"... Aku sedikit merindukan ini. Rumahku." Setelah melakukan beberapa proses administrasi dan mengantar sang pedagang ke perusahaan utama nya yang ada di Ibukota, Zone kini berada di hadapan pagar yang memisahkan antara Mansion pribadi nya dan distrik perumahan penduduk biasa. Pemandangan itu cukup menggetarkan hati bagi Zone yang telah terjebak di medan perang beberapa waktu yang lalu.
"Tuan Zone!" Pada saat itu, Marie yang sebelumnya tampaknya sedang menyapu halaman bagian belakang Mansion, datang menghampiri Zone dari balik gerbang setelah menyadari keberadaan Zone saat dirinya berniat untuk menyapu dan membersihkan halaman depan.
"Marie." Senyuman secara alami tumbuh pada wajah Zone ketika dia melihat sosok Marie yang sedikit tergesa-gesa untuk membukakan gembok gerbang untuk dirinya.
Setelah beberapa saat berlalu, Marie akhirnya berhasil membuka gembok dan gerbang. Berdiri dihadapan Zone, Marie tak dapat menahan perasaan khawatir nya lagi dan akhirnya, dia pun mulai meneteskan air mata. "Sa-saya... Saya bersyukur anda baik-baik saja, Tuan!"
Suara Marie sedikit tersendat-sendat. Menunjukkan betapa lega nya dirinya melihat Zone. Hati Zone pun merasa terhangatkan kembali melihatnya.
"Aku pulang," ucap Zone. Melingkarkan Syal coklat kemerahan bercorak tumbuhan dan bunga kepada Marie. "Maaf sudah membuatmu khawatir."
"Ya...!" Di tengah suasana dingin dimana salju terus turun, pasangan Tuan dan Pelayan itu mendekatkan dahi keduanya. Bagi keduanya, saat-saat itu adalah momen paling hangat pada hari itu.
***
"Jadi, perang sudah dimenangkan oleh Kekaisaran?"
"Hanya untuk di sisi barat, ya."
Setelah sambutan pulang hangat, Zone dan Marie kini sedang berada di ruang tamu, duduk dengan tungku pemanas di depan mereka. Zone duduk di sofa nya, sementara Marie sedang memanaskan air di tungku tersebut untuk menyeduhkan teh hangat demi tuannya yang baru saja kembali dari perjalanan panjang yang dingin.
"Bahkan sekarang pun, masih banyak daerah Kekaisaran yang terus di jajah oleh negara-negara lain. Kerajaan hanyalah salah satu dari banyak dari mereka."
"Hmm... Perang, ya. Itu terdengar tidak nyata bagi orang-orang seperti saya yang hanya mengetahui Ibukota... Meskipun, setelah melihat anda, Tuan, saya rasa ini memang masalah yang serius, benar."
Zone saat ini sudah membuka mantel tebal berbulu nya, digantikan oleh selimut yang hangat diatas pakaian kasualnya yang biasa. Untuk Marie... Dia masih setia memakai pakaian pelayannya, meski dengan tambahan Syal yang dibawa Zone untuk nya.
"Itu menunjukkan betapa kekaisaran mampu dalam menjaga moral rakyatnya. Normalnya, kebanyakan negara akan meningkatkan pajak pada rakyat mereka disaat seperti ini, yang pada akhirnya akan menghilangkan ketenangan dan kemakmuran. Paling buruk, bahkan negara itu pun pada akhirnya akan hancur dengan sendirinya setelah semua itu. Kekaisaran memang diberkati dengan pemimpin yang bijak, dan prajurit yang kuat, jadi hal semacam itu setidaknya sampai saat ini tidak terlihat seperti akan terjadi." Sambil mengawasi Marie yang sedang menuangkan air panas ke gelas berisi daun teh nya, Zone menjelaskan hal itu kepada Marie yang sepertinya tidak memiliki kesadaran penuh akan situasi yang saat ini sedang menimpa Kekaisaran.
"Kalau begitu, bukankah itu berarti bahwa kedamaian ini juga berkat Tuan Zone?" Marie terlihat sedikit bersemangat ketika dia mencoba untuk memastikan dugaan nya itu kepada Zone sendiri. "Maksudku, jika anda yang adalah Ksatria terkuat kekaisaran tak ada, bukankah perang akan berlangsung lebih lama dan menyiksa?"
Meskipun Marie menanyakan itu, dia tampak seperti sudah benar-benar yakin akan dugaan nya. Dia mendesak Zone dengan mendekatkan tubuhnya, dan itu membuat Zone yang sedang mencoba untuk meminum teh dengan tenang cukup kewalahan. "Uh... Yah, kurasa aku juga berperan cukup besar di bagian itu."
"Benar?! Sudah kuduga, Tuan Zone itu benar-benar orang yang luar biasa! Ehehe..."
"..." Sementara Marie terlihat bangga pada dirinya sendiri dan bersenang-senang, Zone terdiam sambil menyeruput tehnya. Wajahnya sedikit merah karena malu.
-Keesokan harinya.
Di waktu dimana matahari bahkan belum sepenuhnya menunjukkan dirinya, Marie si pelayan sudah selesai mencuci semua pakaian milik Zone dan dirinya. Di halaman belakang rumah, Marie menjemur semua pakaian dan kain yang sudah selesai dia cuci.
Meletakkan kedua tangannya di pinggangnya, Marie merasa sedikit bangga pada dirinya karena dia dapat menyelesaikan pekerjaannya beberapa menit lebih cepat dari pada sebelumnya.
"Hm... Setelah ini..." Melirik mentari yang muncul di cakrawala, Marie mengingat-ingat kembali apa yang harus dia lakukan setelah ini.
Karena hanya dirinya sendirilah yang mengurus Mansion ini sebagai seorang pelayan, pekerjaan Marie cukup banyak dan dia sibuk dengan nya setiap hari. Namun, dia tidak membencinya.
Menyapu, mengepel, mengelap jendela, mengatur furnitur, memasak, semuanya dilakukan pelayan setia Zone ini dengan senang hati. Alih-alih merasa letih, Marie menikmati dirinya sendiri dan bahkan bersenandung selama melakukannya. Gadis ini, benar-benar adalah pengikut paling setia dan satu-satunya milik Zone.
... Pada saat itu, Zone akhirnya bangun. Zone bangun lebih lambat dari biasanya karena dia telah diberikan cuti selama satu minggu sebagai imbalan dari kerja keras nya selama perang dengan Kerajaan.
Setelah bangun, Zone membasuh muka nya, minum segelas air, sarapan bersama Marie, lalu pergi keluar untuk lari pagi dan latihan pedang hariannya.
Hari-hari damai Zone dan Marie terus berlangsung dengan lambat dan tenang hingga akhirnya, hari kerja Zone kembali. Tak hanya itu, hari yang satu ini sepertinya cukup spesial karena alih-alih di tugaskan untuk menjaga sang Kaisar seperti biasa, Zone malah mendapat panggilan dari sang Permaisuri tepat setelah ia sampai di istana.
Mengikuti dibelakang rombongan ksatria wanita yang melayani tepat dibawah perintah Permaisuri itu sendiri, Zone dibawa ke bangunan lain yang dibangun di sisi yang lebih terlindung Istana. Sebuah tempat yang biasanya terlarang bagi pria manapun,
Bahkan tak perlu dipertanyakan lagi betapa mewahnya bangunan tersebut. Jika harus dibandingkan dengan istana itu sendiri, mungkin menyebutnya istana versi mini dapat dibilang cukup cocok.
Bangunan itu besar dan luas. Dibangun dengan tiga lantai secara keseluruhan, dengan bentuk persegi dengan satu sisi yang menjadi gerbang masuk dan bagian tengahnya dikosongkan dan menjadi taman yang indah penuh bunga-bunga yang langka tersusun rapi. Bangunan itu juga memiliki nama julukan lain dikalangan wanita bangsawan yaitu
Atas arahan para ksatria wanita, Zone dibawa ke depan sebuah ruangan yang ada di lantai 3. Dilihat dari dekorasi pintu dan penjagaan nya yang ketat saja, Zone sudah yakin bahwa siapapun yang berada di dalam ruangan ini adalah orang paling penting di tempat ini. Memikirkan itu, hanya Permaisuri lah yang dapat Zone pikirkan.
"Nyonya, Tuan Kursdizt telah tiba." Dihadapan pintu mewah tersebut, salah seorang ksatria wanita mengatakan itu hal itu sembari memberi beberapa ketukan pada pintu. Menunggu tanggapan dari pemilik ruangan tersebut.
"Bawa masuk." Lalu, sebuah suara indah yang memberikan kesan anggun dan bermartabat lah yang menjawab dari balik pintu.
""Baik!"" jawab kstaria wanita yang membawa Zone, bersamaan. Mereka membuka pintu dua sisi yang mewah tersebut, berbaris di kedua sisi dan membungkuk entah kepada Zone atau sebagai bentuk penghormatan bagi pemilik ruangan. Apapun itu, Zone yakin itu artinya dia sudah boleh masuk kedalam ruangan.
Berjalan ke dalam ruangan, hal pertama yang Zone lakukan adalah berlutut setelah menginjakan kakinya pada karpet merah bersulam emas yang tentu mahal. "Hamba anda, Ksatria Kekaisaran ini, Zone Kursdizt, telah tiba, Yang mulia Permaisuri."
Zone tidak menatap wajah pemilik ruangan tersebut saat berjalan memasuki ruangan. Namun, dari suasana ruangan itu saja, Zone sudah yakin akan hal itu.
"Angkat kepalamu," perintah sang pemilik ruangan, yang membawa Zone untuk mengangkat kepalanya dan akhirnya bertatap muka dengan wanita cantik berambut pirang dan mata merah - Permaisuri kekaisaran Elgion, Amertha Cor Elgion - Wanita tercantik dan terkuat di seluruh kekaisaran yang berdiri di puncak kekuasaan.
Zone tidak dapat melihat seluruh wajah sang Permaisuri dikarenakan wanita itu menutupi mulutnya dengan kipas merah keemasan nya. Zone hanya dapat melihat mata merah yang menilai dirinya dengan dingin dari atas ke bawah. "Hamba datang ke hadapan anda atas panggilan anda, Nyonya. Apakah ada yang bisa hamba bantu?"
Diantara Zone dan Amertha terdapat sebuah meja kayu beralas taplak meja yang terlihat mahal dengan banyak buku dan kertas diatas nya.
Karena selain meja itu dan sofa-sofa yang berjejer di kedua sisi ruangan tidak ada furnitur lain di ruangan itu, Zone yakin bahwa ruangan ini lebih seperti ruang kerja sang Permaisuri daripada ruang pribadi nya. Itu memberinya sedikit ketenangan, namun juga sedikit kegugupan karena itu juga berarti bahwa sang Permaisuri memiliki pekerjaan untuk nya.
Amertha tak langsung menjawab pertanyaan Zone. Amertha menggulung kipas nya, memperlihatkan bibir berlipstik merah yang menawan di balik nya sedang membentuk senyuman manis sehingga sedikit berlawanan dengan matanya yang tenang dan dingin. "Ksatria Kekaisaran, Zone Kursdizt."
"Ya!" Sebagai antisipasi atas kata-kata Amertha selanjutnya untuknya, Zone memasang wajah teguh yang serius.
"Aku memanggil mu kali ini tak lain dan tidak bukan adalah, tentu, karena aku memiliki suatu permintaan untuk dirimu seorang." Amertha mengatakan itu dengan nada ringan, tetapi matanya masih mencoba untuk menilai Zone.
Permintaan, ya...
Alih-alih 'perintah,' sang Permaisuri menggunakan kata 'permintaan' pada kalimatnya. Hal itu membuat Zone semakin gugup akan apa yang akan keluar dari mulut wanita terpenting di Kekaisaran ini.
Di Kekaisaran, 'Perintah' biasanya di berikan kepada seseorang setelah menilai bahwa seseorang itu mampu untuk melakukannya. Karena kebiasaan ini, 'Perintah' yang mustahil biasanya lebih jarang terjadi daripada yang siapapun pikirkan.
Namun, 'Permintaan' berbeda. Ini adalah kata permohonan. Sesuatu yang tak wajib. Namun, jika digunakan oleh seseorang sepenting Permaisuri, itu sama saja dengan 'Perintah.'
Jadi, sebuah 'Perintah' yang hampir mustahil bagi seorang ksatria terkuat akan diberikan kepada Zone pada saat ini.
"Permintaan ku bukanlah sesuatu yang serius," ucap Amertha, yang jelas-jelas membuat Zone yakin bahwa itu adalah sebuah kata-kata manis penuh kebohongan belaka.
"Bisakah kau, Ksatria andalan suami ku, untuk menjaga kedua putri kami dan mendidik mereka berdua agar dapat memperoleh tunangan yang baik?" lanjut sang Permaisuri.
"... Eh?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Mr. Wilhelm
Selir kali yak?
2023-11-22
0
Mr. Wilhelm
ini knapa paragrafnya di tengah Thor? 🤔
2023-11-22
0
Phospophyllite
akhirnya prolog selesai...
2023-11-14
0