Balas Dendam Jalur Pernikahan
Siapa yang mau menerima kenyataan, kalau ternyata dirinya justru yang dipilih untuk dijadikan istrinya, siapa lagi kalau bukan Zevila Arigama, yang diminta oleh Razan untuk menjadi istrinya.
Persahabatan yang menjadikan kedua keluarga begitu erat menjalin hubungan baik bak keluarga sendiri. Kini, akan ada pertemuan penting untuk melakukan perjodohan sesuai yang tertulis dalam surat wasiat.
Di kediaman keluarga Arigama, kini tengah menikmati makan malamnya bersama. Ada Tuan Arta bersama anak dan istrinya, dan juga Tuan Danian bersama anak dan istrinya. Juga, ada keponakannya masing-masing. Siapa lagi kalau bukan Razan dan Zevila, mereka berdua dikabarkan tidak lagi mempunyai kedua orang tua. Tidak ketinggalan juga, ada Tuan Fauki selaku bagian keluarga Wigunanta.
Kedekatan Zevila dengan Razan, tidak begitu dekat, hanya sekedar mengenalinya. Sedangkan Zevila sudah begitu dekat dengan putra dari Tuan Arta, yakni Rivan Wigunanta. Usia yang tidak jauh jaraknya, keduanya berteman dengan baik.
Zevila yang tengah menikmati makan malamnya, sedari tadi tidak begitu fokus ketika yang lainnya bersenda gurau. Lebih lagi mengetahui acara makan malam yang tidak lain untuk melakukan pertemuan dari kedua belah pihak keluarga, yakni menjodohkan kakaknya dengan putra dari keluarga Wigunanta, yakni Razan.
Selesai makan malam, kini dilanjutkan lagi obrolannya di ruang keluarga, tentunya agar lebih nyaman dan leluasa untuk menentukan hari pernikahan.
Vira sebagai saudara dari Zevila, juga yang sama-sama bagian keluarga Arigama, Vira tidak sabar rasanya ingin secepatnya tanggal pernikahannya ditentukan. Dengan begitu serius untuk mendengarkan keputusan yang akan disampaikan, tidak ada yang bicara diantara mereka semua, termasuk Zevila yang tengah duduk santai seperti yang lainnya.
"Sesuai kesepakatan bersama, Razan akan menikah dengan Vira, putri dari bagian keluarga Arigama, gimana, apakah Tuan Arta sudah menentukan tanggal pernikahan untuk putri kami?"
"Aku tidak akan menikahi Vira, ini adalah keputusan ku." Razan akhirnya angkat bicara ketika Tuan Danian membuka obrolan.
Semua yang ada di ruangan keluarga, pun sangat terkejut mendengarnya, termasuk Tuan Arta sebagai paman dari Razan. Sungguh diluar dugaan atas jawaban yang dilontarkan oleh Razan, termasuk Vira yang seperti mimpi buruk ketika mendengarnya.
Zevila sendiri justru batuk saat semuanya bengong.
"Minumlah, jangan biarkan tenggorokan mu terluka," ucap Razan yang langsung menyodorkan segelas air minum kepada Zevila.
Arah pandangan semuanya tertuju ke Razan dan juga ke Zevila.
Merasa menjadi pusat perhatian, Zevila terasa tidak nyaman ketika memandanginya. Begitu juga dengan Rivan, merasa terbakar api cemburu saat Zevila diberi perhatian oleh saudaranya sendiri.
"Keputusan tidak bisa di rubah, dan mutlak kalau Razan akan tetap menikah dengan Vira."
Tuan Arta selaku Paman dari Razan, akhirnya angkat bicara dan memberi keputusan kepada keponakannya sesuai yang tertera di lembaran kertas yang dijadikan wasiat mendiang ayah dari Razan sendiri.
Saat itu juga, Razan langsung bangkit dari posisi duduknya, dan mendekati Zevila yang tengah duduk didekat ibunya.
Kemudian, dengan berani dan tidak ada rasa takut sedikitpun, Razan langsung meraih tangannya Zevila.
"Pilihanku hanya menikahi Zevila, bukan Vira, titik!" Razan pun angkat bicara dan menentukan pilihannya dengan tegas.
Rivan yang mendengarnya, pun tidak terima ketika perempuan yang disukainya akan direbut oleh kakaknya.
Seketika, Rivan langsung bangkit dari posisinya dan mendekatinya. Kemudian, ia melepaskan tangan kakaknya yang masih memegangi tangan kekasihnya.
"Lepaskan tangan mu Kak Razan!" bentak Rivan sambil melepaskan tangan kakaknya yang tengah memegangi tangannya Zevila.
Namun, bukannya dilepaskan, justru semakin kuat memeganginya. Lalu, mengangkatnya ke atas.
"Memangnya kamu ini siapanya Zevila? ha! berani beraninya menghalangi keputusan ku. Mulai dari sekarang, detik ini juga, Zevila milikku! bukan milikmu, paham!"
Dengan tegas, Razan memilih keputusan yang dibuatnya sendiri. Zevila yang mendengarnya, pun terasa geram saat mendengar ucapan dari Razan.
"Lepaskan! sakit, tau."
Zevila berusaha memberontak dan mencoba untuk melawannya. Namun sayangnya tenaganya Razan jauh lebih kuat ketimbang dirinya, dan juga Razan semakin kuat memegang tangannya Zevila.
Emosi yang sudah tidak terkendali, akhirnya Rivan melayangkan sebuah tinjuan ke arah sang kakak, namun tidak berhasil, Razan mampu menangkis tangan saudaranya.
Setelah itu, Razan melepaskan tangan miliknya Zevila. Kemudian, ia bergegas pergi meninggalkan rumah kediaman keluarga Arigama.
Vira yang memang sudah tergila-gila dengan Razan yang memiliki pesona tinggi, tidak mau jika pernikahannya gagal.
"Razan! tunggu!" teriak Vira yang tengah mengejarnya.
Merasa dipanggil, dan sekalian memberi peringatan, Razan berhenti.
"Ada apa lagi?" tanya Razan tanpa menoleh, arah pandangannya pun lurus ke depan.
"Kamu serius menolak perjodohan denganku? aku itu menyukai mu, Zan. Apa kurangnya diri aku, sampai-sampai kamu lebih memilih Zevila yang jelas-jelas tidak menyukaimu."
"Tapi aku tidak tertarik sedikitpun padamu, dan aku tidak akan menyerah untuk menikahi Zevila, paham!"
"Tapi Zevila itu tidak menyukaimu, apa yang akan kamu dapatkan darinya? dia itu tidak pantas buat kamu."
Razan yang mendengarnya, pun langsung menoleh.
"Kalau Zevila tidak pantas buatku, apalagi kamu, sama sekali tidak cocok buatku, iya 'kan?"
Vira mendengkus kesal.
Razan yang memang berniat untuk segera pergi meninggalkan kediaman keluarga Arigama, bergegas keluar dan sudah ada orang kepercayaannya yang siap siaga menunggu.
Di dalam rumah yang cukup besar di kediaman keluarga Arigama, kini suasana berubah menjadi tidak tenang.
"Sudahlah, kita sudahi dulu pertemuan kita ini. Mungkin ada yang kurang pas momennya, makanya si Razan dengan beraninya mengacaukan acara pertemuan kita ini. Sebelumnya kami meminta maaf jika sudah membuat keributan di rumah Tuan Danian, saya akan memberi efek jera kepada keponakan kami. Kalau begitu, kami pamit untuk pulang, sampai bertemu lagi dipertemuan yang akan datang, permisi," ucap Tuan Arta angkat bicara sekaligus berpamitan, juga meminta maaf atas ulah keponakannya yang sudah mengacaukan acara perjodohan.
"Tidak apa-apa, masih ada hari esok," jawab Tuan Danian.
Rivan yang takut kehilangan orang yang sangat disukainya, berharap jika saudara sepupunya tidak jadi menikahinya.
Karena acara pertemuan sudah selesai, Tuan Arta bersama anak dan istrinya akhirnya memilih pamit pulang.
Setelah tamunya pada pergi, kini tinggallah penghuni rumah yang masih berada di ruang tamu.
"Zevila! berhenti."
Istri Tuan Danian langsung memanggil dan menghentikan langkah kakinya.
Zevila yang merasa dipanggil namanya, pun langsung berhenti. Kemudian, ia menoleh ke belakang.
"Iya Tante, ada apa?" Zevila menyahut dan langsung bertanya.
"Istirahat lah, tidak perlu kamu pikirkan soal Razan. Nanti biar Tante sama Paman yang akan menyelesaikan masalah mu," ucapnya.
"Iya Tante, makasih banyak," jawab Zevila menurutinya.
"Tenang saja, semua tidak akan ada masalah, sekarang lebih baik kamu istirahat lah."
Tuan Danian ikut angkat bicara.
"Iya, Paman. Kalau boleh bertanya, apakah sudah mendapatkan kabar soal kematian ayah, Paman?"
Zevila yang begitu frustrasi karena belum juga mendapatkan informasi mengenai insiden kecelakaan, serta kematian mendiang ayahnya, hari hari yang dijalaninya tidak begitu tenang.
"Paman sedang berusaha semaksimal mungkin, untuk hasilnya kita tunggu saja nanti. Dari pihak polisi sih, murni kecelakaan dan tidak ada yang bermasalah, tapi tetap saja, Paman akan mencari titik terangnya."
Tuan Danian yang tidak ingin membuat keponakannya larut dalam kesedihan atas kematian ayahnya, sebisa mungkin untuk selalu meyakinkannya.
"Benar ya, Paman, usut tuntas soal kematian ayah." Zevila penuh harap untuk menguak kebenarannya.
"Soal kematian mendiang ayah kamu, Paman akan berusaha semaksimal mungkin, dan berusaha keras untuk mencari dalang insiden kecelakaan ayah kamu. Jadi, kamu tidak perlu khawatir, karena kejahatan seperti apapun akan terkuak dengan sendirinya." Tuan Danian ikut menimpalinya, dan menyemangati keponakannya agar tetap bersabar.
"Iya, Paman, semoga saja pelakunya segera ditemukan, dan tidak menjadi teka-teki dalam pikiran ku." Kata Zevila penuh harap, jika kematian ayahnya secepatnya terkuak.
"Ya udah, karena sudah malam, lebih baik kamu kembali ke kamar dan istirahat lah," ucap Tuan Danian.
Zevila mengangguk dan mengiyakan. Setelah itu kembali ke kamarnya untuk istirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Tini Suhartini
msh menyimak 😌
2023-11-10
0