Rumah Kedua

Rumah Kedua

Hana Abigel

Gadis berusia 25 tahun ini kembali melangkahkan kakinya ke tempat ia berkerja di salah satu cafe yang cukup ramai di daerah itu.

Hari ini sangat cerah namun berbeda dengan wajah gadis itu, terlihat jelas dia sedang tak baik-baik saja.

"Hana" panggil seseorang kepadanya saat dia sudah memasuki cafe tempatnya berkerja.

Mendengar seseorang memanggilnya Hana berbalik melihat ke arah orang yang memanggilnya.

Hana tersenyum melihat temannya Annisa sudah berada disana.

"Aku ganti baju dulu" ucap Hana.

Setelah menganti bajunya dengan baju kerja Hana menghampiri Annisa yang sedang merapikan meja cafe karena sebentar lagi cafe akan di buka.

Saat sedang asyik membersihkan dan merapikan cafe tiba-tiba Tika datang menghampiri Hana.

"Han kami di panggil pak Bobby, katanya ada yang mau di bicarakan" ucap Tika.

"Baiklah" ucap Hana berlalu meninggalkan Annisa dan Tika.

"Kira-kira pak Bobby bilang apa yah ke Hana" ucap Annisa.

Tika hanya mengangkat bahunya tak tau.

Mereka pun melanjutkan perkerjaan nya karena sebentar lagi cafe akan di buka.

Saat ini Hana sudah berada di ruangan pak Bobby selaku boss pemilik cafe tempat Hana, Annisa, Tika dan yang lainnya.

"Kata Tika bapak memanggil saya" tanya Hana memulai pembicaraan.

"Ia saya memanggil kamu karena ada yang ingin saya beritahukan ke kamu" ucap pak Bobby.

"Masalah apa yah pak" tanya Hana lagi.

"Ibu mu" ucap pak Bobby.

Hana yang mendengar kata ibu terkejut tak ingin merespons ucapan pak Bobby.

"Aku tahu kamu masi benci dengan mereka tapi ibu mu sedang sakit, dia berharap kamu bisa datang untuk menjenguknya" ucap pak Bobby menatap Hana yang hanya diam.

Hana diam.

"Saya tau kau sangat membenci mereka tapi, untuk saat ini bisa kah kamu menemuinya" ucap pak Bobby lagi.

Namun Hana justru berucap.

"Sepertinya itu bukan hal yang terlalu penting, jika tak ada pembicaraan lain saya pamit untuk keluar" ucap Hana berlalu pergi tampa harus berbalik lagi.

Pak Bobby tak bisa berbuat banyak jika Hana sudah berkata seperti itu, karena dia sangat tau itu tak akan membuahkan hasil apapun.

Dengan mata yang lurus menatap kedepan pak Bobby melihat punggung Hana yang sudah hilang di balik pintu.

Pak Bobby adalah paman dari Hana, adik dari ayah Hana namun karyawan di cafe tempatnya bekerja tak ada yang tau Hana menutupi identitas sebenarnya.

Hana kini sudah bergabung dengan teman-temannya didepan. Hana langsung menujuh meja kasir karena dia bekerja sebagai kasir di cafe ini.

"Han aku lihat wajah mu koh makin murung yah" tegur Annisa saat melihat Hana.

"Aku hanya lelah" ucap Hana singkat.

Tak lama terlihat pintu cafe terbuka dengan berbunyinya bel kecil yang di gantung pintu itu.

"Sudah kembali ke tempat mu ada pelanggan" ucap Hana menyuruh Annisa untuk kembali ke tempatnya.

Hana dengan senyuman ramanya menyapa pelanggan pertama mereka hari ini.

"Selamat pagi pak, bisa di bantu pesanannya" ucap Hana dengan tersenyum rama.

"Selamat pagi Han, seperti biasa aku pesan 2 americano, 2 pastry dengan isian vanila, terus jangan lupa milkseck stroberi 1" ucap lelaki itu.

"Pesanannya 2 americano, 2 pastry dengan isian vanila, 1 stroberi milkseck" ucap Hana mengulang pesan lelaki itu dan memberikan struk pembayaran.

"Pembayarannya tunai, atau debit" ucap Hana lagi.

"Debit" lelaki tersebut mengeluarkan kartu berwarna hitam dari dompetnya.

"Terima kasih silahkan menungguh pesanannya" ucap Hana mengembalikan kartu lalaki tersebut.

Setelah itu Hana sibuk melayani pengujung cafe yang lain, yang sudah mulai ramai.

Tak lama Annisa memberikan pesanan lelaki tersebut.

"Tumben kau baru kelihatan biasanya juga paling rajin datang kesini" ucap Annisa saat memberikan pesan lelaki itu.

"Aku baru saja sampai dari luar negeri bersama boss ku" ucap lelaki itu.

"Ohh baiklah, selamat pagi" ucap Annisa tak melanjutkan pembicaraan karena pelangan mereka makin banyak.

Lalu lelaki itu berjalan keluar dari cafe dengan membawah pesanan di tangannya.

Di luar cafe terlihat mobil hitam mewah terparkir di pinggir jalan, menungguh lelaki itu membawahkan apa yang telah dia pesan.

"Kenapa kau lama sekali" ucap bintang.

Yahhh lelaki yang menungguh di dalam mobil adalah bintang.

Dan yang turun untuk masuk ke cafe adalah Dimas asisten pribadi bintang.

"Perasaan ini sudah sangat cepat" ucap Dimas membantah ucapan bintang.

"Terserah kau saja" ucap bintang meminum coffenya.

"Ahhhh ini sangat nikmat, aku sangat merindukan coffe dari cafe ini" ucap bintang lagi.

"Tapi jika boss turun langsung dan melihat kasirnya aku jamin boss bakal tertarik dengan wanita itu" ucap Dimas.

"Ohh pantas saja kau lama jika ku suruh beli coffe ternyata mata mu jelalatan juga" ucap bintang.

"Tidak, aku tak tertarik pada wanita itu" bantah Dimas.

"Terus" tanya bintang lagi.

"Ahhh sudah tak usah di bahas boss" uca Dimas.

"Milkseck ku mana" tanya bintang.

"Tenang aku membelinya" ucap Dimas lagi.

"Bagus nanti setelah sampai simpan di kulkas yang ada di ruangan ku" ucap bintang.

"Siap bos" ucap Dimas.

Setelah percakapan mereka dan memakan sarapan pagi merkea di mobil.

Dimas menyalahkan mesin mobil, menujuh perusahaan bintang, dan meninggalkan cafe tersebut.

Hana sibuk di kasir, menerima semua orderan pesan pelanggannya yang makin siang akan makin ramai orang datang.

Setelah seharian bekerja yang cukup melelahkan tepat pukul jam 10 malam cafe tersebut tutup, kini Hana dan para karyawan cafe tersebut sudah bersiap-siap merapikan cafe sebelum mereka meninggalkannya.

Hana pulang bersama dengan Annisa karena kosan mereka searah namun berbeda tempat.

"Han besok kamu off" tanya Annisa.

"Hmmm" ucap Hana yang sibuk melihat ponselnya.

Mendengar jawaban Hana sperti itu membuat Annisa tak bertanya lagi, karena nanti sama saja dia berbicara dengan angin.

Malam ini mendung setelah tadi seharian panas, Hana yang kini sudah berada di kamar kosnya merebahkan dirinya di kasur kecil miliknya.

Saat sedang asyik membuka akun media sosialnya, tiba-tiba terlihat panggilan masuk tertulis "Rumah" Hana mengerutkan keningnya.

Dia tak mengangkat panggil tersebut, justru mengabaikannya. Dan masuk ke grup keluarga yang tak pernah dia buka terlihat ribuan pesan yang tak pernah dia baca.

"Biarkan aku hidup dengan damai dan soal ibu itu bukan urusan ku" isi pesan yang di kirim Hana ke grup chat keluarganya.

Hana tak pernah keluar dari grup itu, entah kenapa ada yang membuat dia mengurungkan niat keluar dari grup itu.

Setelah mengirim pesan itu, tampa menungguh balasannya Hana mengabaikan grup itu yang sengaja dia senyap kan.

...****************...

*Hai teman teman ini novel kedua ku yah... dan semoga kalian menyukai novel ini, jangan lupa untuk menambahkan novel ini ke favorit beranda kalian yah dan jangan lupa untuk like dan follow autor.**🥰🥰*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!