Loss In Love
" Apa kamu bilang? Dapat uang darimana aku sebanyak itu. Gila kamu!"
Ayu hanya bisa menangis saat mendengar suara berang suaminya dikala ia mengutarakan nominal yang harus di bayar untuk kesembuhan anaknya yang mengidap penyakit kelainan jantung.
" Mas, tapi Doni butuh penanganan cepat. Kalau tidak, dia bisa..." bahkan Ayu tak sanggup meneruskan kalimatnya. Semua ini terlalu menyakitkan untuknya.
Doni merupakan anak mereka yang berusia enam tahun. Mereka baru mengetahui jika jantung Doni bermasalah usai tubuh anak itu tiba-tiba membiru dengan napas yang sesak.
" Mas, penyakit Doni ini tidak bisa kita sepelekan!" sambungnya dengan air mata yang berderai.
" Iya aku tahu. Tapi uangnya darimana. Aku udah gak mungkin lagi pinjam ke perusahaan. Semua ini gara-gara kamu yang mengandung anak penyakitan itu!" sahut Alan yang terlihat buntu dan frustasi.
Maka kedua netra Ayu membulat demi mendengar perkataan suaminya yang sangat tidak pantas di lontarkan itu.
" Mas! Bisa-bisanya ya kamu ngomong gini?"
Mertua Ayu yang mendengar pertengkaran anak dan menantunya langsung turun. Tapi alih-alih menjadi penengah, wanita itu justru turut menyalahkan Ayu.
" Begini kalau jadi wanita cuma diam di rumah gak ngapa-ngapain. Seharusnya kamu itu bantu Alan cari kerja. Disuruh daftar asuransi kesehatan tidak mau, sekarang kamu malah menekan suami kamu seperti ini!"
Ayu terlolong tak habis pikir dengan komentar yang terucap. Apakah mertuanya itu tak waras sehingga dengan mudahnya melontarkan perkataan yang menyakitkan hatinya?
Ia tahu hubungannya dengan sang mertua selama ini kurang harmonis. Tapi ia tak menyangka bila ibu mertua kali ini sungguh sangat keterlaluan. Ia tidak bekerja karena tak ada yang mengurus Doni. Gaji Alan juga sebagian di ambil oleh ibu mertuanya. Dan sekarang, kenapa malah dia yang dipersalahkan? Bahkan jika boleh memilih, tentu ia tak mau mendapatkan semua ini.
" Maaf ya Buk, ibuk tahu kan kalau Doni sejak kecil udah sering sakit. Dan mas Alan juga tidak setuju kalau kita sewa orang buat ngasuh Doni. Kenapa ibuk sekarang malah nyalahin Ayu?" protesnya yang tak lagi bisa menahan emosi.
" Ya terus siapa? Doni begitu pasti karena rahim kamu gak sehat, makanya jadi penyakitan begitu!"
" Buk!"
" Udah-udah! Kenapa malah ribut disini. Aku gak tahu musti bagaimana. Gak mungkin juga aku hutang lagi ke orang itu. Mukaku bekas di tonjok anak buahnya Rudi saja masih sakit. Gak mungkin juga aku menjual mobil itu!"
Ayu semakin merasakan sesak di dadanya. Ayah macam apa pria bernama Alan itu. Seharusnya dia yang berpikir keras dan mencari solusi. Jadi mobil lebih penting daripada Doni? Kali ini Ayu telah sampai pada batas kesabarannya.
Tanpa pikir panjang, ia langsung pergi menuju rumah sakit dan berniat menanyakan apakah pembayaran itu masih bisa di tempo apa tidak. Ia berniat akan mencari pinjaman sebisanya. Setidaknya Tuhan tahu, seberapa besar usahanya untuk kesembuhannya Doni.
Tapi jawaban yang di dengar membuat lututnya bagai tak bertulang. Ia lemas sebab ternyata pihak rumahsakit tak bisa membantu banyak.
" Maaf Bu, tapi setidaknya anda harus menyerahkan setengah dari jumlah yang musti di bayarkan agar kamu bisa segera melakukan prosedur selanjutnya!"
Ayu menangis pilu seorang diri. Ia benar-benar bingung. Di tatapnya seraut pucat yang di sekujur tubuhnya terdapat peralatan medis.
" Doni, anak ibu!" lirihnya dengan tubuh yang bergetar. Tak tahu lagi harus bagiamana ia sekarang.
Saat masih larut dalam kebingungan, tiba-tiba ia teringat dengan sekolahnya dulu, Nuris. Ya, ia baru bertemu Nuris beberapa waktu lalu dan keadaan perempuan itu terlihat jauh lebih baik. Mungkin ia bisa meminjam dulu kepadanya, setelah itu ia akan bekerja keras untuk melunasi hutang-hutangnya.
Ia men-dial nomor Nuris detik itu juga. Dan sahutan dari seberang membuatnya lega.
" Halo?"
" Halo Ris, ini aku Ayu. Emmm bisa bicara sebentar?"
" Halo Yu, ini Ayu yang kemarin ketemu di apotek? Kamu apa kabar?"
" Aku baik. Emmm, Ris...kamu ada waktu tidak. Aku, ingin bertemu!"
Nuris rupanya menyanggupi dengan senang hati dan mereka akhirnya bertemu di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahsakit tempat dimana Doni di rawat.
" Yu, kamu baik-baik aja?" tanya Nuris demi melihat mata Ayu yang bengkak.
Ayu yang tak tahan dengan semua yang ia hadapi langsung menangis menumpahkan segala kesedihannya. Membuat Nuris menatap khawatir sekaligus iba.
" Yu, ada apa?"
Ayu menghela napas guna mengatur emosinya. Ia benar-benar membutuhkan bahu seseorang untuk bersandar saat ini. Dan sekalipun selama ini ia kuat, nyatanya ia juga memiliki titik rapuhnya sendiri.
" Jantung Doni mengalami kebocoran Ris. Dia harus segera di operasi. Mas Alan angkat tangan. Aku perlu uang dalam waktu dekat Ris. Tolong bantu aku, aku akan bekerja keras untuk membayar uang yang ku pinjam. Aku tak tahu lagi harus bercerita kepada siapa lagi Ris!"
Nuris semakin menatap sedih temannya yang tampak susah itu. Apalagi, ia tahu jika Ayu sudah tak memiliki kerabat apalagi saudara di kota ini.
" Kamu perlu berapa? Sejujurnya aku sekarang tidak pegang banyak. Uangku habis aku kirim ke keluargaku Yu. Tapi aku masih punya sedikit simpanan!"
" Tiga ratus juta Ris!"
Nuris tampak terkejut dengan nominal yang di sebutkan. Tapi penyakit jantung memang selalu membutuhkan biaya yang tak murah.
" Banyak juga ternyata ya. Maaf Yu, tapi sementara ini aku cuman ada lima puluh juta yang tersisa di rekening Yu. Astaga, jika tidak segera di operasi, nyawa Doni jadi taruhannya!" balas Nuris terlihat cemas.
"Kalau begitu carikan aku solusi Ris. Aku benar-benar membutuhkan uang itu!" bujuk Ayu yang terlihat semakin gusar. Ia benar-benar sedang buntu saat ini.
Nuris menatap perempuan yang wajah serta bodynya masih sangat menarik itu dengan tatapan ragu. Ia tak yakin dengan solusi yang ingin di tawarkan, tapi hanya inilah cara cepat mendapat uang.
"Aku nggak yakin kamu setuju apa enggak. Tapi kalau kamu mau cepat dapat uang, kamu bisa mengencani satu tamuku besok malam! Kebetulan yang harusnya ngisi dia sakit. Aku belum ada pengganti buat dia." ucapnya meragu
"Apa?"
Nuris tahu jika Ayu pasti akan kaget. Tapi ia juga bukan orang yang muluk-muluk. Ia memang orang yang bekerja di dunia bisnis lendir.
" Pekerjaanku selama ini di dunia malam Yu. Orang-orang sepertiku ini apalagi yang bisa kulakukan?" kata Nuris tersenyum pahit merasai kehidupan.
Keduanya kini terdiam. Ayu sibuk memikirkan saran yang sangat jauh dari angan-angannya itu, sementara Nuris terlihat malu dengan tawarannya. Tapi mau bagiamana lagi, ia juga tak memegang uang yang banyak saat ini.
" Yu, hubunganmu dengan Alan juga kurang baik. Kalau aku jadi kau, aku sudah mengajukan cerai sejak dulu. Aku tidak memaksamu untuk mau. Tapi kalau kau berubah pikiran, kau bisa menghubungiku besok!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ta..h
cerita ini mengingatkanku sama denok sahabat lintang yg di lecehkan jodi. demi kehidupan layak bisa makan tidur terpaksa harus menjual diri.
kalau ayu demi kehidupan anak nya yang di ujung tanduk.
2023-11-30
1
Ta..h
miris sekali kehidupan ayu yg ingin memperjuangkan kesehatan anak nya.
dan ironis nya dengan suami yang tidak punya tanggung jawab sama sekali.
kasian kamu ayu.
halo kk othor untuk kesekian kali nya aku baca novel mu.
dari mulai om danan jaya cs dan keturunannya.
semangat terus dalam berkarya 💪💪💪.
2023-11-30
2
Riana
aku datang 😅😅
2023-11-27
1