"S-sial... Jadi, inikah... Perisai kekaisaran, huh?... Dasar... Monster..." Dengan luka di sekujur tubuhnya, seorang pria berumur lebih dari 30 tahun an yang tampaknya adalah andalan sebuah negara yang saat ini sedang berperang di sisi barat Kekaisaran - Kerajaan Corlin - menghembuskan napas terakhir nya di atas pedang Ksatria terkuat Kekaisaran, Zone Kursdizt.
Zone menatap dalam diam pada tubuh lemas pria yang baru saja ia bunuh yang berbaring membentuk kolam darah kental di tengah medan perang yang gersang.
Zone memenggal kepala pria itu, mengangkatnya dengan tangan kirinya. "AKU SUDAH MEMENGGAL KEPALA PEMIMPIN MEREKA!"
"OOOOOOOHHHHHHHHH!!!" Teriakan semangat bergema dari arah pasukan Kekaisaran sementara keputusasaan muncul di wajah setiap prajurit Kerajaan setelah mendengar kata-kata Zone.
Namun, sementara kebisingan dan teriakan memenuhi udara medan perang di saat pasukan Kekaisaran mulai memburu prajurit Kerajaan yang mulai kabur dan telah kehilangan semangat tempurnya, Zone menatap seseorang yang sedang berhadapan dengannya dengan mayat pemimpin nya sebagai pemisah diantara keduanya.
"Kau tidak akan pergi?" tanya Zone kepada pemuda itu, mengangkat pedangnya kedepan.
"Bunuh aku..."
"... Hah?"
"AKU BILANG, BUNUH AKU, SIALAN!!" Air mata mengalir di wajah bernoda pemuda itu. "SUDAH TIDAK ADA HARAPAN LAGI! KAU SUDAH MEMBUNUH NYA! Harapan kami, mimpi, SEMUANYA!" Pria itu terlihat bahkan telah kesulitan untuk menyusun kata-kata dengan benar diantara tangisannya.
"Kerajaan lah yang memulai semua ini," ucap Zone, dingin. Zone tahu, bahwa pemuda dihadapan nya saat ini sama sekali tidak bersalah. Dia sama sepertinya, hanyalah seorang prajurit yang menjalankan tugasnya atas perintah atasan mereka. Namun, meskipun itu menyakiti hatinya sekalipun, Zone juga tidak boleh melunak di saat seperti ini.
Wajah pemuda itu berkerut amarah mendengar kata-kata Zone. Dia memelototi Zone, mengangkat pedangnya kearah Zone. "BAJINGAN!"
Pemuda itu menendang tanah di belakangnya. Menutup jarak antara mereka berdua. Dengan garis yang benar-benar menunjukkan betapa terlatih nya pemuda itu, dia mengayunkan pedangnya ke samping tubuh Zone, berniat untuk membelahnya.
"...!" Namun, sebelum Pemuda itu bahkan dapat menyelesaikan ayunannya, kedua tangan yang ia gunakan untuk memegang pedangnya telah terpotong dengan rapi tepat di pergelangan.
Selanjutnya, Zone mengatur kembali posisi nya, mendorong pedangnya untuk menusuk tepat kearah jantung pemuda itu.
"Arghh!" Pemuda itu memuntahkan darah dari tenggorokan nya. Tanpa bisa melakukan apapun sebagai perlawanan setelah pergelangan tangannya di potong, pemuda itu hanya bisa merintih kesakitan sesaat sebelum kematiannya.
"..." Zone mencabut pedangnya. Terdiam sesaat sebelum kembali ke garis depan dan membunuh lebih, jauh lebih banyak prajurit Kerajaan lagi dan lagi.
***
"Apa kau yakin tidak akan bergabung dengan mereka? Mereka akan senang minum dan bertukar cerita dengan idola mereka walau hanya sebentar, kau tahu?" Seorang pria paruh baya berpakaian militer, bangsawan yang menjadi komandan pasukan dalam perang ini, menunjuk kearah kelompok prajurit Kekaisaran yang saat ini sedang minum-minum di hadapan api unggun di dekat benteng perbatasan antara Kekaisaran dan Kerajaan ini.
Zone menolak tawaran Komandan. "Aku akan memilih kembali untuk saat ini. Aku akan membuat pelayan ku khawatir jika aku terlalu lama meninggalkan nya." Di punggung Zone terdapat sebuah ransel berisi semua barang-barang dan imbalan nya atas keikutsertaan nya pada pertempuran kali ini. Zone berniat untuk segera pulang setelah mencapai kota terdekat dan pergi bersama konvoi pedagang mana pun yang mungkin akan menuju ke Ibukota.
Komandan itu juga tak berniat untuk memaksa Zone. "Bagitu ya. Yah, kurasa itu juga akan buruk jika kau meninggalkan Ibukota terlalu lama juga, sih. Sampai nanti, Tuan Kursdizt."
"Begitu juga untuk mu, Tuan Dorbird."
Setelah saling mengucapkan salam, Zone membelakangi Komandan dan akhirnya berangkat menuju kota terdekat. Berjalan kaki, tentunya.
***
Berjarak sekitar 2 jam dari Benteng perbatasan dibangun, terdapat sebuah kota besar yang dulunya adalah tempat dari kedua negara untuk saling berdagang.
Kondisi kota tersebut cukup memprihatinkan karena perang, tetapi Zone tidak dapat melakukan apapun ketika dia hanya dapat berjalan melewati jalanan kota yang bahkan hampir tidak dapat diterangi lagi oleh lampu jalan yang berkedip dan hampir rusak. Di setiap sisi jalan, Zone melihat beberapa orang yang duduk termenung dengan pakaian yang kotor dengan tatapan mata yang tak bernyawa.
"Yah, setidaknya aku akan berdoa agar kondisi kota ini membaik setelah perang dengan Kerajaan usai." Walaupun dia tak memiliki wewenang apapun yang dapat membuatnya membantu warga-warga malang ini, Zone mengucapkan kata-kata doa untuk masa depan kota ini di dalam hatinya. Berharap keadaan ini akan terpecahkan setelah perang dimenangkan oleh pihak Kekaisaran.
Berjalan selama beberapa menit di jalanan yang sunyi dan penuh noda, Zone berhenti di hadapan sebuah bangunan dengan papan tanda berlambang kasur. Zone yakin tempat itu adalah sebuah penginapan, jadi dia memutuskan untuk menginap di sana untuk malam ini.
Lonceng bel pada pintu berbunyi bersamaan dengan saat Zone mendorong pintu dan melangkahkan kakinya kedalam bangunan itu. Benar saja, tempat itu adalah sebuah penginapan. Zone yakin akan hal itu setelah melihat beberapa orang yang masih minum-minum atau makan di bagian tempat makan Penginapan, walau tak sebanyak yang ia harapkan.
Memutar kepalanya, Zone menemukan seorang wanita yang bertugas untuk menerima pelanggan di balik meja, dan berjalan menghampirinya.
"Selamat datang, Tuan Ksatria! Apakah anda ingin menginap?" tanya wanita itu, tersenyum.
"Ya. Hanya satu malam." Zone mengangguk pada wanita itu, menaruh satu keping koin perak di atas meja, yang akhirnya di kembali kan oleh wanita itu menjadi 6 koin perunggu.
4 perunggu satu malam... Cukup mahal, pikir Zone, mengambil kembali kembaliannya, lalu mengikuti wanita itu ketika dia mengantar nya ke lantai dua bangunan dimana kamar untuknya tersedia.
"Kalau begitu, selamat malam, Tuan." Membungkuk, wanita itu pun meninggalkan Zone sendirian di hadapan pintu kamar yang memiliki nomor '016' pada nya setelah memberikan kunci kamarnya kepada Zone.
"Ya, selamat malam..."
Meninggalkan kata-kata itu di lorong yang remang-remang, Zone membuka pintu kamar dengan kunci yang diberikan kepadanya, lalu memasuki kamar.
Berbaring di kasur, Zone pun menutup matanya untuk hari itu.
***
Pagi hari, subuh, sebuah rombongan kereta kuda milik suatu perusahaan pedagang pergi keluar dari kota perbatasan. Diantara para penumpang dan pedagang, Zone ditempatkan di bagian paling belakang untuk menjaga Karavan.
Zone menawarkan jasanya untuk melindungi rombongan pedagang selama perjalanan mereka sebagai ganti para pedagang membiarkan nya untuk naik bersama mereka ke Ibukota. Ini adalah jenis kesepakatan yang sering terjadi antara para pedagang dan pejuang yang sedang berkelana. Sebuah Trade.
Zone juga akan diberikan makan secara gratis selama itu, jadi Zone berpikir itu lebih baik daripada dia harus mempersiapkan segalanya sendiri dari kereta, kuda, hingga bahkan bekal dan sumber daya lain yang dibutuhkan, mengingat Zone berniat untuk kembali pulang dengan cepat.
Kekaisaran itu sangat luas. Membutuhkan setidaknya 3 minggu sampai beberapa bulan untuk menuju Ibukota dari perbatasan seperti ini tergantung jalur dan keamanan selama perjalanan.
Sudah sekitar 1 bulan lebih telah berlalu sejak Zone dikirim ke perbatasan untuk memberikan bantuan pada perang dengan Kerajaan. Di waktu ini, cuaca daerah sekitar Kekaisaran akan mulai menjadi semakin dingin karena Kekaisaran akan menjadi jalur berikutnya dari imigrasi roh dan peri musim dingin sesuai dengan yang diprediksi oleh penyihir Kekaisaran.
Memikirkannya kembali sekarang, Zone bahkan beranggapan bahwa kemungkinan salah satu alasan terbesar dari dikirim nya dirinya kesini adalah untuk sesegera mungkin mengakhiri perang di daerah sini. Lagipula jika perang terus berlangsung bahkan di musim dingin, tak terbayangkan berapa banyak nyawa para prajurit dan kstaria yang akan hilang. Bukan ditangan manusia, namun karena penyakit dan keras nya cuaca.
"Musim dingin, ya..." Sementara masih mengingat berapa banyak nyawa yang telah ia renggut selama pertempuran kali ini, Zone menatap langit biru yang mulai di penuhi oleh roh-roh musim dingin - makhluk kecil berbentuk bola putih transparan - melayang di atas sana membentuk garis meliku panjang yang terus memanjang dari ujung cakrawala.
"Ini akan terus semakin dingin dan dingin... Fiuh~" Menyadari bahwa bahkan napas nya sekarang mulai membeku, Zone mengeluarkan mantel yang tak lupa ia beli di kota sebelum keberangkatan mereka sebelumnya.
Dengan pedang nya yang selalu siap di samping nya, Zone menjaga kewaspadaan nya tetap terjaga ketika dia menghangatkan dirinya di dalam mantel dan selimut berbulu.
-24 hari sejak hari keberangkatan, di jalan yang mendekat menuju Ibukota.
"___!" Zone menebas kepala makhluk kecil Humanoid - Goblin - yang menyergap dari semak-semak ke bagian belakang kereta. Ada beberapa puluh lagi dari mereka, jadi Zone terus menebas mereka satu demi satu hingga akhirnya tidak ada lagi Goblin yang terlihat masih berdiri di atas jalan kereta yang mulai tertutupi salju tipis. Ada banyak dari mereka juga muncul di bagian samping dan depan konvoi, tetapi Zone tahu akan ada pejuang dan penyihir lain yang mengalahkan mereka, jadi Zone hanya menyaksikan setelah menyelesaikan pekerjaan nya.
Di dunia ini, terdapat ancaman lain selain sesama manusia yang disebut monster. Mereka adalah makhluk-makhluk ganas berbentuk menyerupai manusia hingga hewan yang terbentuk sebagai akibat dari kontaminasi pada aliran sihir di beberapa area.
Mereka ganas dan kuat hingga semua orang akan langsung mengangguk jika ditanya apakah mereka ingin makhluk-makhluk ini menghilang atau tidak. Namun, selama sihir masih ada di dunia ini, itu adalah hal yang mustahil. Manusia setidaknya dapat mencegah fenomena serupa terjadi di dalam kota dengan memasang perangkat pemurnian aliran sihir atau menyewa penyihir ulung yang mampu membersihkan aliran sihir.
"Hm... Benar-benar sudah dingin di sekitar sini..." Mengibaskan darah Goblin dari pedangnya, Zone menutupi mulutnya dengan menggunakan Syal yang tak lupa juga ia beli untuk mengantisipasi datangnya musim dingin selama perjalanan.
"Aku senang aku membeli Syal ini sebelum cuaca menjadi lebih dingin." Sementara dirinya dan para pejuang lainnya mulai membereskan mayat-mayat Goblin dan membuangnya ke bagian dalam hutan, Zone tersenyum melihat beberapa orang yang menggigil karena betapa dinginnya udara akhir-akhir ini. Bersyukur karena dia telah lebih siap dari mereka.
"...Hm, haruskah aku membeli beberapa untuk Marie juga?"
Sementara Zone mulai mempertimbangkan untuk membawa oleh-oleh untuk pelayan nya yang menunggu di rumah, Zone tidak tahu, bahwa Tugas nya sebagai Ksatria terkuat kekaisaran akan dimulai sesaat setelah dia kembali ke ibukota.
"Syal seperti ini ataupun mantel pasti akan membuatnya senang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Mr. Wilhelm
Itu namanya mutasi keknya /Chuckle/
2023-11-18
1
Mr. Wilhelm
klw aku nyebutnya caravan aja sih walaupun banyak reader yg gtw artinya /Sweat/
2023-11-18
1
Mr. Wilhelm
kata sosoknya hapus aja mnurutku
2023-11-18
1