Mama, Apa Salahku?!
"Aku sudah berulang kali mengatakan, aku tidak mau melahirkan anak ini, bu..." Jerit Riana saat merasa perutnya semakin membesar, dia hamil padahal saat ini dia masih siswa di kelas tiga SMA.
"Lalu, kamu ingin menggugurkan kandunganmu?" Tanya Farida pada putri semata wayangnya itu.
"Iya. Tapi ibu selalu menggagalkan rencanaku untuk membuang janin ini. Aku takut, bu!! Bagaimana kalau sampai semua orang tahu tentang ini? Aku masih mau sekolah, bu. Satu semester lagi aku akan lulus. Aku malu."
Buuuggg
Buuuggg
Berkali kali Riana memukul permukaan perutnya yang sudah terlihat jelas membuncit itu.
"Semua ini karena baj*ng*n itu. Harusnya ibu membunuhnya saat itu juga." Gumam Farida mengingat hari saat dia melihat Riana di perk*s* oleh preman di sore itu.
FLASHBACK ON
Riana pulang sekolah agak sorean dari biasanya, karena harus mengikuti jam pelajaran tambahan. Maklum, kalau sudah kelas tiga SMA memang banyak mata pelajaran tambahan untuk membantu saat menghadapi ujian akhir kelulusan nanti.
"Bu, aku pulang naik angkot saja." Ucap Riana melalui sambungan telepon dengan Ibu nya.
"Ya sudah, kamu hati hati ya, nak. Ibu nggak bisa jemput, soalnya masih banyak pelanggan yang datang ke toko." Sahut Farida yang masih melayani pelanggan yang membeli di toko kue nya.
"Iya bu, aku juga sudah biasa kok pulang sendirian."
Riana tersenyum dan mengucap salam sebelum menutup panggilan itu. Namun, sebelum panggilannya benar benar dia akhiri, tiba tiba ada pria aneh berpakaian bak preman, wajahnya tertutup masker hitam, pria itu juga memakai topi hitam dan dia langsung membekap mulut Riana.
"Mmmhppp... Ibu... Bu... Mmmhhhpp to-tolong!!!" Pekik Riana yang terdengar oleh ibunya karena panggilannya masih tersambung.
"Lepaskan aku!!!" Jerit Riana sambil berontak, tapi dia kalah kuat dari pria yang menarik paksa tubuhnya.
Berulang kali Riana meminta tolong, tapi tidak ada yang datang menolongnya karena memang ini jalanan sepi dan jauh dari pemukiman.
Tubuh Riana di lempar dengan kasar ke dalam bangunan tua, kotor dan bau. Bangunan itu bekas rumah yang sudah lama tidak ditempati lagi.
"Jangan apa apakan aku!!! Hiiikssss, IBU!!!"
Pria itu tidak peduli sama sekali dengan jeritan memilukan dari mulut Riana. Dia terus melakukan aksinya, memaksa Riana untuk menjadi pelampiasan hasrat biologisnya.
"Aaakkkhhh!!! Saaakkkiiitt!!!"
Jerit tangis pilu Riana yang malang saat pria itu dengan tidak berperasaan merenggut kesuciannya.
Sementara itu, Farida yang mendengar jeritan putrinya melalui sambungan telepon pun langsung bergegas meningggalkan toko kue nya. Dia menyetop ojek dan minta diantar menuju ke sekolah Riana.
"Cepat, mas. Anak saya dalam bahaya!"
Supir ojek itu pun tancap gas menuju alamat yang dikatakan Farida.
"Semoga tidak terjadi apa apa pada Riana. Oh Tuhan, lindungi putriku." Farida terus berdoa sepanjang jalan untuk keselamatan Riana.
Lalu, saat ojek mendekati rumah tua itu, samar samar supir ojek dan Farida mendengar jeritan dan tangisan Riana.
"Stop mas, itu suara putri saya!!"
Farida langsung melompat turun dari motor dan berlari menuju rumah tua itu, dia sangat yakin itu suara putrinya, Riana.
Sopir ojek pun ikut mengekor di belakang Farida.
"Aaakkkk baj*ng*n!!!" Pekik Farida saat melihat seorang pria tengah memperkosa Riana.
Sopir ojek tidak tinggal diam, dia mengambil kayu dan memukul kuat punggung pria itu, hingga pria itu terbaring lemas di samping Riana yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
"Oh Tuhan, anakku!!!"
Farida langsung memeluk Riana, dia merapikan pakaian Riana yang hampir terlepas semua dari tubuhnya. Wajah Riana mendapat banyak goresan, begitu juga di bagian tubuhnya terutama dada dan juga bagian tubuh bawahnya.
"Ibu, aku takut!!!" Ucap Riana sebelum dia kehilangan kesadarannya.
Mas ojek langsung mengikat kuat tangan dan kaki preman baj*ng*n itu menggunakan tali sepatunya. Lalu dia pun berencana untuk menelpon polisi.
"Halo, bapak!" Ucap mas ojek itu.
"Mas menelpon siapa?" Tanya Farida.
"Saya menelpon polisi, bu."
"Jangan. Tidak. Jangan telpon siapapun, saya tidak ingin hal menj*j*kan ini tersebar. Saya mohon, mas jangan hubungi siapapun."
Mas ojek pun tidak jadi menelpon. Dia pun langsung membantu menggendong tubuh Riana dan menaikkannya ke motor. Lalu mereka bonceng tiga, menuju rumah Farida.
Sementara preman itu dibiarkan begitu saja dengan tangan dan kaki dalam keadaan terikat.
Sejak kejadian itu, Farida selalu mengantar jemput Riana ke sekolah. Dia dan Riana bersikap seakan tidak terjadi apa apa. Tentu saja semua itu juga karena permintaan Riana. Dia tidak mau masa depannya hancur hanya karena berita tentang dirinya yang diperk*s* tersebar luas.
Jadi, dia tetap sekolah seperti biasa. Hingga dua bulan kemudian, dia pun dinyatakan hamil.
"Bu, aku tidak mau hamil. Gugurkan saja anak ini, bu." Ucap Riana sambil memohon pada ibu nya.
"Tidak sayang, kita tidak boleh membunuh janin yang tumbuh di rahim mu."
"Aku tidak mau bu. Aku membencinya, aku membenci pria itu." Riana memukul mukul permukaan perutnya yang masih datar.
"Cukup Riana, itu hanya akan menyakiti perutmu, nak." Farida menghentikannya dan memeluk putrinya itu dengan erat.
"Bu, bagaimana kalau nanti kehamilanku tersebar. Semua orang akan mencemooh. Aku malu!"
Farida tidak merespon, dia hanya terus memeluk erat putri semata wayangnya itu, harta satu satunya yang dia miliki setelah suaminya meninggal lima tahun yang lalu.
FLASHBACKOFF
Dan waktu terus berlalu. Kini usia kandungan Riana sudah sembilan bulan dan berkali kali dia mencoba membunuh janinnya namun janin itu malah semakin kuat dan kokoh dalam rahimnya.
Riana akhirnya putus sekolah, padahal hanya tinggal beberapa bulan lagi menjelang ujian kelulusan. Tidak mungkin dia lanjutkan karena perutnya sudah sangat besar, tidak bisa disembunyikan lagi.
"Ini semua salah ibu. Masa depanku hancur karena ibu memintaku mempertahankan bayi sialan ini." Rutuk Riana saat sedang merasakan sakitnya ketika air ketuban pecah.
"Aaakkkkhhhh sakiiiittttt bu... Tolooonggg ini sangat sakiiitttt!!" Jeritnya.
Riana berbaring di lantai dingin kamar mandi. Seorang dukun beranak membantu persalinannya. Dan setelah berjuang sambil terus memaki ibu nya dan juga mengatai bayinya bayi pembawa sial, akhirnya Farida dan Riana dapat mendengar suara tangisan bayi yang telah lahir dengan sehat sempurna itu.
Oweeekkk
Oweeekkk
Tangisan si mungil itu menggema di seluruh sudut rumah kecil tempat tinggal Riana dan Farida.
"Nak Riana, selamat ya bayinya perempuan. Bayi ini sangat cantik, putih dan matanya juga sangat indah berkilau." Puji mbok dukun beranak itu sambil membersihkan tubuh bayi malang itu.
Riana memalingkan wajahnya dari bayi itu. Sedangkan Farida, menyentuh jari jari mungil bayi itu, air matanya bahkan menetes karena dirinya kini sudah menjadi seorang nenek.
"Aku sudah punya cucu." Sahutnya, lalu mengambil alih bayi itu dari tangan si mbok.
"Dia bukan cucu ibu. Aku akan menyiksanya kalau ibu nekad merawatnya." Ucap Riana yang masih lemas habis melahirkan.
"Ibu yang akan merawatnya. Kamu lanjutkan saja sekolah mu. Biarkan bayi ini ibu yang merawatnya." Sahut Farida.
Diciumnya wajah mungil itu, lalu Farida membisikkan nama cucunya itu ditelinga mungil milik bayi itu.
"Namu kamu, Hesti. Nenek akan merawatmu, sayang."
Betapa bahagianya Farida menyambut kehadiran cucunya itu. Meski memang dia juga sangat sangat membenci preman yang telah memperkosa Riana.
Namun meski begitu, Farida melihat di berita, preman itu telah di tangkap polisi dan di penjara seumur hidup karen memperkosa anak seorang pejabat Negara. Setidaknya berita itu bisa melegakan hati Farida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Hastiningrum
Hesti pula namanya
2024-02-27
1
Ray
aku mampir tertarik sama judulnya
2023-11-23
1
Ray
loh sayang bangett-_-bacae mangkel dewe
2023-11-23
1