Aku Yang Terlupakan
Bab 1. 21+ Kemesraan terakhir
11 Januari 2018, lima tahun silam tepatnya pernikahan kami langsungkan. Seakan menjadi ritual bagi kami berdua di setiap tahun dan tepatnya pada tanggal 11 Januari kami akan merayakan Anniversary pernikahan.
Pernikahan yang sudah memasuki di tahun kelima meskipun hingga saat ini kami belum di percaya untuk menimang dan mendengarkan tangis seorang bayi dalam rumah kami. Namun, baik Wiksa dan Airin tak pernah mempermasalahkan semua itu. Mereka menjalani dengan tenang dan menyerahkan semua pada kebesaran Allah.
Di Anniversary yang kelima Wiksa sengaja menyewa sebuah Villa untuk mereka berdua, menghabiskan waktu bersama Airin. Pagi ini adalah hari terakhir mereka untuk berkemas, Wiksa masih dengan celana pendeknya dan bertelanjang dada, sementara Airin masih berbalut selimut. Sepasang suami istri yang baru menyelesaikan tugas negaranya.
“Cepat mandi Mas, Airin akan langsung berkemas,” ujar Airin sembari menggeliat dan berusaha menepis ciuman sang suami.
“Diamlah Airin. Sebentar saja, biarkan aku memelukmu dan mencium aroma wangi tubuhmu.” Wiksa sembari terus mengendus leher sang istri.
“Mas ... jangan begini. Airin masih capek,” tolak Airin manja.
“Sekali lagi sayang, boleh ‘kan?”
"Mas, sudah. Airin harus berkemas."
“Mas ... geli,” Airin dengan suara berat dengan tubuh menggeliat.
Namun, semua penolakan Airin tak menciutkan hasrat suaminya, Wiksa terus mencu***u hingga akhirnya Airin takluk dengan belaian sang suami, tangan lembut Wiksa menjelajah setiap inci tubuh sang istri hingga membuat Airin mendesah pasrah.
Ranjang yang tadinya tenang perlahan kini mulai terguncang karena sentakan teratur yang Wiksa lakukan, mereka berdua sudah kembali beradu nikmat dan keringat, bergulat dengan hasrat yang membuncah dan berakhir dengan ******* panjang yang terdengar dari bibir mereka berdua.
Terbaring di samping Airin, netranya menatap lekat seraut wajah sayu yang tengah menatapnya penuh cinta. “Terima kasih Airin.” Wiksa kembali menye***p bibir tipis sang istri yang terlihat merah.
“Kita tunda kepulangan kita Airin, hari ini kita habiskan waktu bersama,” ujar Wiksa sembari berbaring merapatkan tubuhnya.
Airin hanya mengangguk dan menatap sendu ke arah suaminya, pagi ini tubuhnya benar-benar lelah setelah semalam berperang melawan hasrat mereka dan pagi ini suaminya juga masih belum mau melepas dirinya begitu saja.
“Kemarilah, tidur dalam pelukanku Airin,” pinta Wiksa menarik begitu saja tubuh polos sang istri.
Airin benar-benar tak berkutik dalam dekapan sang suami, menarik selimut yang terberai begitu saja untuk menutup tubuh mereka yang benar-benar polos dan kelelahan.
Mereka benar-benar hanya berbaring, berbagi kehangatan dari tubuh mereka masing-masing hingga mereka terlelap. Siang yang panas membangunkan Wiksa, manik matanya menatap lekat pada wajah sang istri yang sedang tertidur pulas di lengannya. Tangannya terulur menyibak anak rambut yang hampir menutupi wajahnya. Entah, apa yang ada dalam benaknya, sesaat bibirnya tersenyum penuh arti.
Tangannya terus bergerak pelan memberikan
sentuhan lembut di tubuh sang istri. Airin hanya menggeliat makin merapatkan punggungnya di badan suaminya. Melihat sang istri hanya menggeliat tanpa sedikit pun ingin membuka matanya Wiksa kembali tersenyum usil. "Bangun sayang," bisiknya lirih, kini tangan sudah menyusuri setiap lekuk tubuh Airin, mencium lembut punggungnya beberapa kali. “Bangun, sayang,” bisik Wiksa lirih, mencium bibir Airin lembut.
“Mas ... Airin masih mengantuk Mas. Mas Wiksa, jangan lagi. Airin capek Mas,” tolak Airin bergelincang geli membuat netranya perlahan terbuka.
"Huamm ...." Airin sembari merubah posisi tidurnya.
"Mas ...." Airin menolak saat melihat gelagat aneh dari sang suami, Airin langsung menarik selimut kemudian menutup tubuhnya asal. Airin segera bangkit dengan sedikit berlari Airin menuju kamar mandi.
"Eeiitsss ... diam di situ!" seru Airin saat melihat Wiksa ikut turun dari ranjang.
Wiksa yang mendengar ucapan Airin seketika tertawa sembari menatap tubuh sang istri yang melesat cepat menuju kamar mandi. Wiksa sesaat terdiam dan dia bisa merasakan bahwa saat ini dadanya masih berdebar hebat saat melihat Airin dengan semua kepolosannya.
“Airin terima kasih, kamu selalu bisa membuat jantungku berdebar hingga saat ini,” ucap Wiksa lirih.
Wiksa masih duduk di sisi ranjang saat Airin keluar dari kamar mandi, menatap rambut basah sang istri serta baju dinas yang di kenakan sesaat hasratnya kembali membuncah. Wiksa hanya bisa menahan konaknya mengembuskan napas berat untuk membuang hasrat yang sekilas lewat. “Mas mandi,” tegur Airin mengejutkan sembari menyisir rambut basahnya.
Wiksa sesaat terpana, menatap sang istri dengan semua keindahannya. Airin yang tidak menyadari akan tatapan sang suami seketika terkejut saat Wiksa sudah menariknya mendekat, menangkup wajahnya hingga tatapan mereka beradu. “Airin ....” Wiksa tanpa bicara langsung memeluknya erat.
“Mas, ada apa?” Airin terkejut dan merasa heran dengan sikap suaminya.
“Jangan menolak Airin, biarkan aku memelukmu seperti ini,” pinta Wiksa aneh.
Airin tak bisa berkata-kata, tangannya secara refleks memeluk sang suami, ada rasa tidak percaya dengan sikap suaminya . “Mas ... apa? Airin melakukan kesalahan atau ....” Airin memutus ucapannya saat Wiksa mendongak dan menatapnya penuh cinta kemudian menggeleng.
“Terima kasih Airin, jadilah Airin yang seperti ini dan jangan pernah berubah,” ujar Wiksa dan kini sudah mencium lembut bibir sang istri yang sudah menjadi candu untuknya.
“Mas ... aduh!” keluh Airin tiba-tiba sembari melepas pang*** an sang suami, mendorong tubuh Wiksa sedikit menjauh.
Airin langsung memegang bibirnya yang sedikit terluka, menatap Wiksa kesal. “Maaf, bukan maksud Mas untuk melukai, tetapi ....” Wiksa sembari mengusap lembut bibir Airin.
Wiksa hanya tersenyum, melihat Airin dengan wajah bersungut sedikit menjauh darinya. "Airin," panggilnya pelan.
"Ya."
“Berkemaslah Airin, kita pulang,” titah Wiksa berjalan mendekat ke arah jendela.
Wiksa hanya berdiri di depan jendela saat Airin berkemas, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Wiksa terlihat sesekali melirik ke arah Airin dan tak jarang menatap Airin lekat. Satu jam kemudian, saat Airin selesai berkemas.
“Mas, kita pulang sekarang?” tanya Airin hati-hati.
“Apa semua sudah siap?” tanya Wiksa tanpa menoleh dan tatapannya makin lurus ke arah luar jendela.
“Sudah Mas,” jawab Airin cepat.
“Mmm ... apa, kamu yakin? Kemarilah,” panggil Wiksa dan menarik tubuh Airin dalam rengkuhannya.
Mereka berdua berdiri menatap keluar jendela dan Airin hanya diam dalam pelukan sang suami. “Sepertinya alam mencegah kita untuk pulang Airin, hujan sebentar lagi akan datang, suara gemuruhnya sudah terdengar semakin dekat,” jelas Wiksa sembari menunjuk ke tempat yang lebih gelap.
“ Benar Mas, tidak masalah untuk Airin, asal Airin bersama Mas Wiksa,” jawab Airin yakin.
“Terima kasih untuk cintamu Airin,” balas Wiksa dan makin mengeratkan pelukannya.
“Mas, andaikan esok pagi masih hujan seperti ini?” Airin menarik tangan suaminya memegangnya erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Aku mampir kak, feedbacknya ya🤭🤗🤗
2024-01-08
2
Syhr Syhr
Harmonisnya 😍
2023-12-20
1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ceritanya bagus..
2023-11-18
1