NovelToon NovelToon

Pudarnya Pesona Sakura

Mie University

"Kon'nichhiwa, watashitachiha - ka'ni kaerimasu " *

"Haik, mata ashita ne" **

Saat tersenyum sepertinya mata mereka sedikit menghilang ketika menyapaku sewaktu berpapasan dikoridor kampus. Sambil tersenyum akupun keluar dari Lab, berjalan tergesa menuju parkir sepeda. Ratusan sepeda berjejer dengan rapi, lebih dari separohnya adalah milik mahasiswa dan sebagian milik para Dosen. Di parkir mobil di ujung sana hanya ada beberapa mobil milik Dosen atau ada tamu penting dari jauh yang punya urusan disini.

Aku mengambil sepeda kesayanganku, sepeda model lama, awet dengan kualitas terjamin. Aku membeli dengan harga 40 ribu yen ( sekitar Rp. 4,2 juta di Indonesia) lebih dari tiga tahun yang lalu, yang selalu ku pakai untuk memulai aktivitas harianku.

Rata-rata warga Jepang kebanyakan memilih sepeda untuk bepergian dengan jarak dekat dan lebih memilih transfortasi umum untuk bepergian jauh.

Aku merupakan salah satu dari beberapa orang Indonesia yang menjadi Dosen di Kampus Pengetahuan (Bioresources) Universitas Mie ini, cukup banyak orang Indonesia disini tapi kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa. Mahasiswa asal Indonesia memilih Universitas Mie ini karena kotanya yang tenang serta biaya hidup yang juga lebih murah dibanding dengan kota yang ada di Jepang pada umumnya.

Aku mulai mengayuh sepeda dan menatap disekelilingku, sepertinya kendaraan pribadi disini tidak sebanyak di wilayah Asia lainnya. Bukan hanya anak muda saja yang naik sepeda, bahkan rata-rata hampir dari seluruh masyarakat Jepang memakai sepeda. Bahkan pemerintah juga menyediakan lahan parkir khusus untuk sepeda.

Sepeda motor juga jarang terlihat di Jepang, ketimbang beli motor, orang Jepang lebih memilih sepeda kayuh. Setidaknya sepeda itu digunakan untuk menuju stasiun terdekat, baru disambung naik kereta api atau transfortasi umum lainnya.

langit begitu cerah, aku semakin bersemangat mengayuh sepedaku. Bunga-bunga mulai bersemi dan bermekaran. seperti biasa diawal bulan maret musim semi disini. Di Jepang satu tahun terbagi menjadi empat waktu musim.

Bulan maret sampai Mei disebut musim semi, bulan Juni sampai Agustus disebut musim panas, bulan Sepetmber sampai November disebut musim gugur, dan bulan Desember sampai Februari disebut musim dingin.

Diawal musim semi tiba jutaan orang akan berbondong-bondong datang ke Jepang. Japanese cherry blossom atau bunga sakura telah lama dikagumi oleh semua orang di dunia. Selain cantik, sakura juga dianggap sebagai pembawa keberuntungan dan simbol sebuah harapan.

Hampir setiap hari aku bersepeda menuju kampus. Rumahku tidak terlalu jauh dari kampus Mie University ini. Universitas Mie ini adalah universitas Nasional, dan seperti universitas nasional lainnya, Universitas Mie telah menjadi perusahaan universitas nasional sejak tahun 2004 dan didanai oleh negara. Universitas Mie ini masih dalam kota Tsu wilayah Kansai. Mudah dijangkau dari kota Kyota, Osaka dan Nagoya.

Aku jatuh cinta dengan Universitas ini, dengan kampus serta wilayah ini, dulu sebelum menyelesaikan pendidikan Doktor ku, enam bulan aku penelitan dikampus ini. Disini aku mulai belajar betapa ilmu sangat dihargai dinegeri sakura ini, wajar saja banyak dijumpai orang luar negri (yang bukan warga negara jepang) menjadi Dosen atau ahli sains yang bermukim disini. Selain dibayar mahal, mereka sangat nyaman disini.

Aku sudah berniat serta berjanji dalam hati aku pastikan aku kembali ke Jepang. aku menyukai lingkungannya yang rapi dan bersih, masyarakatnya yang disiplin bahkan mereka tidak mau tau dan tidak mau ikut campur urusan orang lain. Mereka sangat menghargai ilmu. maka, sekembalinya aku ketanah air dan menyelesaikan pendidikan Doktorku, kemudian ada tawaran menjadi Dosen disini tanpa pikir panjang aku langsung terima.

Oya, perkenalkan aku "LANGIT RANDANA" cukup panggil aku "LANGIT". aku asli warga negara Indonesia, tanpa embel-embel keturunan. Aku tinggal dan bermukim disini, tepatnya kota Tsu, bahkan aku menjadi Dosen dikampus Mie University ini. Aku Doktor muda asal Indonesia, lulusan terbaik Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan program study Animals Sains (Perternakan) belum menikah, cerdas dan tampan tentunya (setidaknya itu yang dibilang orang tentangku).

------------------

Pelan aku mengayuh sepeda, menikmati keindahan sore yang luar biasa. aku pastikan sebelum senja sudah sampai dirumah, rumah yang selalu membuatku nyaman.

Rumah ini rumah model lama, diberikan oleh sahabatku Prof. Hokkaido Kondo yang dulu pernah menjadi pembimbing penelitianku di Mie University. Prof. Hokkaido Kondo pindah ke Tokyo, lebih kurang 350 kilometer dari kota Tsu tempat tinggalku.

Prof. Hokkaido Kondo menitipkan rumah ini tanpa sewa untukku, katanya dia menyayangiku layaknya saudara, aku banyak berhutang jasa dan berhutang budi padanya. kerena Prof. Hokkaido Kondo lah yang awal mula menawarkan pekerjaan Dosen ini pada ku.

"Allahu Akbar" aku bertakbir dalam hati, ini adalah kemudahan yang diberika Allah SWT kepada ku. Allah SWT mengirimkan orang yang baik untukku meskipun dia tidak seiman denganku. Prof. Hokkaido Kondo sendiri adalah seorang penganut Shinto. Tapi itu tidak masalah sama-sekali untukku. Aku membayangkan rumah yang hangat dan nyaman, tak sabar ingin cepat sampai dirumah.

Sebelum senja aku sudah sampai dirumah, hunianku yang nyaman. " Assalamualaikum" meski aku tau tidak akan ada orang yang akan menjawab, hal ini sudah menjadi kebiasaanku.

Setelah membuka kunci, ku dorong pintu rumah. Rumah ini tidak terlalu besar tapi dengan model minimalis. hampir semua material rumah di Jepang ini menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak barang. Termasuk rumah yang ku tempati ini materialnya juga banyak menggunakan kayu.

Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu washitsu ( ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu, kamar tidur dan ruang keluarga), genken (area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet atau kamar mandi).

Aku berjalan perlahan kekamar, meletakkan Tas dan barang lainnya. Aku tak pernah bosan dan kesepian, ada Bubu (Kucing peranakan Persia kesayanganku) yang setia menemani. Kucing cantik ini pemberian Bagas, sahabat baruku sekitar tiga tahun yang lalu, warga negara Indonesia yang juga tinggal di Jepang. Hanya saja kami berbeda kota tempat tinggal.

Dari umur 2 bulan Bubu ku rawat, dia teman ku kala kesepian, aku sering berbicara padanya, walau Bubu tidak bisa bicara dan cuma bisa mengeong tapi puas hatiku setelah berbicara padanya. Sekarang umur Bubu sudah tiga tahun, bulunya lebat dengan badan yang gembul. Siapapun yang melihat Bubu, ku rasa orang tersebut pasti gemas melihatnya.

Sepertinya Bubu tidak menyadari kedatanganku, tapi biar saja pikirku. Kubiarkan Bubu tidur nyenyak dipojok sofa rumah.

Aku mulai masuk washiki, membasuh wajah, menggosok gigi kemudian menyiapkan air hangat untuk mandi. Mandi adalah waktu yang tebaik saat ini, apalagi seharian ini aku sibuk di kampus bahkan lama di lab dengan para mahasiswa ku.

Maghrib akan tiba, itu tandanya sebentar lagi pergantian siang dan malam akan dimulai, aku punya kewajiban sebagai muslim yaitu shalat. Meski jauh dinegri orang, aku tidak pernah lupa akan kewajibanku. bagiku dimanapun, dengan siapapun aku bergaul, aku tidak akan meninggalkan shalatku apalagi agamaku.

BERSAMBUNG

********

* Selamat sore pak, kami pulang dulu"

** Iya, silahkan. Sampai bertemu besok"

SELAMAT MEMBACA SEMUA, SEMOGA SUKA🖤

SEE U NEXT PART

ARIGATO

Dia Gadis Sakura

Seperti biasa makan malamku ditemani silincah Bubu, semenjak bermukim dikota Tsu seleraku mulai berubah. Aku jarang makan makanan yang berkarbohidrat, dulu ku kira aku tidak bisa hidup tanpa nasi.

Hampir tiga bulan lidah dan perutku melakukan penyesuaian. Wajar saja karena nasi memang sudah jadi makanan pokok orang Indonesia dan akhirnya aku mampu melakukannya, tentunya dengan tekad dan kesungguhan yang kuat.

Sekarang Sukiyaki adalah menu favoritku. Sukiyaki sendiri adalah makanan yang teridri dari irisan tipis daging sapi, sayuran, dan tahu yang dimasak diatas meja didalam panci besi.

Sukiyaki telah tersebar luas di Jepang sejak berakhirnya zaman samurai di akhir abad ke-19. Pada awalnya, cara makan sukiyaki adalah dengan memasukkan sedikit saus ke dalam panci besi, kemudian diikuti dengan memanggang irisan daging sapi satu persatu dengan api yang panas.

Sukiyaki bukan hanya terkenal dan tersebar keseluruh wilayah Jepang, namun hampir diseluruh negara di dunia sudah mengenal sukiyaki. Bahkan sukiyaki sudah tersedia di semua restoran ala Jepang di Indonesia. Meskipun tidak seenak sukiyaki buatan langsung dari Jepang, namun sukiyaki ini selalu jadi menu pavorit pagi para pecinta kuliner di akhir pekan.

Pemilihan nama 'sukiyaki' terlahir karena zaman dahulu ketika orang-orang sedang bertani diladang, mereka sering menggunakan alat pertanian dari besi yang disebut "suki" untuk memanggang daging **** hutan liar. Hal itu menjadi asal mula masakan sukiyaki yang dipanggang diatas plat besi.

Sukiyaki dimakan dengan cara dicelupkan terlebih dahulu kedalam kocokan telur ayam, sebagai pelengkap biasanya sukiyaki aku tambahkan dengan sayuran seperti bawang bombay, jamur shiitake, sawi putih dan ito konnyaku yang berbentuk seperti soun, tidak lupa penyedapnya gula pasir dan kecap asin.

Sebenarnya rasa manis dan asin sukiyaki sangat cocok untuk dinikmati dengan nasi putih. Tapi aku jarang memakan nasi, mengingat aku takut makan makanan yang berkarbohidrat tinggi.

Biasanya sukiyaki aku sajikan bersama dengan sedikit udon ( mie Jepang yang berukuran agak besar yang terbuat dari tepung gandum).

----------------

Setelah kurasa cukup, aku menghentikan makanku. Kalau makan dalam jumlah yang banyak tentu akan menimbun kalori dalam tubuh dan ini sangat tidak baik untuk kesehatan. Setelah shalat isya aku menghidupkan laptop, memeriksa beberapa E-mail yang masuk.

Ada beberapa pesan E-mail yang masuk dari Remon. Remon adalah sahabat seperjuanganku menempuh Sarjana Srata satu ku di Pekanbaru, Riau. Berasal dari jurusan yang sama serta kampus yang sama, bedanya aku lebih duluan tamat dari Remon dengan peringkat Cumlaude.

Banyak suka duka yang kami lalui bersama. Remon anak yang baik dan jujur, dia tempat ceritaku. Aku banyak curhat tentang keluargaku, bahkan tentang perasaan ku tentang seseorang padanya. Remon selalu memberikan solusi terbaik dan pandangan yang bagus padaku, sehingga aku selalu bisa menyelesaikan setiap masalah yang kuhadapi.

Sekarang Remon sudah menikah tapi belum punya anak, Remon bekerja disebuah perusahan perternakan besar di pulau Sumatra. Sahabatku yang satu ini sudah sukses sekarang. Remon bertanya kabar dan bertanya kapan pulang. pulang??? Ah Remon, pertanyaan macam apa ini? Maafkan aku Mon, aku tidak menjawab pesanmu sekarang, aku sendiri tidak tau kapan akan pulang.

Beralih ke pesan berikutnya, ada belasan pesan yang masuk dari daigakusee.* Mahasiswa baru diawal semester tahun baru sebelumnya, aku belum terlalu kenal mereka. Beda dengan sebagian mahasiswa Indonesia, yang cepat mengakrabkan diri dengan Dosen.

Mahasiswa di Jepang terkesan lebih serius dan pendiam, mereka rajin bertanya kalau ada yang tidak mereka mengerti ketika masuk Rikashitsu.** Aktifitasku sering di Rikashitsu, karna Jurusan yang ku ampu memang menuntutnya seperti itu.

Aku rasa tugasku kali ini sudah selesai. Aku ingin beristirahat cepat malam ini, perlahan kubaringkan tubuhku, kedua tanganku ku lingkarkan dibawah kepala, entah mengapa kali ini mata belum bisa diajak kompromi.

Beberapa malam ini sebelum tidur wajah gadis itu selalu membayang dimata, dihati, dikalbu, dipikiranku. Aku bertemu dengannya lima hari yang lalu didepan Kampus.

Dia berjalan terburu-buru, tanpa sengaja dia menabrakku. Aku melihat kebawah kaki ku, kulihat beberapa buku berserakan. Tapi ini bukan salahku, dia yang menabrakku duluan padahal aku sudah berjalan cukup pelan.

" Gomen"***

" Ok, Mondainai"****

Tanpa sengaja kami bertatapan. Degh... entah mengapa jantungku langsung berdegup. Oh My God, lihatlah betapa cantiknya gadis ini. beberapa tahun tinggal di Kota Tsu ini, untuk pertama kalinya aku yakin inilah kelopak sakura bagai mutiara yang mampu meraba, menyentuh hatiku.

Dia tersenyum padaku memperlihatkan giginya yang putih bersih, lesung pipi dikiri kanan pipinya sebagai pelengkap kilaunya, hidungnya yang kecil mancung, mata yang sedikit sipit, bulu mata yang lentik bergerak indah mengikuti irama kedip matanya. Betul, inilah kelopak sakura yang kucari, tidak ada yang seperti ini dibelahan bumi manapun, aku yakin yang seperti ini pasti juga tidak ada dinegriku.

Aku ingin mendapatkan kelopak sakura ini, aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Entah motivasi apa dan dari mana pikiran ku bisa seperti ini. Aku tidak peduli, apapun rintangan nanti pasti akan kuhadapi, pasti.

Kuperhatikan dia berlalu pergi

berjalan gemulai laksana kupu-kupu menari

meninggalkan bekas senyum dan cinta dihati

Oh kelopak sakuraku.....

Aku begitu menginginkanmu

Hari sudah mulai larut malam, perlahan mataku mulai mengantuk. Aku menduga-duga di dalam hati apakah besok kami akan bertemu kembali. Aku sangat berharap kembali bertemu dengan Azayaka nanti.

Subuh sudah berlalu, gelap perlahan mulai hilang berganti dengan pagi musim semi yang indah, hatiku bernyanyi melewati jalan musim semi pagi ini, seolah-olah pagi tau hati ku sedang mekar semekar sakura diujung jalan sana.

Seperti biasa sampai dikampus kuparkir sepeda, sudah banyak sepeda yang berjejer dihadapanku, beberapa mahasiswa yang mengenal dan masuk kelasku langsung menyapaku.

" Ohayogozaimasta" *****

" Haik, Ohayogozaimasta" ******

Pagi ini seperti biasa sebelum kuliah dimulai, aku absen nama mahasiswaku satu persatu. Kalau sebelumnya ketika mengabsen mahasiswa aku tidak begitu memandang wajah mereka, bahkan ketika di Lab pun aku tidak begitu memperhatikan wajah mereka.

Biasanya aku lebih fokus pada materi yang diajarkan, dilaborpun aku sibuk dengan penelitianku. Bagiku sekali menyelam minum air, disamping menjadi Sensee disini aku ingin lanjut penelitian untuk karya dan level Profesorku nanti.

Kali ini Deghh...tanpa sengaja aku kembali menemukan kelopak sakura ku. Begitu bening dan bercahaya dia pagi ini dengan wajahnya yang lembut. Ternyata dia mahasiswa ku.

Hatiku girang bukan kepalang, aku tersenyum sendiri menatap dia dari mejaku.

......

BERSAMBUNG

Mahasiswa*

Labor Penelitian**

Maaf***

Iya, tidak apa-apa****

Selamat pagi Pak*****

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA, NANTIKAN CERITA BERIKUTNYA YANG LEBIH SERU.

SEE U NEXT PART

ARIGATO

Azayaka Tomizawa Sakuraku yang Mempesona

Pagi ini seperti biasa kelas akan dimulai, wajah pertama yang harus aku lihat adalah wajah Azayaka. Datar dia menatapku, sepertinya dia belum bisa mengartikan arti tatapanku pagi ini dan sepertinya dia mengetahui aku meliriknya dan dia terkesan biasa saja, mungkin dia sangat tidak menyadari perasaanku. Gak masalah pikirku, ini belum permulaan.

Setelah satu persatu Mahasiswa ku absen ternyata namanya Azayaka Tomizawa. Hmmm mempesona sekali...nama yang indah pikirku. Sempurna, sesempurna wajahnya yang jelita.

Ujung nama Azayaka " Tomizawa" mengingatkan ku dengan seorang seorang Jepang bernama Tomizawa Yoko, dia seorang peneliti di Pola Reasearch Instute of Beauty and Culture.

Tomizawa Yoko seorang ahli kulit, bahkan banyak buku beserta catatan penting yang dia tulis tentang standar kecantikan wanita Jepang.

Seperti hari sebelumnya, semua kembali ke Lab. Mereka semua mengikutiku berjalan ke Lab, ada yang berjalan beriringan ada yang berjalan dibelakang. Kulihat Kelopak Sakura ku berjalan dibelakang, aku menoleh sejenak kearahnya tanpa berkata apa-apa.

Instruksi tugas Lab sudah terjadwal dan terstruktur sebelumnya, jadi Mahasiswa tinggal melanjutkan saja. Lebih dua jam di Lab, sebentar lagi pembelajaran habis. Setelah pembelajaran habis aku ingin cepat pulang, tanpa sengaja aku kembali bertemu dengan Kelopak Sakura ku. Dia tersenyum kearahku.

"*Sense"*

"Haik "**

"Le ni kaeritaiduse* ?"***

"Nai? ****

"Doko ni sunde imasu ka*? "*****

"Daigaku chikaku no apato, kyo wa supa ni ikitaidesu*************

"Supa ni mo ikitaiduse, issho ni ikou "*******Pintaku memberanikan diri. Ku lihat dia tersenyum mengiyakan. Kami berjalan bareng sambil mendorong sepeda masing-masing ke supermarket yang tidak jauh dari kampus. Banyak hal yang kami ceritakan, dia juga banyak bercerita tentang keluarganya, juga tentang desa Asuka yang jauh dari Kota Tsu.

Setelah belanja beberapa barang , kami menuju kasir membayar masing-masing belanjaan kami. Awalnya aku ingin membayar belanjaannya, tapi dia menolak dengan halus. Aku tidak keberatan membayar belanjaannya, aku tidak kekurangan apapun dinegara ini. Aku punya banyak uang, ilmu ku sangat di hargai disini.

Aku hanya diam memperhatikan sikap dan penolakannya, sikap yang murni tanpa basa-basi. Aku jadi ingat seseorang yang dulu aku sangat dekat dengannya, bahkan aku sangat mencintai dan menyayanginya.Namanya Rema,cinta pertamaku, tidak susah payah mendapatkan balasan cintanya,tapi sangat berat untuk mempertahankannya. Dia wanita tercantik dikampung kami, dengan wajah sedikit blasteran Belanda, aku menggilainya semenjak dia mulai remaja. Jarak umur kami hanya sekitar 3 tahun, aku dan dia satu sekolah. Lama aku memendam perasaan padanya, setelah tamat sekolah aku baru berani mengungkapkan tentang cintaku padanya. Aku berjanji pada Rema akan selalu setia dan membahagiakannya.

Sejak aku mapan aku selalu mengabulkan apa yang dia minta, rengekannya seolah perintah untukku. Tangisannya seolah musibah bagiku. Aku sangat takut Rema kecewa apalagi terluka.Ya boleh dibilang lebih dari separuh hidupnya aku yang tanggung tapi ternyata dia memanfaatkan kebaikanku, mendustaiku, mengecewakanku.

Hatiku sakit mengingat itu. Bahkan ketika ku tanya mengapa dia melakukan semua itu, dia beralasan kelurga besarnya tidak menginginkan ku. Aku tidak yakin dengan hatiku, apakah dia jujur dengan ucapannya atau karna memang ini cara terbaiknya selingkuh dariku.

Setelah belanja selesai, Azayaka Tomizawa pamit pulang keapertemennya. Azayaka tinggal diapertemen, dia tinggal disana sendiri bergabung dengan mahasiswa lain yang juga menuntut ilmu di negri sakura ini. Setelah dia berlalu sekitar dua meter aku memanggilnya...

"Azayaka..." Dia menoleh kearahku dengan senyumnya yang meluluhkan jiwaku

"Haik"

"Anata no kei *** bango o ashiete"********

"Haik 07####"

"Arigato, sayonara"

Aku menatap sumringah, seolah ada jutaan kelopak sakura dan kupu-kupu dengan berbagai warna sedang melingkar mengelilingi ku.

Hatiku sangat berbunga-bunga, aku yakin hari ini dan selanjutnya pasti jadi hari yang indah.

Aku mengayuh sepedaku kembali menuju rumah, sore yang indah tidak seindah hatiku yang lagi kasmaran. Entah mengapa ini melebihi dahsyatnya cinta pertama, cinta yang tak terduga.

Siapa sangka aku jatuh cinta dengan gadis Jepang, bahkan akupun tidak menduganyanya. Mungkin ini impas setelah sekian lama dulu aku pernah kecewa dan terluka. Akupun semakin bersemangat untuk punya niat tinggal dan menetap di Kota Tsu ini. Selamanya.

---------------------

Bisa saja aku tidak akan pulang dalam waktu lama, mungkin suatu saat kalau ada keperluan aku baru pulang Tanah air. Lagipun untuk apa aku pulang? siapa yang aku tuju? ibuku sudah lama tiada. Ayah? bahkan sudah lama menikah dengan pujaan hatinya jauh sebelum ibuku meninggal.

Dari umur 12 tahun, aku, Amak(Ibu), dan adik-adikku mulai tinggal bersama nenek dan datuk (Sebagian orang Sumatra memanggil Kakek dengan panggilan datuk).

Kini lelaki yang ku panggil "ayah" itu sudah mulai menua, hidup bahagia dengan istrinya. Bertahun-tahun dulu dia meninggalkan dan mencampakkan kami begitu saja. (Amak, aku, Awan dan Bumi adikku). Aku tiga bersaudara, laki-laki semua. Aku yang tertua, adikku Awan Rinandes, dan Bumi Henanggara.

Bertahun pula Amak, aku serta adik-adikku hidup dalam kesedihan dan kepiluan. Bahkan Amak meninggal dalam dukanya, dalam rindunya, tentang cinta tak bertepinya pada ayah. Bahkan nama ayah masih sempat terucap sebelum nafas di ujung lidahnya. Amak terkulai lemas di lengan kanan ku, merintih sedih di ujung penghabisan nafasnya. Aku yang mulai lemah melatihnya melafaskan kalimat terakhirnya "Syahadat dan Tauhid Illahi", akhirnya Amak pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Aku sendiri yang menjadi imam shalat mayitnya, waktu itu umurku baru 18 tahun, aku juga yang pertama kali menyambut jasadnya ketika terakhir kali Amak akan ditanamkan ke perut bumi ini. Disaat itu juga beban tanggung jawab tentang adik-adikku sudah sah di tangan dan pundakku.

sekarang Awan, dan Bumi sudah dewasa, bahkan Awan sudah menikah dan punya anak, hidupnyapun sudah cukup berada sebagai pengusaha Madu. Bahkan madunya sudah sampai melanglang buana ke luar negri.

Sedangkan Bumi kini di tinggal Bekasi, Bumi Belum menikah. Hidupnyapun sudah mapan dan cukup sukses, Bumi mengembangkan usahanya dalam bidang tekstil dan pakaian anak. Boleh dikatakan Bumi sudah punya segalanya yang waktu kami kecil dulu kami tidak punya.

Alhamdulillah adik-adikku sudah mapan semua, meski dulu ayah tak pernah berada disamping kami. Aku tidak membencinya, bagaimanapun dia ayahku, tapi hati kecilku tetap kecewa dan luka bila mengingatnya.

Aku sudah sampai dirumah, kemudian mandi dan membersihkan tubuhku, istirahat sebentar sambil menunggu setelah shalat maghrib dan makan malam, tidak lama kemudian shalat isya. Sebelum Istirahat malam ini, aku kembali teringat Azayaka. Aku merindukannya.

......

BERSAMBUNG

iya, mau pulang?"***

Oya, aku juga mau kesana, mari sama-sama kesana"*****

Terimakasih ya sudah membaca.

NANTIKAN YA KISAH BERIKUTNYA YANG LEBIH SERU

ARIGATO

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!