Sejak hari dimana Hesti menangis karena merasa dibenci oleh mamanya, Hesti pun tidak lagi pernah di tinggalkan Farida di rumah bersama Riana. Bagaimanapun keadaannya, Farida selalu membawa Hesti pergi ke tempat kerjannya.
Kalau dulu enak, saat masih tinggal di desa, Farida punya toko kue sendiri meski hanya kecil kecilan. Jadi dia bisa bebas membawa Hesti. Tapi, sekarang berbeda Farida bekerja di toko kue milik kerabat Aldo. Tentulah Farida juga sering di tegur karena membawa Hesti ke toko.
Maklum saja Hesti masih kecil. Kadang ada saja tingkahnya yang membuat pelanggan merasa terganggu. Nah itulah yang menjadi tantangan untuk Farida. Beruntungnya Hesti anak yang penurut dan lumayan mudah di atur. Hesti akan diam saja menunggu neneknya bekerja tanpa mengusik siapapu lagi setelah dinasehati oleh neneknya.
Tapi, masalah lain timbul saat ada pelanggan yang membawa serta anak mereka ke toko. Anak anak para pelanggan akan mengejek Hesti, mengatai Hesti jelek dan mengatai Hesti cuma anak penjual kue. Tentu itu akan melukai hati Hesti dan menjatuhkan mentalnya yang memang telah terluka.
"Iih ada anak penjual kue! Wwweekkk... nggak punya teman ya!!! Kasihan.."
"Dek tidak boleh berkata seperti itu pada Hesti." Tegur Karyawan yang bertugas di meja kasir.
"Kan emang benar dia nggak punya teman. Dasar jelek...wajahnya seperti hantu." Lanjut bocah laki laki itu mengejek Hesti lagi.
"Bu, nasehati anaknya supaya tidak mengejek orang lain." Ujar Karyawan itu berucap pada ibu dari bocah pengganggu itu.
"Biarkan saja mbak, namanya juga anak anak. Mereka bahkan tidak paham apa yang mereka katakan." Jawabnya santai tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
Karyawan itu ingin menanggapi lagi omongan ibu itu. Tapi dengan cepat Farida memberi kode agar berhenti meladeni wanita itu. Sebab jika terus berlanjut Faridalah yang akan ditegur pemilik toko. Bisa bisa Farida akan dipecat. Sebab sudah berkali kali teguran untuknya karena dia menasehati anak anak pelanggan yang memngganggu Hesti.
Dan Hesti pun hanya diam saja menunduk sambil menatap jari jari kakinya. Hesti diam bukan karena tidak berani melawan, tapi dia hanya mencoba patuh pada Farida yang selalu melarangnya untuk membalas ejekan anak anak orang kaya itu.
Karena itu lah empat bulan yang lalu, saat itu Farida yang sedang tidak enak badan mengantarkan Hesti untuk tinggal di rumah saja. Farida tidak punya tenaga untuk menenangkan hati Hesti yang bisa saja terluka lagi oleh anak anak pelanggan di toko kue.
Namun ternyata meninggalkan Hesti di rumah bersama Riana jauh lebih membuat mental Hesti berantakan dan hatinya terluka ketimbang saat menerima ejekan dari anak anak kurang hajar itu.
Dan sejauh ini Aldo suami Riana tidak tahu alasan mengapa Farida membawa serta Hesti ke toko roti setiap harinya. Aldo pernah bertanya pada Riana, dan Riana menjawab, karena memang Farida sangat suka saat Hesti ikut bersamanya.
"Sayang, harusnya kamu ngomong sama Hesti untuk tidak selalu ikut ibu saat bekerja. Kata mbak Neta, anak anak pelanggan suka mengejek Hesti dan menggangu Hesti saat di toko." Aldo mencoba bicara baik baik pada istrinya itu.
"Biarkan saja lah mas. Toh Hestinya sendiri yang mau ikut neneknya bekerja."
"Ya tapi kan kamu sebagai ibu nya, bisa dong membujuknya untuk tidak ikut.."
"Mas nyalahin aku? Apa mas takut nanti aku tidak bisa menjadi ibu yang baik buat anak kita?" Riana marah tersinggung dan menuduh Aldo sesuai apa yang dia pikirkan.
"Bukan begitu sayang. Ya sudah ya, jangan marah marah. Lebih baik kita tidur sekarang." Aldo langsung memeluk Riana dan membawanya untuk tidur.
*
*
Kebetulan Aldo sedang di rumah dan malam ini mereka makan malam bersama.
"Aldo, boleh ibu ngomong?" Tanya Farida membuka pembicaraan di sela sela menikmati makan malam.
"Silakan ibu. Aku akan mendengarkan." Sahut Aldo.
"Ibu minta izin mau kembali ke rumah di desa."
"Loh kenapa, bu? Apa ibu tidak nyaman tinggal di sini?"
"Bukan begitu, Aldo..."
"Lalu, apa ibu tidak nyaman tidur di kamar bawah? Aku kan sudah menyarankan ibu untuk tidur di kamar atas saja bersama Hesti." Ujar Aldo terus memotong kalimat Farida.
"Tidak, nak. Bukan karena itu. Ibu nyaman tinggal di sini. Tapi, tempat kerja ibu kejauhan. Kalau di desa ibu bisa buka toko kue ibu lagi dan juga tidak jauh dari rumah." Tuturnya.
"Oo jadi karena masalah jarak toko. Ya sudah, besok aku belikan ibu motor. Ibu bisa naik mengendarai motor kan?"
Farida terdiam, bukan itu yang dia inginkan. Dia hanya ingin membawa Hesti menjauh dari Riana.
"Ibu tidak membutuhkan motor, ibu hanya ingin kembali ke rumah di desa bersama Hesti." Ungkapnya jujur.
Mendengar itu Aldo menatap pada Riana yang sejak tadi menikmati makanannya tanpa mau ikut berkomentar.
"Hesti lebih senang tinggal sama mama, kan sayang?" Tanya Aldo kemudian pada si kecil.
Hesti mengangguk sambil tersenyum menatap wajah mamanya yang acuh padanya.
"Biarkan saja lah mas, ibu bilang kan ibu lebih senang tinggal di desa." Ujar Riana tanpa peduli perasaan ibu nya sama sekali.
"Loh kok sayang ngomong gitu sih."
"Apa sih mas. Emang benar kok, ibu lebih suka tingga di desa, sekalian saja bawa Hesti. Lagian nanti kan aku sibuk mengurus anak kita, kalau Hesti tetap di sini malah merepotkan aku."
Mulut Riana sudah tidak terkontrol. Farida hanya bisa diam sambil merangkul Hesti yang tidak mengerti apa yang di permasalahkan orang orang dewasa itu.
"Tidak bu. Ibu harus tetap tinggal di sini. Ibu harus membantu Riana merawat bayi kami nanti. Lagi pula dua minggu lagi Riana akan melahirkan. Dan aku mohon, ibu berhenti saja kerja. Cukup di rumah menemani Riana dan Hesti." Tegas Aldo.
Farida yang tidak ingin Riana dan Aldo berakhir berantam pun setuju dengan apa yang disarankan Aldo. Walaupun pada akhirnya dia tahu, Hesti lah yang akan menanggung semuanya.
Sebenarnya, alasan Farida tetap bekerja walau pun sudah berkali kali Aldo melarang, hanya untuk bisa memberikan Hesti uang jajan dan membelikan Hesti pakaian. Karena, uang yang diberikan Aldo untuk Hesti selalu di ambil lagi oleh Riana dari Hesti.
"Menyebalkan. Harusnya ibu masukkan saja anak sialan itu ke panti asuhan sekalian." Ujar Riana yang langsung bangkit dan melangkah pergi meninggalkan meja makan.
"Riana!!" Teriak Aldo marah. Dia kecewa karena Riana yang tiba tiba saja mengatakan hal kasar didepan Hesti.
"Aldo, ibu mohon nak, jangan marahi Riana. Maklumi saja, dia seperti itu karena kehamilannya." Farida memohon agar Aldo tidak bertengkar dengan Riana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ray
padahal Aldo sama farida nerima Hesti seutuhnya , tapi kenapa masih acuh banget:(
2023-11-23
1
Dimas Satria Wahyu Nugroho
padahal sedang hamil tapi kok omongannya kasar gitu,apa ga' takut kena karma
2023-11-01
1