Riana benar benar melanjutkan sekolahnya. Dia mengikuti ujian paket kelulusan, hingga akhirnya dia mendapatkan ijazah paket lulusan SMA. Tapi dia tidak mau lanjut kuliah.
Sedangkan Farida, dia merawat Hesti dengan penuh cinta dan kasih sayang. Farida membawa Hesti setiap hari ke toko kuenya. Dan sejak ada Hesti toko kuenya jadi ramai pengunjung. Farida merasa Hesti pembawa keberuntungan untuknya, bukan pembawa sial seperti yang dikatakan Riana.
"Jeng Farida berutung merawat bayi mungil ini. Usaha jeng jadi ramai. Ini bayi membawa keberuntungan." Sahut seorang pelanggan.
"Terkutuklah wanita jahat yang membuang bayi menggemaskan ini." Sambung pelanggan lainnya.
Farida merahasiakan siapa Hesti sebenarnya. Dia mengatakan pada orang orang bahwa dia menemukan Hesti di pembuangan sampah di pasar saat sedang berbelanja. Dan semua orang mempercayai itu.
Kini usia Hesti sudah menginjak satu tahun lima bulan. Dia sedang aktif aktifnya berjalan dan bermain. Juga sudah ada beberapa kosa kata yang bisa di ucapkannya meski pelapalannya masih sulit dimengerti. Tapi, satu kata yang sudah sangat jelas di ucapkan Hesti yaitu saat menyebut kata 'mama'
Farida dan Hesti sudah pulang dari toko kue malam ini. Hesti di letakkan oleh Farida di lantai depan pintu rumah. Lalu Hesti pun langsung berlari dengan wajah cerianya mengejar Riana yang sedang duduk santai menatap layar handphone nya.
"Mama!! Mama.. Mama.. ti da lang." Ucapnya terbata mengejar Hesti.
Dia mengatakan pada Hesti bahwa dia sudah pulang.
"Apaan sih berisik!! Jangan panggil aku mama. Aku bukan mama kamu.." Teriak Riana sambil mendorong tubuh mungil Hesti dengan kakinya hingga Hesti terjatuh duduk di lantai.
"Hiiikkksss..." Hesti menangis karena terkejut tiba tiba di dorong oleh Riana.
"Ya ampun, sayang." Farida langsung berlari mengejar Hesti.
"Ya ampun, cucu nenek. Mana yang sakit sayang?!" Tanya Farida sambil merangkul tubuh mungil itu masuk dalam gendongannya.
"Menyebalkan!" Rutuk Riana yang mulai melangkah masuk kembali ke kamarnya.
Farida memeluk erat cucu kesayangannya itu. Matanya berkaca kaca setiap kali melihat Hesti memanggil mama nya dan mengejar mama nya ingin digendong atau sekedar di peluk, tapi berakhir ditolak.
"Tidak bisakah kamu untuk tidak menyakiti fisik bayi ini, Riana? Kamu boleh mengabaikannya tapi jangan main fisik." Tutur Farida menyusul Riana ke kamarnya.
"Terserah aku, bu. Lagian siapa juga yang mau mempertahankan anak pembawa sial itu." Sahut Riana.
Farida yang merasa percuma bicara pada Riana pun langsung membawa Hesti keluar dari kamar itu. Mereka kembali ke kamarnya. Lalu tidur nyenyak beristirahat di malam hari ini, karena besok akan kembali bekerja di toko kue.
Waktu terus berlalu, Riana semakin membenci Hesti. Padahal kini Hesti sudah berusia empat tahun dan bicaranya pun sudah lancar untuk ukuran anak seusianya.
"Bu, aku mau menikah." Ucap Hesti saat mereka sedang menikmati makan malam bersama.
"Dengan siapa, nak? Apa dia tahu bahwa kamu sudah punya anak?" Tanya Farida.
"Dia tau aku sudah pernah melahirkan, tapi tidak dengan keluarganya. Jadi, aku tidak mau anak ini hadir dihari pernikahanku nanti." Sahut Riana menatap penuh kebencian pada Hesti.
Melihat tatapan itu membuat Hesti ketakutan, dia pun bersembunyi dibalik punggung neneknya.
"Berhenti mengatakan kata kata seperti itu pada Hesti, Riana. Dia sudah mulai mengerti."
"Justru itu bagus dong, bu. Dia memang harus tahu kalau dia itu pembawa sial dalam hidupku." Ucap Riana, lalu dia meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya.
Hesti menatap punggung Riana dengan tatapan rindu. Ya, dia ingin setidaknya sekali saja di peluk oleh wanita yang dipanggilnya mama itu.
"Mengapa mama tidak sayang sama Hesti, nek?" Tanya sikecil itu.
Farida tidak menjawab apapun, dia hanya langsung menarik tubuh mungil Hesti masuk dalam pelukannya.
*
*
Riana akhirnya menikah dengan seorang pilot. Katanya mereka berkenalan melalui media sosial dan saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah.
Sejak menikah, suami Riana membawa serta Farida dan Hesti ke kota untuk tinggal di rumahnya menemani Riana. Maklum saja, Aldo seorang pilot jadi dia jarang di rumah karena harus terbang ke sana kemari membawa penumpang di pesawat yang dia kendalikan.
Aldo sangat baik pada Hesti. Bahkan Aldo sering mencium dan memeluk Hesti. Hal itu tentu membuat Riana marah dan dia akan melampiaskan marahnya saat Aldo tidak di rumah. Riana akan memukul dan menyiksa Hesti saat Farida juga sedang di toko kue miliknya.
Dua bulan sudah berlalu sekarang. Dan hari ini, Aldo sedang tidak di rumah. Farida juga sudah ke toko sejak subuh tadi. Tinggallah Hesti dan Riana berdua saja di rumah. Nah Riana tidak tinggal diam, dia pun memulai aksinya untuk menyiksa Hesti.
"Hesti!" Teriak Riana
Hesti yang sedang bermain boneka pun terkejut mendengar teriakan mamanya.
"Hesti, cepatan ke sini!!"
Hesti tampak ketakutan. Dia tahu apa yang akan dilakukan mamanya lagi padanya saat nenek sedang tidak di rumah.
"I-iya mama..." Sahut si kecil itu.
Dia berlari menghampiri Hesti yang duduk santai di sofa ruang tengah sambil nonton tv.
"Ambilin susu di kulkas. Aku haus." Titah Riana saat Hesti sudah berdiri di hadapannya.
"Iya, ma." Langkah kaki mungil itu pun menuju dapur dengan cepat.
Hesti kesusahan membuka kulkas, karena ganggang pintu kulkas yang terlalu tinggi untuknya. Akhirnya dia melompat lompat untuk meraih ganggang pintu kulkas.
Hyiaakk
Aaaaaa
"Tidak bisa..." Ucapnya.
Matanya sudah berair. Dia takut untuk mengatakan dia tidak bisa membuka kulkas, karena yang ada pasti di marahi oleh mamanya.
Mata yang berairnya itu mengedar melirik sekelilingnya hingga dia melihat kursi meja makan.
Ddrrrreeetttt
Sssrrreeettt
Suara kaki kursi yang bergesekan dengan lantai saat gadis kecil itu menariknya. Kursi itu berhasil di tariknya, di letakkan di samping kulkas, lalu dia naik keatas kursi dan meraih ganggang kulkas untuk membukanya.
"Yeee belhasil..." Ucapnya kegirangan.
Dia tersenyum, senyum yang sangat menggemaskan. Andai Riana mau melihat sebentar saja mata bening dan senyuman menggemaskan itu, mungkin hati Riana akan luluh. Sayangnya Riana terlalu sibuk mengatakan dia membenci Hesti.
Hesti lansgung membawa kotak susu itu pada mamanya.
"Mama.." Hesti mengulurkan kotak susu itu kearah Riana.
Riana pun pura pura memegang kotak susu itu, lalu saat tangan Hesti sudah tidak memegang permukaan kotak itu lagi, Riana pun melepaskan kotak susu itu dengan sengaja.
Byyyuuurrr
Susu segar itu tumpah di lantai begitu saja.
Kaki mungil Hesti terkena lelehan susu itu dan dia merasa kedinginan. Ya, susu itu sangan dingin karena baru di keluarkan dari kulkas.
"Hesti!!!" Teriak Riana murka.
"Maafkan Hesti mama... Hesti tidak sengaja." ucap Hesti yang sudah menangis terkejut karena di sergah mamanya.
"Kamu itu memang selalu membawa sial untukku. Semua yang kamu sentuh pasti akan terbawa s*al. Dasar, anak h*r*m tidak berguna. Besihkan tumpahan susu itu segera!" Titahnya pada gadis kecil yang baru berusia empat tahun lima bulan itu.
"Iya mama."
Sambil menahan tangis Hesti mengelap sisa tumpahan susu di lantai menggunakan kain lap dengan gerakan lambat.
"Dasar lelet, kamu bisa nggak sih melakukannya dengan cepat! Aku muak melihat wajah pembawa s*al mu itu." Rutuk Riana membentak bentak gadis kecil yang tidak tahu apa apa.
Hiiikkksss...
Hesti menangis sambil terus mengelap lantai.
"Nangis! Nangis saja terus supaya nenek kesayangan kamu itu menyalahkan aku lagi. Kamu pasti senang kan melihat aku dimarahi ibu ku?!" Teriaknya lagi.
Kepala mungil Hesti menggeleng. Dia tidak mau mamanya dimarahi oleh neneknya hanya karena dia membuat mamanya kesal. Dengan terpaksa dia pun mencoba menahan tangisannya segera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Anthania_ Stark3ditz
andai gua jadi ibunya udah gua timang timan tuh hesti.. kasian beut dah :'(
2023-12-13
1
Ray
jahat banget cukk ibunya😌
2023-11-23
2
Ray
kasihannnnn
2023-11-23
1