Ayu menuang minum itu lalu memberikannya kepada Abhipraya. Pria itu meminum sembari menatap sorot mata penuh ketakutan yang uniknya bertolakbelakang dengan sikap yang di tunjukkan.
" Wanita ini seperti menyimpan sesuatu!" batin Abhipraya membacanya mata Ayu.
Tapi Ayu semakin liar. Ia kini malah mendudukkan tubuhnya dengan dada yang mencuat serta menempel ke tubuh Abhipraya. Ia duduk menggesek bokong sembari menghadap ke wajah Abhipraya yang sedang menikmati minuman.
Ini jelas gila. Ayu bahkan melakukan hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan saat bersama Alan. Tangannya yang putih dengan cat kuku merah terang, kali ini meraba rahang tegas itu dengan keberanian yang ia paksakan.
Mulutnya sunyi, tapi isi kepalanya riuh dengan bayang-bayang nominal yang musti terbayarkan. Ia harus bisa mendapatkan tiga ratus jutanya. Meski dengan tingkah menjijikkan seperti saat ini.
Ayu kini menciumi leher Abhipraya sembari terus menggesekkan miliknya dengan niat membangkitkan gelora sang pejantan.
" Stop!" ucap Abhipraya tiba-tiba terlihat seperti menghindari Ayu yang terus menciumi pipinya. Pria itu terlihat mati-matian menahan godaan kemolekan tubuh yang semula ia remehkan.
" Ada apa tuan. Apa, aku terlalu kasar?" tanya Ayu dengan tangan yang tak henti bergerilya.
" Turun!" titah Abhi sedikit membuang muka resah.
Ia memang gemar memesan wanita untuk menemaninya minum. Tapi terus terang ia kerap tak mau berlanjut sampai berhubungan sebab ia bukanlah orang yang gemar jajan diluar. Ia menjaga betul benda pentingnya.
Tapi Ayu langsung teringat dengan peringatan keras dari Nuris. Ia harus mendapatkan uangnya dengan sedikit kerja keras. Ia tak boleh membiarkan pria ini pergi dengan kekecewaan.
"Maksudnya kamu jangan menunggu, kau yang harus memuaskan mereka. Mereka cuek, kau yang harus membangkitkan. Ingat Yu, aku sampai harus berdebat dengan bosku untuk urusan ini!"
Ayu mengira jika mungkin pria ini maunya di jemput dan dilayani secara total. Dan sepenggal percakapan yang mengusik itu mendorong Ayu untuk bersikap lebih agresif lagi.
Tapi pria itu sangka, bibirnya tiba-tiba di lum*at dengan penuh gairah. Ayu bahkan mengumpat dalam hati sebab ini benar-benar sangat menjijikkan baginya. Meski pria yang sedang ia cium ini sangat wangi dan tampan. Tapi ia tahu jika perbuatannya ini sangatlah tidak benar.
Abhi yang semula ingin melepaskan diri dari jeratan wanita penghibur seperti yang sudah-sudah, kini malah terbuai dan hanyut dalam sensasi paling memabukkan yang belum pernah ada.
" Shhhh!" Abhipraya mendesaah kala tangan Ayu meremas benda penting miliknya.
Ayu tersenyum saat ia merasakan sesuatu di bawah sana kini menjadi mengeras. Ia telah berhasil memancing satu makhluk paling krusial dari pria bernama Abhipraya itu untuk bangkit.
Selanjutnya, tanpa di duga pria itu langsung melepaskan kemejanya lalu melemparkannya ke sembarang arah.
" Sial. Kenapa aku tak bisa menahannya bersama wanita ini?"
Pria itu rupanya tergiur akan kemolekan Ayu yang memang sangat sayang untuk di lewatkan begitu saja. Ayu sedikit takut kala tubuhnya kini di balik terlentang. Pria itu pasti akan memakannya habis-habisan setelah ini. Tapi untung ia masih ingat jika kontrasepsi jangka panjangnya masih terpasang dengan aman.
Abhi yang telah tersulut gelora panas terlihat menyambar kuncup merah jambu yang terlihat menantang. Wanita itu menggelinjang hebat menahan sensasi.
Tak hanya itu, Ayu juga semakin kewalahan kala menerima ciuman yang semakin lama semakin brutal. Ia bahkan melupakannya rasa malunya kala ia sedikit mendesaah.
Tubuh pria yang kini sedang mengungkungnya itu memang lebih berotot ketimbang tubuh Alan. Pria itu juga terlihat sangat perkasa. Terlihat dari enam cetakan otot yang kini menyentuh kulit perutnya yang ramping.
Ayu terus menenggelamkan rasa malunya ke titik paling dasar. Ia mulai menahan napas manakala benda besar itu mulai menyatroni miliknya. Dapat ia rasakan jika penyatuannya itu sebentar lagi akan terjadi.
Dan dalam beberapa detik saja.
BLES
Ia memejamkan mata kala sensasi liar itu kini membuatnya melayang. Mereka kini menyatu.
" Ah!"
Sekai lama, pria itu mengayun dengan tempo yang lebih cepat. Bahkan membuat seluruh tubuhnya bergerak keras. Ia sempat menatap sorot mata sendu yang kini sedang menikmati tubuhnya dengan keringat yang mulai terlihat. Tubuh yang ia jual demi pengobatan anaknya.
.
.
Club
Pukul 03.05
Mereka bercinta lama sekali. Abhipraya bahkan terpesona saat Ayu menggoyang miliknya dengan suara-suara erotis yang tumben terdengar enak di telinganya. Ia bahkan merekam dengan baik dalam ingatannya saat Ayu melayaninya dengan begitu lamanya.
Abhipraya rasa, ia akan menambahkan uang tips untuk wanita bernama beauty tadi. Ia sangat puas dengan pelayanannya.
Abhipraya tak menyangka jika malam ini ia akan terlena dengan wanita malam itu. Selain parasnya yang cantik, keharuman wanita itu lain dari yang lain. Ada sesuatu yang khas yang mengusik relungnya. Ia juga terpikat dengan layanan yang bisa dibilang unik.
Abhipraya seperti mengendus ketakutan di balik sikap sok berani. Membuatnya tertarik ingin menggali lebih dalam.
Namun saat ia bangun, ia rupanya mendapati ranjangnya kosong.
" Dia sudah pergi?"
Dengan kepala yang berat, ia mencoba menutup bagiannya yang polos lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia harus segera menemui Frans untuk menanyakan apakah perempuan tadi sudah mendapat bayarannya.
Sementara itu, Frans yang sedari tadi standby di sofa luar menjadi terheran-heran sebab kenapa bos-nya tumben mau 'memakan' santapannya malam ini, setelah seringnya beliau melewatkan begitu saja. Bahkan biasanya Frans yang diminta untuk menggarap pesanannya.
Beberapa saat kemudian, Frans yang masih sibuk berpikir menjadi terperanjat manakala pria tampan yang tubuhnya telah kembali rapi itu membuka pintu.
" Dia sudah pergi?" tanya Abhipraya.
Frans mengangguk.
" Kau sudah membayarnya?"
Pria itu kembali mengangguk.
" Kau bisa mengatur jadwalnya nanti untukku?"
Tapi Frans yang terheran-heran langsung mengucapkan keberatan. " Maaf tuan. Itu tidak bisa."
" Kenapa?"
" Tapi wanita yang bersama anda tadi tak bisa repeat order!"
" Apa? Kenapa bisa begitu. Memangnya siapa dia?"
" Maaf Tuan, tapi memang seperti itu pernjanjiannya."
...----------------...
Tak seorangpun tahu jika subuh tadi Ayu menangis sejadi-jadinya usai ia melayani pria yang membuatnya seolah-olah mati saking lamanya durasi yang terjadi.
Dengan langkah cepat dan rasa pangkal paha yang super nyeri, ia berniat menuju ke kamar anaknya sebelum ia menuju loket rumah sakit dan berniat untuk membayar uang deposit biaya Doni.
Namun barusaja ia membuka pintu ruangan tempat Doni dirawat, ia malah dibuat terkejut saat melihat Ibu mertuanya menatapnya tajam.
" Ngluyur kemana aja kamu sialan? Gara-gara kamu tinggal, Doni mati!"
DUAR!
Maka tubuh Ayu seketika mematung dan bagai tersambar petir detik itu juga demi mendengar kalimat paling menyakitkan yang terlontar. Ia melihat Alan yang tertunduk dengan wajah muram. Apa-apaan ini?
" Ibuk ngomong apa. Jaga bicara Ibuk!" protes Ayu yang tak terima dengan perkataan yang di dengar.
Alan segera bangkit. Ia lantas menatap istrinya penuh ketidakberdayaan. " Doni sudah meninggal Yu!"
Ayu menggeleng tak percaya dengan air mata yang berderai. " Nggak mungkin. Doni gak mungkin meninggal. Doni, ini Ibu bawa uang buat kamu operasi Don. Doni!"
Mama mertua Ayu langsung terbelalak saat mendengar kata uang yang di bawa. Ayu yang melihat wajah pucat anaknya kini menangis histeris dan membuat beberapa perawat membantu menolong Ayu.
Alah terlihat beberapa kali mengusap wajahnya namun ia kini memilih untuk segera mengurus administrasi perihal pemulasaraan jenazah.
Beberapa saat kemudian, Ayu yang masih belum terima dengan kematian anaknya terus meneriaki jenazah Doni yang di geledek menuju sebuah ruangan khusus.
Namun tanpa mereka duga, disaat Ayu meratapi kepergian anaknya, Abhipraya yang sedang berjalan di temani Frans usai menjalani pemeriksaan langsung memicingkan matanya demi melihatnya sosok wanita yang mirip dengan wanita yang semalam bersamanya.
" Apa itu dia?"
Wanita itu menangis. Membuatnya semakin penasaran. Namun baru saja hendak melangkah, suara Frans datang menginterupsi. Membuatnya mendecak kesal.
" Maaf Tuan. Pesawat kita on time. Sebaiknya kita segera pergi!"
Abhipraya akhirnya mau tak mau melangkahkan kakinya berbalik meski hatinya sebenarnya sangat penasaran. Kenapa wanita penghibur seperti dia bisa menangis di rumahsakit seperti ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ta..h
😭😭😭😭ayu kasian kamu.
2023-11-30
1
Riana
astagaaa😭😭😭😭😭
udang di dapat anak tak mampu diselamatkan
sabar sabar 😭😭😭
ujungnya mertua yang menyelamatkan uangnya😏
2023-11-28
1
Vita Liana
sedih ,,
2023-10-27
1