Keesokan malamnya.
Ayu telah selesai di dandani oleh Nuris. Perempuan berusia 26 tahun itu terlihat sangat cantik dibalik balutan dress merah maroon yang mempertontonkan kemolekan.
Meski sedikit geli lantaran ia tak pernah berpenampilan seseronok ini, tapi tekadnya lebih besar daripada rasa malunya.
" Lihatlah Yu, seperti yang aku bilang, kau seharusnya bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Alan!" puji Nuris saat melihat Ayu yang terlihat sangat cantik dan menawan malam ini. " Mereka pasti tak akan rugi jika membayarmu mahal. Kau memang cantik sejak dulu. Suami mu saja yang tak mau merawat mu dengan baik!"
Tapi Ayu tersenyum getir. Karena uang belanja yang pas-pasan, ia memang lebih mengutamakan kebutuhan sekolah Doni juga keperluan dapur ketimbang keperluan pribadinya.
" Kau yang mengantarku?" tanya Ayu mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
" Tentu saja. Aku juga ada pekerjaan malam itu. Ingat Yu, jangan sampai kau membuat kecewa bos yang satu ini. Sebab mereka membayar mu mahal. Aku tidak mengambil keuntungan apapun dari itu, itu murni kau sendiri. Hanya itu yang bisa aku bantu!"
Ayu termenung menatap Nuris yang membuka pakaiannya berganti baju. Pantas saja Nuris selama ini bergelimang uang. Tapi jika di tanya dari hati terdalamnya, Ayu sebenarnya tak mau melakukan ini.
" Kau yang lebih tahu Tuhan!"
Mobil melesat membelah jalanan kota Y. Ayu sedari tadi tak henti-hentinya memainkan jemari pertanda grogi. Takut kalau-kalau yang memesannya nanti adalah orang yang sangat tua.
" Ris. Aku takut!" ucap Ayu saat mobil mereka sudah berbelok ke sebuah tempat besar berlantai empat.
" Santai saja. Bayangkan saja kau sedang bercumbu dengan Alan!" sahut Nuris terkekeh.
Tapi Ayu mendecak. Ia dengan Alan bahkan sangat jarang melakukan hal itu karena suaminya sering pulang lembur. Bahkan semenjak Doni sakit, Ayu lebih sering tidur di kamar anaknya daripada di kamarnya sendiri.
Mereka berjalan masuk ke sebuah tempat besar empat lantai yang cat dasarnya berwarna gelap. Di lantai dasar terdapat sebuah bar dengan suara yang memekakkan telinga. Ia juga bisa melihat banyak sekali pasangan yang tanpa sungkan mengumbar kemesraan disana-sini. Membuat nyalinya semakin menciut.
" Itu Tania. Tan!" seru Nuris sembari melambai kepada seseorang dari kaum berak lancar.
" Wow, siapa ini nek?" sapa wanita jadi-jadian sembari memindai tampilan Ayu yang aduhai.
" Ini Beauty ( nama samaran)" terang Nuris.
Tania yang sejatinya merupakan wanita jadi-jadian itu terlihat senang. " Barang baru?"
" Diem. Pokoknya, dia di room VVIP nanti. Tolong escort dia ya. Aman sama gua nanti!" sambung Nuris menjelaskan.
" Wah pantas kinclong begini. Selamat bersenang-senang cantik, yuk ikut!"
Nuris dan Ayu akhirnya berpisah disana. Ayu hanya bisa percaya sepenuhnya dengan Tania, meski orang itu sendiri sangat terlihat meragukan.
" Semoga lancar Yu. Maaf hanya ini yang bisa aku bantu!" ucap Nuris saat ia melepas pelukannya kepada sahabatnya. Perempuan itu menatap muram Ayu.
Dada Ayu sakit mendengarnya. Ia lantas mengikuti langkah Tania dengan keringat yang mulai membanjiri tangan. Berusaha meyakinkan diri jika semua ini demi Doni.
"Pas aku cuman bisa nganter kamu sampai sini. So, kamu tunggu sini aja ya. Frans sebentar lagi akan datang kok. Jangan lupa untuk selalu buat customer kita happy. Byee!"
Sepeninggal Tania, Ayu mematut dirinya di cermin kristal besar di sana. Seandainya semua keluarganya masih ada, mungkin dia tak akan terlunta-lunta seperti ini. Tapi barusaja ia mengusap sebelah pipinya yang basah oleh air mata, deheman seseorang yang datang membuatnya terperanjat.
" Ehem!"
Maka Ayu buru-buru menyeka wajahnya sebelum seseorang mengetahui.
" Kau yang bernama Beauty?" tanya pria bermata tajam itu.
Ayu mengangguk. Ia meneguk ludahnya ketakutan.
" Lima belas menit lagi tuan Abhipraya datang!" terang pria itu.
" Abhipyara? Apa dia yang akan aku layani?"
" Hey dengar tidak?"
" D-dengar tuan!" jawabnya terbata-bata.
" Jika dia tidak mau kau sentuh, jangan sentuh dia. Dia akan tetap membayarmu!"
" Apa? apa maksudnya?"
" CK. Lakukan saja. Lebih baik kau siapkan minuman. Dia bukan orang sembarangan!"
Ayu langsung panik. Ia bahkan tak tahu minuman macam apa yang harus di sajikan untuk pria tua itu. Ia sibuk mengulik bagaimana menyajikan minuman yang benar. Ia menggerutu, kenapa Nuris tak memberitahukan dulu tadi jika tamu yang datang tak selalu langsung mengajaknya berhubung intim?
Sepeninggal orang itu, Ayu terlihat berusaha memilih minuman terbaik hasil dari ia mengulik di ponsel. Namun tanpa di duga, beberapa saat kemudian pintu itu tiba-tiba kembali terbuka. Ayu yang terkejut malah tak sengaja menjatuhkan gelas kristal ke lantai.
KRUNTHANG!
" Apa yang kau lakukan?" pekik seorang pria yang membuat tubuh Ayu semakin bergetar.
Ayu menoleh. Percayalah, saat ini tubuhnya terasa begitu lemas saat melihat pria yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan tak ramah. Apa pria itu pemilik tempat ini yang mau mengecek kesiapannya? Mati sudah jika itu benar adanya.
" Ma-af. Saya hanya menyiapkan gelas untuk tuan Abhipraya!" ucapnya tergagap-gagap.
Pria berkemeja putih yang mendengar Ayu berbicara langsung menyeringai.
" Saya janji Pak. Saya tak akan berbuat kesalahan saat tuan Abhipraya nanti datang!" sambung Ayu dengan alis yang tak berhenti bertaut.
Pria itu menyeringai lagi. Sepertinya wanita di depannya itu tak mengenal siapa dirinya. Ini unik. Dan, sepertinya ia belum melihat wanita itu.
" Memangnya siapa Abhipyara?" tanya pria itu sembari menutup pintu lalu menarik kunci serta memasukkannya ke saku dengan seringai tersembunyi.
Ayu mendongak, ia menatap pria tampan yang berdiri mengintimidasinya dengan wajah bingung.
" Dia..."
" Jadi kau yang bertugas di sini malam ini?" tanya pria itu lagi kali ini sembari bersedekap. Membuat Ayu langsung berpikiran lain.
"Jangan-jangan"
Meski sedikit ragu dan takut, Ayu mengangguk. Tapi tunggu dulu, kenapa pintunya sudah tertutup? Oh ya ampun. Apakah dia tuan Abhipraya?
Pria itu langsung terkekeh-kekeh. " Kau terlihat sangat amatir. Aku takut jika dia tak akan mau kau layani?"
Ayu langsung membulatkan matanya. Apa orang ini sedang menakut-nakutinya?
" Apa maksud anda?"
" Kau bilang mau melayani seorang Abhipyara. Tapi, kau ternyata tidak mengenalnya?"
Ayu seketika curiga saat pria tampan itu mendekat ke arahnya. Jangan-jangan dia adalah benar-benar pria bernama Abhipyara itu. Sial sekali. Ia menyesal karena tak meminta kepada Nuris soal foto pria yang akan dia layani.
" Sepertinya, kau baru disini..." ucap Abhi sembari menyentuh dagu Ayu dengan sebuah seringai. Membuat Ayu menelan ludahnya takut.
" A-anda tuan Abhipraya?" ucap Ayu dengan raut sangat ketakutan. Pria itu tampan, tapi sorot matanya sangat menakutkan.
Pria itu spontan tergelak kencang demi melihat seraut pias yang ada di depannya. Membuat Ayu seketika menelan ludah khawatir sebab jelas pria di depannya ini bukanlah pegawai club seperti yang ia kira sebelumnya.
" Kenapa kau terlihat pias? Apa kau takut?"
Ayu yang tak mau kehilangan kesempatan langsung merubah wajahnya. Ia langsung bertingkah lebih sensual karena ia yakin jika pria di depannya ini adalah Abhipraya.
"Setidaknya yang aku layani bukanlah orangtua yang seperti aku pikirkan. Baiklah tuan, mari kita selesaikan semua ini agar aku bisa segera pergi menemui anakku!"
" Maaf tuan. Mungkin karena anda terlihat jauh lebih tampan malam ini sehingga membuat saya pangling!" ucap Ayu yang memberanikan diri meraba rahang tegas dengan tatapan menggoda. " Jadi, gaya seperti apa yang anda inginkan, hm?"
Maka Abhipyara yang biasanya enggan di sentuh oleh wanita yang menemaninya minum, kini merasa seperti sedang berada di sebuah peraduan yang menantang.
" Kau yang memimpin?" tanya pria itu menguji.
Tapi alih-alih takut, Ayu dengan segenap hati malah memberanikan diri atas nama anaknya. Ia hanya ingin Doni sembuh.
" Dengan senang hati tuan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
keren panggilanya ....
2024-08-04
0
Zaitun Laharima
😆😆
2024-02-11
1
Ta..h
ini mh yakin bkl tertarik tuan abi nya 🤩🤩
2023-11-30
1