Kini sampailah Arsen dan Irtiza dikampus. “Kak, nanti sore bisa jemput lagi nggak, motorku baru bisa diambil besok kata mas-mas bengkelnya.” Seraya memberikan helm pada Arsen.
“Iya, ntar kamu chat aja mau dijemput jam berapa ? Kakak masih belum ngantor kok hari ini, paling besok atau lusa.” Jawab Arsen.
“Oke, ya udah aku masuk dulu yah, udah telat nih, daaa Assalamualaikum.” Pamitnya sambil berlalu.
Setelah menjawab salam adiknya, ia pun menjalankan motor sportnya. Ditengah perjalanan dia melihat gadis yang sudah belasan tahun dia sukai. Ia pun mengklakson gadis tersebut, namun apa yang ia dapati jangankan mengklaksonnya balik, malah dia saperti tak terlihat sama sekali dimata gadis tersebut.
“Astaga, Qanita Abdillah, gadis sedingin es balok. Masih saja seperti dulu, apa mungkin kini mata mu mulai kabur, sehingga laki-laki tampan sepertiku tak terlihat ?” Batinnya, sambil menambah kecepatan motornya. Padahal wajahnya tengah tertutup helm.
Ditengah perjalanan Arsen menepikan motornya saat mendengar suara yang berasal dari Hpnya.
“Iya hallo, Assalamualaikum. Kenapa ?”. sapa Arsen.
Parah ya kamu, gila sih. Balik nggak bilang-bilang. Udah nggak nganggap aku ini sahabat forever mu ? Jawab seseorang dibalik sambungan telepon dengan cepetnya.
“Eeeeh, aku ngucap salam tadi Arroyyan Alfarizi, jawab dulu salamku. Nggak berubah-berubah ni anak ya.” Ketus laki-laki yang tengah berada di atas motor itu.
Iye, iye Waalaikummussalam. Kamu dimana sekarang ? ku kira kau udah ke alam lain, saking nggak pernah ada kabar yang pernahku dengar dari kamu. Kata Royyan Ketus.
“Ehhhh, setengah waras, kalau aku udah mati, kamu juga bakal tahu. Aku dijalan abis nganter Irtiza ke kampusnya. Kenapa nanya-nanya kangen yaaah ?” Kata Arsen sambil setengah meledek.
Idiiih, geli aku dengernya. Udah ntar malam nongkrong yuk, ntar ku kirim alamatnya. Buat jaga-jaga kamu lupa tempat biasa kita nongkrong. Ucap Royyan.
“Kamu kira aku amnesia apa ? Iye, iye ntar jam berapa ?” Tanya Arsen.
Jam 7 tapi lebih 30 menit. Kata Royyan sambil menahan ketawanya.
“Kayak cewek aja kamu ngomong kayak gitu. Assalamualaikum.” Arsen mengakhiri penggilan teleponnya, tanpa menunggu jawaban salam dari Royyan. Kemudian menjalankan motor kearah pulangnya.
Sementara Royyan yang ingin menjawab salam, suaranya seperti tercekat ditenggorokan setelah mendengar bunyi tut tut tut.
Ia mendengus kesal dengan kelakuan Arsen, “ya elah ni anak, belum juga kujawab, main mati-matiin aja, kumatiin beneran baru tau rasa.”
***
Tanpa Irtiza sadari ada sepasang mata yang mengamatinya sejak di antar oleh Arsen. Ia adalah Faiza Cahayarunnisa. Sahabatnya sejak menginjak bangku perkuliahan selain Qanita.
“Assalamualaikum Irtiza Ar Rajab.” Sapa gadis berkedung hijau Army tersebut dengan wajah yang dibuat semanis mungkin dan senyum yang mengembang.
“Waalaikumussalam Za, kamu kenapa gitu ? Sok imut banget kayak bukan kamu aja.” Jawab Irtiza sambil memandang wajah sahabatnya.
“Eeeee, cowok yang tadi nganter kamu itu calonmu ya Ca ?” Tanyanya dengan tanpa dosa.
“Haaaaa ?” Kata Irtiza heran, dan menghentikan langkahnya.
“Iya, cowok yang nganter kamu pake motor sport itu tadi, ganteng yah calonmu. Hmmmm.” Balas Faiza dengan menoleh kebelakang, karena Irtiza menghentikan langkahnya.
Dengan wajah malasnya Irtiza mengatakan “laki-laki yang mengantarku itu, saudaraku, saudara kandungku, kakak laki-lakiku, anak pertama dari papa sama mamaku.”
“Iya kah ? Kalau gitu aku punya kesempatan dong.” Kata Faiza bersemangat sambil matanya melihat ke arah langit entah apa yang dibayangkannya.
“Kesempatan apa ? Ayok jangan ngelamun pagi-pagi nggak baik, ini kuliah udah mau dimulai.” Kata Irtiza sambil menarik tangan Faiza dan membuyarkan lamuannya.
“Kesempatan buat jadi kakak ipar kamu lah Ca. belum nikahkan kakakmu ?” sambil berjalan cepat menyamakan langkahnya dengan Irtiza.
“Belum, tapi dia suka sama seseorang dari dulu sampe sekarang. Kamu jangan halu deh pagi-pagi gini.” Ketus Irtiza.
“Ya Allah, aku patah sebelum jatuh, kalah sebelum berjuang kalau gini mah.” Jawab Faiza dengan melasnya.
Irtiza yang melihat wajah melas sahabatnya kemudian menghiburnya “Uuuuu, cup cup, kasiannya. Sabar yah buk. Ayo ke kelas.”
Sambil berjalanpun Faiza masih dengan pertanyaanya “Emang motor kamu kapan bisa diambil Ca ?”
“Besok katanya, tadi tuh ya nggak enak banget tau naik motor sport gitu, malah aku pake gamis kan, sakit punggungku. Enakan naik motor maticku itu, luv luv deh pokoknya.” Imbuh Irtiza sambil mengangkat jarinya membentuk setengah love.
Saking asyiknya mengobrol kedua gadis itu tak menyadari jika mereka sudah sampai di depan kelas. Saat melihat sudah banyak orang yang berada didalam kelas, merekapun bergegas masuk dan bergabung dengan yang lainnya.
***
Laki-laki yang mengantar saudarinya kekampus tadi pagi kini tengah mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil, sambil berjalan menuju ruang keluarga untuk sekedar bersantai dan menonton yang sekiranya bisa ditontonnya.
“Gimana nak kerjaanmu dikantor cabang ?” Tanya wanita yang telah melahirkannya itu, sambil membawa piring berisi beberapa potong cake. Mengingat anak sulungnya begitu menyukai cake.
“Alhamdulillah baik dan lancar aja ma.” Jawabnya sambil mengambil satu potong cake dan memakannya.
“Alhamdulillah, memangnya tidak apa-apa nak kamu tinggal disini ? takutnya mama_” Diana menghentikan ucapannya, dan melihat dalam wajah anaknya.
Arsen menarik nafas dalam dan membuangnya kasar “Arsen sudah memikirkannya matang-matang ma. Semakin Arsen menghindar Arsen malah semakin dihantui dengan bayangannya. Arsen nggak tahu juga, kenapa di hati Arsen dari dulu sampai sekarang cuma ada nama dia. Berusaha Arsen menghapusnya ma, tapi malah seperti menebal saja. Heh, sebegitu sakitnya ma, tapi Arsen ingin berdamai dengan semua ini. Arsen juga memtuskan untuk tetap tinggal dirumah ini ma.”
“Ya sudah sayang, mama berdoa semoga yang terbaik yang kamu dapatkan.” Balas Diana. “Sedalam itukah nak perasaanmu padanya, hingga saat menjalin hubungan dengan yang lainpun, kau tak pernah melupakannya apalagi menghapus nama juga wajahnya dalam hati dan ingatanmu.” Batin Diana sambil mengelus pundak anaknya.
“Aamiin.” Kata Arsen sambil melanjutkan makannya.
Hari sudah mulai sore, panas mentaripun kini mulai menghilang perlahan. Setelah menerima chat saudarinya, Arsen bergegas untuk menjemput Irtiza. Sementara Azel masih harus disekolah karena memang mengikuti beberapa Ekskul.
Arsen saat ini berada didepan kampus Irtiza namun tak melihat batang hidung saudarinya itu. Segera ia mengambil Hp dari saku celananya untuk menghubungi sang adik. Belum sempat ia melakukan panggilan telepon, lagi-lagi gendang telinganya dimasuki oleh suara melengking yang cempreng khas Irtiza.
“Kakaaaak.” Sambil berlari ke arah sang kakak dan meninggalkan Faiza yang sedari tadi berjalan disampingnya. Suara khas tersebut juga membuat sahabatnya reflex menutup telinganya.
“Deeeek, kan bisa manggil tuh pelan-pelan. Kasian temanmu itu ntar tuli karena dengar suara kamu.” Kata Asen menasehati adiknya.
“Ehehehe, maaf maaf kak.” Jawab Irtiza dengan senyumnya.
Faiza yang ditinggal oleh Irtiza kini tengah menghampiri dua bersaudara tersebut “Assalamualaikum kak, aku Faiza temannya Irtiza.” Ucap Faiza malu-malu sambil menangkupkan tangan didepan dagunya.
Irtiza yang melihat sahabatnya tengah memasang wajah lugu dan polos kemudian berkata “Eh Za, ngapain kamu malu-malu kayak gitu, bukannya biasa malu-maluin yah ?”
Faiza sejenak melirik kearah Irtiza dan membuang nafas kasar seraya menundukkan kepalanya. Menandakan gadis itu tengah kesal pada sahabatnya.
“Waalaikummussalam Faiza, aku Arsenio, panggil saja Arsen. Aku kakaknya Irtiza.” Jawab Arsen dengan wajah dihiasi senyum kecilnya.
Setelah mendengarkan jawaban salam dari laki-laki tersebut membuat Faiza mengangkat kepalanya dan melihat sekilas senyum yang menghiasi wajah kakak dari sahabatnya tersebut. “Masya Allah, sungguh indah ciptaan_Mu ya Robb.” Batin Faiza, kemudian beristigfar berkali-kali karena tanpa sengaja melakukan kesalahan.
Arsen yang belum mendengar jawaban salam dari adiknya kemudian bertanya “Dek, temanmu tadi ngucap salam loh yah.”
“Waalaikummussalam Za yang cantik dan baik.” Sambil wajahnya diarahkan pada Faiza. “Kamu pulang sama siapa Za ?” Tanya Irtiza lagi.
“Iya pulang sendiri lah Ca, tadi aku nawarin buat ku anter nggak mau. Ya aku pulang sendirilah, masa pulang bertiga bareng kalian.” Imbuh Irtiza.
“Iya yah, lagian masa kita goti Za ?” Kata Irtiza sambil menempatkan jari telunjukknya di pipi sebelah kiri.
“Irtiza Ar Rajab. Tolong yah jangan mulai ngawur. Udah sana pulang.” Jawab Irtiza dengan wajah malasnya.
Mendengar jawaban Faiza membuat Irtiza menunjukkan ekspresi yang tak kalah malasnya “Ya udah aku pulang dulu yah. Kamu hati-hati yah. Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam, iya kalian juga hati-hati.” Jawab Faiza. Setelah melihat motor kakak sahabatnya menjauh iapun berjalan perlahan ketempat motornya diparkirkan.
“Wajar saja dia sudah punya calon, orang ganteng gitu. Apalah aku ini, Cuma debu yang nggak terlihat.” Gumam Faiza.
Arsen yang dari tadi menyimak kekonyolan adiknya dan sahabatnya tersenyum kecil dan membatin “sama-sama konyol, pantesan sahabatan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments