Kembali Hidup
"Bunga apa kamu tidak menimbang apa yang ayah ucapkan? Pikirkan dengan baik apa yang sudah kau putuskan, terlalu cepat kau mengambil keputusan hidup yang hanya mengulas sesaat pada lelaki itu."
geram Banu pada anak gadis nya yang terus meminta ijin untuk menikah dengan lelaki pilihan nya, tanpa memperdulikan asal usul lelaki itu.
"Kau sudah ayah nasehati, melarang tapi kalau tetap bergeming dengan keputusan yang tidak seharus nya kau pilih nak, pikirkan sebelum terlambat."
gadis itu tetap tidak menjawab apa yang ayah nya tanya dan ucapkan, segala nasehat sudah di hanturkan dari halus hingga penekanan.
Bunga hanya memandang ayah nya yang sedari tadi berbicara dengan nya dengan jenuh agar segera selesai obrolan dengan ayah tercinta.
"sudah ayah biarkan bunga memilih nanti nya bunga sendiri yang menjalani hari hari bunga dengan nya, yah. Tolong kali ini saja ayah menyetujui apa yang bunga inginkan, selama ini bunga selalu menuruti apa kehendak ayah sampai jadilah anak ayah seperti ini."
Bunga memohon dengan wajah memelas pada ayah nya, menatap dengan tatapan harapan supaya Banu tidak lagi mengclaim diri nya salah mengambil keputusan. Bunga terus menatap ayah nya hingga akhir nya Banu malas berdebat dengan anak keras kepala nya, anak yang selalu Ia banggakan, anak kesayangan nya. Pergi begitu saja meninggalkan Bunga sendiri di ruang keluarga.
bunga menarik nafas panjang memandang sang ayah pergi berlalu tanpa melihat dirinya dan tidak berkata apa apa, bunga tau sang ayah sangatlah kecewa.
tapi bunga sendiri tidak tau harus bagaimana.
Pagi datang bunga segera bangun dari tempat tidur berbegas mandi dengan malas karena mengingat perdebatan dengan ayah nya, membayangkan bertemu sang ayah di meja makan untuk sarapan.
"Oh bisakah waktu berlalu tanpa harus melihat ayah yang tak menatap ku", bunga berbicara dalam hati sambil bermake-up ringan, sampai suara Ratna terdengar memanggil nya.
"Nak cepatlah turun sarapan, sudah jam 7 jangan sampai tidak sarapan dirimu."
"sebentar lagi bunga turun Bu, tunggu"
Saut bunga dari dalam kamar.
"Jangan terlalu keras yah dengan Bunga hari hari nya ceria karena ayah selalu mempedulikan nya, tanpa berdiam tidak menyapa nya" tegur Ratna pada suami nya.
"biar dia bisa berfikir apa yang di pilih nya benar atau tidak, dia sudah masuk fase membangun jati diri nya memilih siapa yang baik dan tidak baik untuk berdampingan, teman atau pasangan"
jawaban Banu membuat adik adik bunga diam di atas meja makan.
Bunga turun dengan takut melihat ayah nya, menyapa ke adik adik nya juga ayah,
"Pagi ayah, Ibu, Caca, Tora"
adik adik nya tersenyum menjawab sapaan kakak nya
"pagi ka, ibu masak nasi goreng kesukaan Kakak pagi ini", Tora udah nambah loh ka.
Bunga tersenyum ke Tora.
"Ibu, boleh kah bunga sarapan di kantor ? Bunga ada janji pagi ini, takut kesiangan bu"
"makan lah dulu nak sedikit nanti kalau sudah di kantor pasti lupa makan, habiskan susu mu nak"
Berhari hari sudah banu tetap diam tidak seperti biasa nya, bunga terus mencari cara untuk berdamai dengan ayah, sampai nya di kantor bunga tak sampai hati berdiam terlalu lama dengan banu, mengambil ponsel mengirimkan pesan teks ke pada ayahnya.
"maafkan bunga ayah, bunga tidak tau harus berbuat apa supaya ayah tidak lagi diam padaku,"
Tak ada balasan apapun dari banu untuk anak perempuan nya itu, berharap bunga bisa mengerti dengan larangan yang di berikan nya, sayang jiwa muda bergerak dengan pilihan.
Hari hari mereka bertemu tanpa sapa dan obrolan, hanya menatap malas pada bunga, begitu sebaliknya bunga yang takut untuk menyapa banu, tapi tetap memperhatikan setiap gerak dan ucapan sang ayah.
Akhir pekan pun tiba, Banu mengajak keluarga kecil nya menghabiskan waktu berlibur singkat ke villa yang mereka miliki memakan waktu 3 jam perjalanan dari keramaian ibu kota.
tiba di villa mereka sibuk dengan mempersiapkan segala yang di bawa dari rumah.
Bunga memberanikan diri duduk di dekat Banu mencurahkan segala isi hati nya selama di diamkan sang ayah, "ayah maafkan aku, aku tak bisa di diamkan begitu lama seperti sekarang, aku tak pernah ayah biarkan sendiri sejak kecil, maafkan bunga ayah"
Banu menatap anak perempuan nya yang menanggis terguguh sudah tak bisa membendung rasa sedihnya.
"Bawalah dia yang kau pilih nak, bawalah dia menemui kami orang tua mu, jika memang benar dia yang kau pilih"
Hati bunga bergetar dengan ucapan banu, "terima kasih ayah, maafkan bunga ayah".
Banu pun memeluk Bunga yang selalu Ia rindukan masa tumbuh kembang nya sejak terlahir sampai kini tumbuh menjadi gadis cantik yang dewasa.
"ayah, kita mau jalan jalan kebun teh nih ayah, ka bunga mau ikut tidak ?" Caca memanggil ayah dan Kakak nya. Supaya tidak terlalu larut dalam suasana gemetar untuk kakak nya.
"kita bergabung dengan ibu dan adik adik mu."
"Kau baik baik saja ka ?" Caca melihat kakak nya begitu murung
"kalau kakak butuh waktu sendiri tidak apa, jangan memaksakan diri selalu ceria di depan umum, tidak baik ka, "caca yang tau kalau kakak nya sedang sibuk memikirkan segala sesuatu yang menjadi pertentangan dari ayah nya.
"Ayah jarang sering melarang mu ka, apapun itu keputusan nya, bahkan kami iri ka kau selalu di puji nya karena prestasi dan sesolekan dirimu. kau selalu di banggakan nya dimanapun itu"
Bunga menatap adik perempuan nya sesaat, tanpa berkata apapun, tapi hati dan pikiran nya masih terus bertanya ada apa dengan ayah nya walau sudah mengantongi ijin dari banu.
"istirahat lah ka di villa, agar kau lebih baik nanti kau butuh waktu sendiri, tenangkan hati mu jangan terlalu banyak bertanya, biar aku yang memberi alasan pada mereka untuk kau beristirahat, Caca pergi bergabung dengan adik, ayah dan ibu nya."
Mereka berlalu pergi dan bunga sendiri di villa merenungkan semua, ada hati senang atas ijin dari sang ayah, tapi bunga pun masih bertanya tanya ada apa dengan ayah nya.
...****************...
Pesan teks di terima bunga, "ayang apa semua baik baik saja ? Apa yang membuat mu tidak memberi kabar beberapa hari ini" pesan dari Chandra di baca bunga, tak langsung membalas pesan teks itu, bunga terus menatap pada layar ponsel nya.
"aku baik baik saja, terlalu banyak pekerjaan dan akhir pekan ini kami sekeluarga pergi ke villa ayah chan" sikat balasan bunga, agar semua rasa khawatir nya tidak menjadi bahan perdebatan antara pasang kekasih.
"kabari aku kalau sudah sampai jakarta ya, bunga jaga kesehatan mu"
Bunga duduk di ujung ranjang menatap kosong entah mau menghabiskan waktu nya untuk kegiatan apa, karena kegelisahan nya membuat nya malas.
seperti ada yang hilang dari diri bunga, kehilangan sosok ceria sang ayah.
"Oh Tuhan, Jika memang yang ku pilih salah tolong tunjukkan apapun itu cara nya".
rintih hari bunga menatap langit langit kamar yang sendiri dia rasakan, hari menjelang sore melamun, sampai ayah ibu dan adik adik nya kembali ke villa.
Ratna datang ke kamar bunga membawakan susu hangat, karena tau sang anak tidak mencolek makanan yang Ia siapkan siang tadi, "minum lah nak jangan terlalu gelisah, berdoa mintalah petunjuk pada Tuhan atas keputusan mu. Ibu mau siapkan makan malam dulu, nanti turun lah makan bersama."
bunga menanar memandang sang ibu yang berlalu keluar dari kamar nya.
"Sudah siap semua?" tanya Ratna pada anak anak nya, kita pulang hari ini. Jangan sampai ada yang tertinggal ya, bunga lebih dulu siap dengan segala yang di bawa nya, seperti liburan yang tidak menarik untuk bunga dengan kondisi hati yang gelisah.
Bunga tak lagi ngobrol dengan siapapun hanya diam sepanjang perjalan pulang, Tora memecah keheningan bunga, "ka nanti kita mampir ke toko yang biasa kita singgahi yaa, Kakak mau rasa apa ? Tora yang traktir kakak, Tenang."
bunga membalas senyum, " ok deh aku mau coklat 1 aja", bolu kesukaan mereka yang tak boleh absen kalau mampir ke kota hujan, bandung.
Hanya Tora yang bisa membuat bunga menjawab dengan senyuman, tak pernah gagal cara nya membuat mood bunga kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments