanya diam memperhatikan sikap dan penolakannya, sikap yang murni tanpa basa-basi. Aku jadi ingat seseorang yang dulu aku sangat dekat dengannya, bahkan aku sangat mencintai dan menyayanginya.Namanya Rema,cinta pertamaku, tidak susah payah mendapatkan balasan cintanya,tapi sangat berat untuk mempertahankannya. Dia wanita tercantik dikampung kami, dengan wajah sedikit blasteran Belanda, aku menggilainya semenjak dia mulai remaja. Jarak umur kami hanya sekitar 3 tahun, aku dan dia satu sekolah. Lama aku memendam perasaan padanya, setelah tamat sekolah aku baru berani mengungkapkan tentang cintaku padanya. Aku berjanji pada Rema akan selalu setia dan membahagiakannya.
Sejak aku mapan aku selalu mengabulkan apa yang dia minta, rengekannya seolah perintah untukku. Tangisannya seolah musibah bagiku. Aku sangat takut Rema kecewa apalagi terluka.Ya boleh dibilang lebih dari separuh hidupnya aku yang tanggung tapi ternyata dia memanfaatkan kebaikanku, mendustaiku, mengecewakanku.
Hatiku sakit mengingat itu. Bahkan ketika ku tanya mengapa dia melakukan semua itu, dia beralasan kelurga besarnya tidak menginginkan ku. Aku tidak yakin dengan hatiku, apakah dia jujur dengan ucapannya atau karna memang ini cara terbaiknya selingkuh dariku.
Setelah belanja selesai, Azayaka Tomizawa pamit pulang keapertemennya. Azayaka tinggal diapertemen, dia tinggal disana sendiri bergabung dengan mahasiswa lain yang juga menuntut ilmu di negri sakura ini. Setelah dia berlalu sekitar dua meter aku memanggilnya...
"Azayaka..." Dia menoleh kearahku dengan senyumnya yang meluluhkan jiwaku
"Haik"
"Anata no kei *** bango o ashiete"********
"Haik 07####"
"Arigato, sayonara"
Aku menatap sumringah, seolah ada jutaan kelopak sakura dan kupu-kupu dengan berbagai warna sedang melingkar mengelilingi ku.
Hatiku sangat berbunga-bunga, aku yakin hari ini dan selanjutnya pasti jadi hari yang indah.
Aku mengayuh sepedaku kembali menuju rumah, sore yang indah tidak seindah hatiku yang lagi kasmaran. Entah mengapa ini melebihi dahsyatnya cinta pertama, cinta yang tak terduga.
Siapa sangka aku jatuh cinta dengan gadis Jepang, bahkan akupun tidak menduganyanya. Mungkin ini impas setelah sekian lama dulu aku pernah kecewa dan terluka. Akupun semakin bersemangat untuk punya niat tinggal dan menetap di Kota Tsu ini. Selamanya.
---------------------
Bisa saja aku tidak akan pulang dalam waktu lama, mungkin suatu saat kalau ada keperluan aku baru pulang Tanah air. Lagipun untuk apa aku pulang? siapa yang aku tuju? ibuku sudah lama tiada. Ayah? bahkan sudah lama menikah dengan pujaan hatinya jauh sebelum ibuku meninggal.
Dari umur 12 tahun, aku, Amak(Ibu), dan adik-adikku mulai tinggal bersama nenek dan datuk (Sebagian orang Sumatra memanggil Kakek dengan panggilan datuk).
Kini lelaki yang ku panggil "ayah" itu sudah mulai menua, hidup bahagia dengan istrinya. Bertahun-tahun dulu dia meninggalkan dan mencampakkan kami begitu saja. (Amak, aku, Awan dan Bumi adikku). Aku tiga bersaudara, laki-laki semua. Aku yang tertua, adikku Awan Rinandes, dan Bumi Henanggara.
Bertahun pula Amak, aku serta adik-adikku hidup dalam kesedihan dan kepiluan. Bahkan Amak meninggal dalam dukanya, dalam rindunya, tentang cinta tak bertepinya pada ayah. Bahkan nama ayah masih sempat terucap sebelum nafas di ujung lidahnya. Amak terkulai lemas di lengan kanan ku, merintih sedih di ujung penghabisan nafasnya. Aku yang mulai lemah melatihnya melafaskan kalimat terakhirnya "Syahadat dan Tauhid Illahi", akhirnya Amak pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Aku sendiri yang menjadi imam shalat mayitnya, waktu itu umurku baru 18 tahun, aku juga yang pertama kali menyambut jasadnya ketika terakhir kali Amak akan ditanamkan ke perut bumi ini. Disaat itu juga beban tanggung jawab tentang adik-adikku sudah sah di tangan dan pundakku.
sekarang Awan, dan Bumi sudah dewasa, bahkan Awan sudah menikah dan punya anak, hidupnyapun sudah cukup berada sebagai pengusaha Madu. Bahkan madunya sudah sampai melanglang buana ke luar negri.
Sedangkan Bumi kini di tinggal Bekasi, Bumi Belum menikah. Hidupnyapun sudah mapan dan cukup sukses, Bumi mengembangkan usahanya dalam bidang tekstil dan pakaian anak. Boleh dikatakan Bumi sudah punya segalanya yang waktu kami kecil dulu kami tidak punya.
Alhamdulillah adik-adikku sudah mapan semua, meski dulu ayah tak pernah berada disamping kami. Aku tidak membencinya, bagaimanapun dia ayahku, tapi hati kecilku tetap kecewa dan luka bila mengingatnya.
Aku sudah sampai dirumah, kemudian mandi dan membersihkan tubuhku, istirahat sebentar sambil menunggu setelah shalat maghrib dan makan malam, tidak lama kemudian shalat isya. Sebelum Istirahat malam ini, aku kembali teringat Azayaka. Aku merindukannya.
......
BERSAMBUNG
iya, mau pulang?"***
Oya, aku juga mau kesana, mari sama-sama kesana"*****
Terimakasih ya sudah membaca.
NANTIKAN YA KISAH BERIKUTNYA YANG LEBIH SERU
ARIGATO
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Dewita Sari
baiknya arti dari percakapan bgs jepangnya langsung di tulis dalam Tanda kurung,supaya bacanya seru..sambil belajar..kalo dibawah cerita baru ditulis,itu biasanya kalo Kita baca di buku,kl di hp repot bolak balik..
2020-11-27
0
Marlyn
thor sebaiknya klo ada bahasa jepang, lgsg kasih terjemahan di sampingnya.. klo di bag bawah keburu lupa sama dialognya 🙏🙏🙏
2020-11-25
0
Caramelatte
semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"
2020-11-23
0