Keputusan yang mutlak

Karena sudah waktunya untuk istirahat, Zevila memilih kembali ke kamarnya dan tidur. Sama halnya dengan Vira, juga buru-buru masuk ke kamar untuk istirahat.

Di lain tempat, Razan yang lagi males pulang ke rumah, memilih main ke rumah orang kepercayaannya, siapa lagi kalau bukan Dendi Prakoza.

"Kenapa kamu Bos? jutek gitu mukanya, gimana acaranya, kelihatan lagi mules gitu ekspresi kamu Bos. Gak lagi kena masalah 'kan, Bos?"

Dendi selain bertanya, tak lupa juga meledek Bosnya. Razan yang lagi males bicara, langsung menjatuhkan diri di atas sofa dengan posisi terlentang.

"Aku bersikeras untuk menikahi Zevila, tidak bisa dirubah dengan alasan apapun, titik!" jawab Razan yang tetap berkeinginan untuk menikahinya.

"Tapi 'kan, surat wasiatnya kalau yang dijodohkan itu, si saudara sepupunya Nona Zevila sendiri, Bos."

"Vira kah yang kamu maksud?"

"Iya, siapa lagi, kata Bos Razan 'kan memang Nona Vira yang ditulis pada surat wasiat, sedangkan Bos sendiri dijodohkan dengan Vira, putri dari Tuan Danian."

"Iya juga sih, isi surat wasiatnya si memang namaku dan nama Vira yang tertulis, bukan si Zevila. Tapi, aku tetap saja, aku tidak akan melepaskan Zevila, apapun alasannya aku akan tetap memilihnya untuk ku jadikan istriku!"

Razan sendiri tetap pada pendiriannya, yakni akan menikahi Zevila, sesuai tujuannya yang sudah menjadi keputusan yang mutlak.

Karena dirinya tidak ingin semakin penat memikirkan bagaimana caranya untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya, Razan memilih untuk tidur di sofa hingga pikirannya sedikit tenang.

Di lain sisi, Tuan Arta dan juga istrinya yang baru aja sampai di rumah bersama putranya, mereka kembali ke kamarnya masing-masing untuk istirahat.

Rivan yang tengah duduk sambil memegangi ponselnya, mendadak teringat jika yang menginginkan Zevila tidak hanya dirinya, melainkan ada Razan yang juga saudara sepupunya sendiri, sama statusnya seperti Razan, yakni bagian keluarga Wigunanta.

Lain lagi di tempat kosannya Dendi, rasa kantuk yang dikuasai oleh banyaknya pikiran, Razan terlelap dari tidurnya. Dendi selaku orang kepercayaannya si Razan, selalu siaga menjaga Bosnya, sesuai amanah dari mendiang ayahnya sebelum berpisah untuk selama-lamanya.

Bahkan, untuk makan saja selalu melakukan pemeriksaan, takutnya ada makanan yang didalamnya merusak fungsi organ dalam tubuh.

Selain itu, Dendi selalu berusaha untuk tidak pernah lengah dari kata keteledorannya hingga pagi menyambutnya dengan hangat oleh mentari di pagi hari.

Tersadar dari tidurnya yang lelap, Razan membuka kedua matanya, dan memeriksa isi dalam ruangan, rupanya masih berada di rumah kosan milik orang kepercayaannya.

"Jam berapa ini?" tanya Razan sambil celingukan, dan menguap ketika bangun dari tidurnya.

Terasa gerah saat bangun dari tidurnya, Razan meraih ponsel dan melihatnya.

"Astaga! hari ini aku ada pertempuran penting dengan pihak perusahaan milik dari Gertana. Aish! benar-benar melelahkan!"

"Jadwal pertemuan sudah di cancel sejak kemarin sore, Bos. Memangnya Bos Razan tidak menerima pesan kah?"

Dendi langsung menyahut, Razan yang penasaran segera memeriksa pesan masuk dari ponselnya. Benar saja, rupanya ada pesan masuk yang diabaikan.

Razan yang begitu penat dengan pekerjaannya, juga ditambah soal masalah pribadi, sampai tidak fokus jika ada pesan masuk ke nomor ponselnya.

"Kenapa dibatalkan, Den?" tanya Razan ingin tahu.

"Tuan Vikto sedang dalam perjalanan dari luar negri, karena jadwal penerbangan yang diundur, jadinya tidak punya waktu untuk melakukan pertemuan. Selain itu, Tuan Vikto ingin bertemu langsung dengan mu, Bos. Katanya sih begitu, Bos."

"Oh, kirain karena sesuatu hal yang lain. Ya udah kalau gitu, aku pinjam bajumu, aku mau langsung ke kantor saja, dan gak perlu pulang ke rumah."

"Kenapa, Bos?" tanya Dendi sambil membereskan kamar tidurnya.

"Lagi males aja akunya, sudah cepetan siapkan baju buatku, udah siang ini!"

"Iya, Bos."

Dendi yang tidak ingin Bosnya marah dan emosi, langsung menyiapkan baju ganti. Sedangkan Razan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di lain tempat, Zevila yang sudah bangun dari tidurnya, tengah beberes didalam kamarnya. Juga, membereskan berkas-berkas untuk masuk ke kantor mendiang ayahnya.

Setelah sudah siap untuk berangkat, Zevila segera turun dan ikut sarapan pagi bersama keluarganya.

Saat sudah berada di ruang makan, Zevila tengah menikmati sarapan paginya hingga tidak terasa sudah waktunya berangkat ke kantor.

"Zevila," panggil Tuan Danian yang juga hendak berangkat ke kantor.

"Iya, Paman, ada apa?"

Zevila menyahut dan bertanya.

"Duduk sini sebentar, ada sesuatu yang sangat penting ingin Paman sampaikan ke kamu, duduklah."

Tuan Danian meminta keponakannya untuk duduk, Zevila pun mengiyakan.

"Ini, ada sesuatu yang penting, tadi malam setelah kamu masuk ke kamar, ada seseorang yang datang mengirimkannya ke rumah. Kamu boleh membacanya, dan mempercayai semuanya. Paman berharap, kamu tidak marah, juga bisa menerima kenyataan semua ini dengan lapang," ucap Tuan Danian sambil menyodorkannya sebuah lembaran kertas yang ada didalam map.

Zevila yang ingin tahu isi dalam map tersebut, langsung meraihnya dan membaca isi dalam keseluruhan di lembaran kertas yang ada didalam map.

Kalimat demi kalimat yang ia baca dari atas sampai bawah, dan tidak ada yang terlewatkan sedikitpun. Saat sudah dibaca semuanya, sungguh Zevila sangat tidak menyangka jika isi dalam kertas tersebut benar-benar di luar dugaannya. Shock sudah pasti, dan napasnya mendadak terasa panas.

"Maksudnya Paman, ini apa? yang benar saja, kalau Papa mempunyai hutang sebesar ini, tidak mungkin!"

"Paman juga awalnya tidak percaya, tapi kenyataannya memang begini. Kalau mendiang Papa kamu sekarang kasusnya sedang ditangani, dan mendiang Papa kamu telah dijadikan tersangka. Hari ini juga, kita akan proses semua permasalahan, dan sebisa mungkin untuk menghapus nama buruk keluarga Arigama. Jadi, kita tidak punya jalan lain selain menjual Perusahaan untuk mengganti rugi jika ayah kamu dinyatakan bersalah. Kamu tenang saja, Paman akan mencari tahu kebenarannya soal kematian ayah kamu."

"Terus, kalau perusahaan Papa dijual, kita jatuh miskin dong, Paman?"

Tuan Danian mengangguk.

"Benar, makanya Paman mau mencari kebenarannya. Kalau sudah ditemukan pelakunya, maka kita akan membalaskan dendam atas kematian ayah kamu." Kata Tuan Danian.

"Tapi, bagaimana caranya, Paman? Bukankah sangat sulit untuk menemukan pelakunya? kalau ternyata memang ayah yang bersalah, kita bisa apa, Paman?"

"Paman yakin kalau kematian ayah kamu pasti ada yang sudah merencanakan, percayalah sama Paman." Kata Tuan Danian meyakinkan keponakannya.

"Semoga saja, Paman. Aku berharap pelakunya segera ditemukan!"

Saat itu juga, Tuan Danian dikagetkan suara dering pada ponselnya. Kemudian, cepat cepat untuk menerima panggilan video call.

Dengan suara yang sudah ditinggikan volumenya, Zevila maupun Tuan Danian, juga istrinya maupun Vira dapat mendengarkannya.

Tidak ada yang bersuara sepatah kata pun, mereka benar-benar fokus mendengarkan suara lewat panggilan video.

Betapa terkejutnya si Zevila ketika mendengarnya. Juga, bukti rekaman yang di tunjukkan oleh orang kepercayaan dari Tuan Danian.

"Apa! jadi, yang menyebabkan kecelakaan adalah Tuan Arival?"

Tubuh Zevila terasa tak berdaya ketika mendengar bukti yang ditunjukkan oleh orang kepercayaan dari Pamannya.

"Kamu sudah tahu kebenarannya, 'kan? terus, apa tujuan kamu? apakah akan membalaskan dendamnya pada si Razan?"

Zevila yang mendengar penuturan dari Pamannya, pun terasa pening untuk mencerna dalam setiap kalimatnya, sungguh benar-benar sulit untuk dipahami dan cerna.

"Gak! aku gak percaya kalau ayahnya Razan adalah dalang dibalik kematian ayahnya Zevila. Aku yakin kalau ayah kamu mati karena kesalahannya sendiri!"

Vira yang mendengarnya, pun merasa tidak terima ketika lelaki yang disukainya akan dijadikan alat balas dendam.

"Ini kenyataannya, dan Papa tidak bisa berada di pihak Razan. Sepertinya kamu harus lupakan Razan, dan menjauhinya." Tuan Danian akhirnya memberi keputusan kepada putrinya untuk mengakhiri rencana perjodohan.

"Apa kata Papa tadi, mengakhiri perjodohan? Gak! aku gak mau." Vira tetap dengan pendiriannya.

"Jangan membantah!" bentak Tuan Danian.

"Tapi, Pa-"

"Masih banyak lelaki yang lebih baik dari Razan, percayalah dengan Papa, Vira!"

Zevila sendiri masih diam, berusaha untuk mencernanya. Betapa shock ketika mengetahui kebenarannya. Sedangkan Vira mendengkus kesal.

"Begini saja, Zevila siap menerima pernikahan dengan Razan. Dari situlah, kamu memulai melakukan rencana untuk membalaskan dendam atas kematian ayahmu lewat Razan, kamu racuni dia, dan buat tak berdaya hidupnya, setelah itu, kamu tinggalkan lelaki yang bernama Razan saat benar-benar jatuh cinta dengan mu."

"Apa! Zevila harus membuat Razan jatuh cinta dengannya? tidak! aku tidak akan terima rencana Papa yang sangat konyol itu."

"Papa tidak mempunyai pilihan lain untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya Zevila. Mau bagaimana pun, ayahnya Zevila adalah seorang Kakak yang sudah sangat berjasa kepada Papa." Kata Tuan Danian. Zevila menghela napasnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!