Tujuh bulan kemudian.
Riana kini tengah mengandung dan usia kandungannya memasuki bulan ke lima. Dia menjadi sangat emosian dan juga sangat pemalas melakukan pekerjaan rumah. Yang dia senangi hanya lah berdandan dan jalan jalan ke mall setiap kali di tranfer uang bulanan oleh suaminya.
Hesti juga kini sudah berusia lima tahun. Dia mulai sekolah TK. Farida yang mengantar jemputnya ke sekolah setiap hari. Dan biasanya, Hesti dibawa Farida kembali ke toko kue setelah pulang sekolah. Tapi, hari ini karena Farida sedang tidak enak badan, dan toko juga sibuk, dia pun mengantarkan Hesti pulang.
Gadis kecil yang baru tiba di rumah itu, langsung di sambut dengan tatapan sinis dari mamanya.
"Karena kamu di rumah hari ini, itu artinya kamu bisa menjadi babu ku." Ujar Riana pada gadis kecil itu.
Dia duduk di sofa ruang tengah sambil menonton tv seperti biasa.
"Aku lapar, ambilkan makanan ke dapur sana!"
Hesti yang berharap kalau dia selalu patuh pada mamanya akan mendapatkan ciuman atau pelukan dari mamanya pun selalu melaksakan apa yang diperintahkan oleh wanita jahat itu.
"Hesti antar tas ke kamar dulu ya ma." sahutnya.
"Ya udah sana cepat."
Dengan segera Hesti berlari menuju kamarnya yang ada di bawah tangga. Dia tidur di kamar itu bersama neneknya. Lalu tidak berapa lama kemudian Hesti kembali dengan sudah berganti pakaian.
"Lama banget sih!" Seru Riana kesal.
"Maafkan Hesti mama." Dia menunduk sambil memainkan jemari tangannya.
"Ya sudah cepat sana ke dapur, ambilkan makanan, aku lapar." Titahnya.
"Iya, mama. Tapi mama mau makan apa?"
"Cake di kulkas." Sahutnya tanpa menatap pada Hesti.
Langkah kaki kecil itu segera menuju dapur. Kali ini dia sudah bisa membuka pintu kulkas tanpa harus menggunakan kursi lagi. Ya, tubuhnya tumbuh semakin tinggi dengan cepat.
"Wah, cake stoberi. Aku suka.." Ucapnya menatap cake stoberi yang diatasnya ada buah stoberinya. Hesti menelan ludah menahan rasa ingin mengambil buah stoberi itu.
Perlahan dia membawa piring berisi cake ke depan.
"Ini, mama." Piring itu diletakkan Hesti di atas meja.
"Terus kenapa kamu masih berdiri di situ?" Tanya Riana judes melihat Hesti masih berdiri di dekatnya.
"Mmm... mama, boleh tidak Hesti minta buah stroberi nya. Hesti suka.." ucapnya terbata dan dengan menundukkan kepala.
Riana mengambil buah stroberi itu dengan tanganya, lalu mengulurkan kehadapan Hesti. Hesti tersenyum dan perlahan menegakkan kepalanya dengan tangan menjulur ingin mengambil buah stroberi di tangan mamanya.
TUINGG...
"Ups buahnya jatuh ke lantai tuh." Ucap Riana sambil berpura pura sedih, padahal dia sengaja menjatuhkannya. Lalu dia tertawa terbahak bahak menatap wajah sedih Hesti.
"Ambil saja buahnya. Kamu kan suka. Lagian itu lantainya besih kok."
Riana benar benar keterlaluan. Bahkan saat Hesti mulai berjongkok untuk memungut buah itu, Riana malah berdiri dan dengan sengaja menginjaknya.
"Aku sudah tidak napsu makan." Ucap Riana. Lalu dia melangkah pergi menuju kamarnya di lantai atas.
Hiiikkss...
Hesti menangis sambil memungut stroberi yang sudah hancur dan menempel di lantai.
"Mama.." ucapnya sambil menyeka air mata dengan punggung tangannya yang lain.
Tanpa rasa jijik, gadis kecil itu memasukkan stroberi yang sudah diinjak mamanya kedalam mulutnya. Dia mengungah stroberi yang memiliki rasa asam itu diiringi deraian air mata.
"Stroberi ini asam, tapi Hesti suka. Kenapa mama tidak sukaaaa..." Celotehnya dalam tangis.
*
*
Farida pulang dari toko kue jam sembilan malam. Dia langsung ke kamar untuk menemui cucu kesayangannya yang ternyata belum tidur.
"Hesti sayang, kamu kenapa nangis?" Farida langsung memeluk tubuh mungil Hesti yang menangis duduk memeluk lututnya di lantai.
"Nenek.. Hiiikkksss!!!" Tangisnya pecah.
"Kenapa sayang? Apa mama memukulmu?" Farida memeriksa wajah dan tubuh Hesti.
"Tidak, nek."
"Lalu, kanapa cucu nenek menangis?"
Farida menyapu air mata di wajah Hesti dengan lembut. Lalu kembali memeluknya penuh kasih.
"Tadi Hesti mimpi buruk, nek." Mulut gadis kecil itu berbohong demi melindungi mamanya dari kemarahan neneknya.
"Mimpi buruk? Kamu ketakutan..."
"Iya nek. Mimpinya sangat menakutkan. Di mimpi itu teman Hesti merebut buah stroberi yang Hesti suka.. hhiiikkss!!!" Celotehnya dan kembali menangis.
"Buah stroberi."
Hesti mengangguk menatap neneknya dengan wajah mengibanya yang terlihat imut dan menggemaskan dimata Farida.
"Cucu nenek mau buah stroberi ya!!" Farida tersenyum.
"Iyaaa..." sahut Hesti cepat.
Sebentar Farida mengambil kantong plastik yang berisi kue ulang tahun ukuranckecil dengan toping full buah stroberi.
"Taraaaa... cake stroberi untuk cucu kesayangan nenek."
"Wuaaahhh cake stroberi.."
Hesti benar benar bahagia. Dia lansgung memeluk neneknya dengan erat.
"Ini hadiah untuk ulang tahunmu. Nenek baru bisa membelikan kue ini sekarang. Maaf ya sayang, nenek terlambat."
Hesti menggeleng, "Nenek tidak terlambat. Hesti suka cake nya. Hesti sayaaaaaang nenek.."
Gadis kecil itu memberikan ciuman untuk nenek yang selalu ada untuknya, menyayanginya seperti seorang ibu.
"Hesti boleh makan stroberi nya kan, nek?"
"Tentu sayang. Semua ini milik Hesti."
"Yeye yeeeyyeee..." Dia melompat lompat kegirangan sebelum akhirnya memakan buah buah stroberi yang ada di cake itu.
"Ini untuk nenek." Dia menyuapkan satu buah stroberi pada neneknya.
"Terimakasih sayang.." Farida memberi ciuman untuk cucu kesayangannya itu.
Tapi, setelah beberapa saat Hesti berhenti memakan buah stroberi. Dia pun menatap neneknya dengan tatapan sendu berkaca kaca.
"Ada apa sayang?" Tanya Farida khawatir.
"Nenek, kenapa mama tidak sayang sama Hesti?" Ucapnya.
Farida lansung menarik tubuh kecil itu masuk dalam pelukannya.
"Mama sayang kok sama Hesti. Kalau mama sering marah marah, itu karena di perut mama ada adek bayi. Karena mama kecapek an ngurus adek bayi, makanya mama suka marah marah." Ujar Farida menjelaskan.
"Tidak. Mama tidak sayang sama Hesti. Mama juga mengatakan Hesti anak pembawa sial. Kata mama kalau Hesti terus terusan mendekati mama, maka mama akan terkena nasib sial dari Hesti." Tuturnya yang pada akhirnya menceritakan perihal itu pada neneknya.
"Kamu keterlaluan Riana. Kenapa kamu tega berkata seperti itu pada Hesti. Dia juga anakmu, kamu yang mengandung dan melahirkan Hesti." Ucap Farida dalam hatinya.
Farida geram mengetahui kelakuan Riana yang masih terus terus mengatakan hal hal jahat pada Hesti. Mungkin usianya memang baru lima tahun, tapi dia gadis yang pintar dan dia sudah sangat paham tentang banyak hal. Bukan hanya mengerti kata kata kasar, tapi Hesti juga mulai mengerti tindakan tindakan kasar Riana pada nya.
"Kata bu guru, sebagai anak yang baik, Hesti harus selalu mematuhi mama supaya mama suka dan semakin sayang sama Hesti. Tapi, tadi Hesti mengambilkan mama cake stroberi. Hesti sudah patuh dan baik sama mama, tapi mama malah tambah marah sama Hesti. Apa itu artinya mama tidak menyayangi Hesti, nek?"
Farida hanya bisa diam mendengarkan penuturan cucunya itu. Hatinya perih bak disayat sayat sembilu mendengar betapa Riana tidak berperasaan sama sekali.
"Hesti cuma ingin merasakan di peluk mama. Kata bu guru, pelukan mama adalah obat terbaik saat kita sedang bersedih atau pun sakit." Lanjutnya nenuturkan apa yang diberitahu ibu guru nya di sekolah.
Farida tersenyum getir. Di raihnya kedua tangan mungil Hesti. Lalu dibawanya tangan itu melingkar di lehernya, membuat Hesti seakan memeluknya.
"Kalau Hesti sakit atau bersedih, Hesti bisa memeluk nenek saja. Memeluk nenek juga bisa jadi obat kok." Ucap Farida.
Air mata Farida menetes di balik punggung Hesti yang sedang memeluknya. Betapa hancurnya hati Hesti kalau dia sampai tahu kebenaran mengapa mamanya membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Siti Zuriah
emang riana keterlaluan banget k hesti kejem banget jd kasian juga sm hesti, jd aku yg sedih mendengar curhatan nya hesti seakan " aku sendiri yg merasakn
2023-10-31
2