NovelToon NovelToon

Loss In Love

Bab 1. 300 Juta

" Apa kamu bilang? Dapat uang darimana aku sebanyak itu. Gila kamu!"

Ayu hanya bisa menangis saat mendengar suara berang suaminya dikala ia mengutarakan nominal yang harus di bayar untuk kesembuhan anaknya yang mengidap penyakit kelainan jantung.

" Mas, tapi Doni butuh penanganan cepat. Kalau tidak, dia bisa..." bahkan Ayu tak sanggup meneruskan kalimatnya. Semua ini terlalu menyakitkan untuknya.

Doni merupakan anak mereka yang berusia enam tahun. Mereka baru mengetahui jika jantung Doni bermasalah usai tubuh anak itu tiba-tiba membiru dengan napas yang sesak.

" Mas, penyakit Doni ini tidak bisa kita sepelekan!" sambungnya dengan air mata yang berderai.

" Iya aku tahu. Tapi uangnya darimana. Aku udah gak mungkin lagi pinjam ke perusahaan. Semua ini gara-gara kamu yang mengandung anak penyakitan itu!" sahut Alan yang terlihat buntu dan frustasi.

Maka kedua netra Ayu membulat demi mendengar perkataan suaminya yang sangat tidak pantas di lontarkan itu.

" Mas! Bisa-bisanya ya kamu ngomong gini?"

Mertua Ayu yang mendengar pertengkaran anak dan menantunya langsung turun. Tapi alih-alih menjadi penengah, wanita itu justru turut menyalahkan Ayu.

" Begini kalau jadi wanita cuma diam di rumah gak ngapa-ngapain. Seharusnya kamu itu bantu Alan cari kerja. Disuruh daftar asuransi kesehatan tidak mau, sekarang kamu malah menekan suami kamu seperti ini!"

Ayu terlolong tak habis pikir dengan komentar yang terucap. Apakah mertuanya itu tak waras sehingga dengan mudahnya melontarkan perkataan yang menyakitkan hatinya?

Ia tahu hubungannya dengan sang mertua selama ini kurang harmonis. Tapi ia tak menyangka bila ibu mertua kali ini sungguh sangat keterlaluan. Ia tidak bekerja karena tak ada yang mengurus Doni. Gaji Alan juga sebagian di ambil oleh ibu mertuanya. Dan sekarang, kenapa malah dia yang dipersalahkan? Bahkan jika boleh memilih, tentu ia tak mau mendapatkan semua ini.

" Maaf ya Buk, ibuk tahu kan kalau Doni sejak kecil udah sering sakit. Dan mas Alan juga tidak setuju kalau kita sewa orang buat ngasuh Doni. Kenapa ibuk sekarang malah nyalahin Ayu?" protesnya yang tak lagi bisa menahan emosi.

" Ya terus siapa? Doni begitu pasti karena rahim kamu gak sehat, makanya jadi penyakitan begitu!"

" Buk!"

" Udah-udah! Kenapa malah ribut disini. Aku gak tahu musti bagaimana. Gak mungkin juga aku hutang lagi ke orang itu. Mukaku bekas di tonjok anak buahnya Rudi saja masih sakit. Gak mungkin juga aku menjual mobil itu!"

Ayu semakin merasakan sesak di dadanya. Ayah macam apa pria bernama Alan itu. Seharusnya dia yang berpikir keras dan mencari solusi. Jadi mobil lebih penting daripada Doni? Kali ini Ayu telah sampai pada batas kesabarannya.

Tanpa pikir panjang, ia langsung pergi menuju rumah sakit dan berniat menanyakan apakah pembayaran itu masih bisa di tempo apa tidak. Ia berniat akan mencari pinjaman sebisanya. Setidaknya Tuhan tahu, seberapa besar usahanya untuk kesembuhannya Doni.

Tapi jawaban yang di dengar membuat lututnya bagai tak bertulang. Ia lemas sebab ternyata pihak rumahsakit tak bisa membantu banyak.

" Maaf Bu, tapi setidaknya anda harus menyerahkan setengah dari jumlah yang musti di bayarkan agar kamu bisa segera melakukan prosedur selanjutnya!"

Ayu menangis pilu seorang diri. Ia benar-benar bingung. Di tatapnya seraut pucat yang di sekujur tubuhnya terdapat peralatan medis.

" Doni, anak ibu!" lirihnya dengan tubuh yang bergetar. Tak tahu lagi harus bagiamana ia sekarang.

Saat masih larut dalam kebingungan, tiba-tiba ia teringat dengan sekolahnya dulu, Nuris. Ya, ia baru bertemu Nuris beberapa waktu lalu dan keadaan perempuan itu terlihat jauh lebih baik. Mungkin ia bisa meminjam dulu kepadanya, setelah itu ia akan bekerja keras untuk melunasi hutang-hutangnya.

Ia men-dial nomor Nuris detik itu juga. Dan sahutan dari seberang membuatnya lega.

" Halo?"

" Halo Ris, ini aku Ayu. Emmm bisa bicara sebentar?"

" Halo Yu, ini Ayu yang kemarin ketemu di apotek? Kamu apa kabar?"

" Aku baik. Emmm, Ris...kamu ada waktu tidak. Aku, ingin bertemu!"

Nuris rupanya menyanggupi dengan senang hati dan mereka akhirnya bertemu di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahsakit tempat dimana Doni di rawat.

" Yu, kamu baik-baik aja?" tanya Nuris demi melihat mata Ayu yang bengkak.

Ayu yang tak tahan dengan semua yang ia hadapi langsung menangis menumpahkan segala kesedihannya. Membuat Nuris menatap khawatir sekaligus iba.

" Yu, ada apa?"

Ayu menghela napas guna mengatur emosinya. Ia benar-benar membutuhkan bahu seseorang untuk bersandar saat ini. Dan sekalipun selama ini ia kuat, nyatanya ia juga memiliki titik rapuhnya sendiri.

" Jantung Doni mengalami kebocoran Ris. Dia harus segera di operasi. Mas Alan angkat tangan. Aku perlu uang dalam waktu dekat Ris. Tolong bantu aku, aku akan bekerja keras untuk membayar uang yang ku pinjam. Aku tak tahu lagi harus bercerita kepada siapa lagi Ris!"

Nuris semakin menatap sedih temannya yang tampak susah itu. Apalagi, ia tahu jika Ayu sudah tak memiliki kerabat apalagi saudara di kota ini.

" Kamu perlu berapa? Sejujurnya aku sekarang tidak pegang banyak. Uangku habis aku kirim ke keluargaku Yu. Tapi aku masih punya sedikit simpanan!"

" Tiga ratus juta Ris!"

Nuris tampak terkejut dengan nominal yang di sebutkan. Tapi penyakit jantung memang selalu membutuhkan biaya yang tak murah.

" Banyak juga ternyata ya. Maaf Yu, tapi sementara ini aku cuman ada lima puluh juta yang tersisa di rekening Yu. Astaga, jika tidak segera di operasi, nyawa Doni jadi taruhannya!" balas Nuris terlihat cemas.

"Kalau begitu carikan aku solusi Ris. Aku benar-benar membutuhkan uang itu!" bujuk Ayu yang terlihat semakin gusar. Ia benar-benar sedang buntu saat ini.

Nuris menatap perempuan yang wajah serta bodynya masih sangat menarik itu dengan tatapan ragu. Ia tak yakin dengan solusi yang ingin di tawarkan, tapi hanya inilah cara cepat mendapat uang.

"Aku nggak yakin kamu setuju apa enggak. Tapi kalau kamu mau cepat dapat uang, kamu bisa mengencani satu tamuku besok malam! Kebetulan yang harusnya ngisi dia sakit. Aku belum ada pengganti buat dia." ucapnya meragu

"Apa?"

Nuris tahu jika Ayu pasti akan kaget. Tapi ia juga bukan orang yang muluk-muluk. Ia memang orang yang bekerja di dunia bisnis lendir.

" Pekerjaanku selama ini di dunia malam Yu. Orang-orang sepertiku ini apalagi yang bisa kulakukan?" kata Nuris tersenyum pahit merasai kehidupan.

Keduanya kini terdiam. Ayu sibuk memikirkan saran yang sangat jauh dari angan-angannya itu, sementara Nuris terlihat malu dengan tawarannya. Tapi mau bagiamana lagi, ia juga tak memegang uang yang banyak saat ini.

" Yu, hubunganmu dengan Alan juga kurang baik. Kalau aku jadi kau, aku sudah mengajukan cerai sejak dulu. Aku tidak memaksamu untuk mau. Tapi kalau kau berubah pikiran, kau bisa menghubungiku besok!"

Bab 2. Pria macam apa kau

Malam harinya, Alan datang ke rumah sakit dengan raut tegang. Sejujurnya ia saat ini memiliki banyak hutang tanpa sepengetahuan sang istri karena menuruti keinginan Ibunya.

Ibarat kata, hidup segan matipun tak mau. Alan berada di titik kebimbangan sebab ia berharap anaknya baik-baik saja, namun kurang mau berupaya.

Apa mau dikata, ia bisa dihajar hingga mati jika berhutang kembali. Lebih lagi namanya sudah masuk daftar hitam di dunia perbankan lantaran kerap menunggak angsuran. Gaya hidup yang salah dan buta akan permintaan sang ibu, kini menjadikan hidup Alan babak belur.

" Gimana mas?" tanya Ayu yang tak bisa lagi menahan kebisuan diantara keduanya.

" Gimana apanya Yu, sebaiknya kita bawa pulang saja Doni!"

" Apa kamu bilang? Dibawa pulang mas? Itu sama aja kamu ingin anak kita meninggal mas!"

" Ya terus harus bagaimana lagi!" jawabnya terlihat frustasi. Jujur ia sangat tertekan saat ini.

" Jual mobil kamu!"

" Gak bisa Yu. Mobil aku udah jadikan jaminan di Rudi!" kata Alan kali ini dengan membuang muka. Ia menyesal sebab Ayu harus mengetahui hal itu di saat seperti ini.

" Apa kamu bilang mas, jaminan?"

" Ibu pingin beli tanah di kampung. Aku pinjam uang ke Rudi buat nyenengin ibuk!"

Ayu memejamkan mata dengan dada yang sesak karena terhimpit kenyataan. Kali ini suaminya benar-benar keterlaluan. Dia melakukan hal sepenting itu bahkan tanpa melibatkan dirinya. Memangnya apa definisikan rumah tangga bagi Alan?

Dan saat mereka sedang bersitegang, Doni tiba-tiba kejang dan terlihat kesulitan bernapas. Membuat Ayu langsung menekan tombol untuk memanggang dokter.

" Doni, sayang!" Ayu terlihat kebingungan saat melihat anaknya yang keadaannya sangat memprihatikan. Jika boleh di tukar, ia ingin berada di posisi Doni.

Beberapa saat kemudian, datang dua orang perawat serta satu orang dokter dan langsung memeriksa kondisi Doni.

" Bapak Ibu, tindakan harus segera di ambil. Jika tidak, maka jangan menyesal jika tejadi sesuatu dengan Doni!"

Di titik itu, Ayu benar-benar bingung. Haruskah ia menerima tawaran Nuris yang tentu saja sangat tidak ia inginkan. Tapi melihat Doni yang seperti itu, ibu mana yang tega.

" Jika ini yang harus aku lakukan, jangankan harga diri. Nyawa pun akan aku korbankan untukmu nak!" jerit Ayu pilu dalam batin yang terguncang hebat.

Malam harinya saat Doni sudah lelap usai ditangani sementara, Ayu pergi tanpa pamit kepada Alan. Pikirannya sudah di penuhi dengan kekecewaan terhadap suaminya itu. Ia terlihat menelpon Nuris secara sembunyi-sembunyi.

" Halo Yu?" jawab Nuris dengan suara parau. Sepertinya wanita itu baru bangun tidur.

" Sory RIS, apa penawaran mu kemarin masih ada?"

.

.

Nuris senang sekaligus sedih. Ia senang sebab artinya malam ini satu pelanggan VIP nya tak akan kecewa. Tapi ia juga sedikit merasa bersedih karena harus turut menjerumuskan temannya ke hal kotor macam ini.

Tapi begitulah kehidupan. Kadang desakan dan himpitan ekonomi, menjadikan beberapa orang tak memiliki pilihan.

" Apakah dia orang tua?" tanya Ayu bimbang saat mereka bertemu di kantin rumahsakit malam itu.

" Aku tidak tahu Yu. Bosku ini seperti sebuah makelar bos-bos besar. Yang memesan ini random. Tapi mereka sudah jelas berada dari kalangan pejabat juga pengusaha besar Jangan pikirkan itu, tapi aku sudah memberikan syarat yang besar. Tapi mereka minta kau harus melayani full service!"

" Maksudnya?" tanya Ayu tak mengerti.

" Maksudnya kamu jangan menunggu, kau yang harus memuaskan mereka. Mereka cuek, kau yang harus membangkitkan. Ingat Yu, aku sampai harus berdebat dengan bosku untuk urusan ini!"

Ayu tertegun. Bagaimana jika yang menyewa nya adalah orang tua dengan perut buncit dan kepala yang botak? Tapi kilasan ingatan Doni yang kesulitan bernapas langsung menari di otaknya. Membuat segenap tekadnya membludak.

" Oke, aku mau!"

 

Sekembalinya Ayu dari bertemu Nuris, ia tak henti-hentinya menatap wajah anaknya dengan dada sesak. Ia ingin anaknya sembuh. Seterjal dan segelap apapun jalannya, akan ia tempuh.

Sebulir air mata meluncur begitu saja manakala ia teringat dengan perkataan suaminya mengenai hutang yang menumpuk karena Ibu mertuanya.

Ia sudah lelah di perlakukan seperti ini. Mungkin ia bisa menerima kehidupan toxid selama bertahun-tahun tinggal bersama mertuanya. Tapi ia benar-benar tak terima jika Alan lepas tanggung jawab, hanya karena hutang piutang yang bahkan ia sendiri tak mencicipinya barang secuil pun.

" Bertahanlah nak. Ibu akan melakukan apapun untukmu!"

Bab 3. Abhipraya Wisaksana

Keesokan malamnya.

Ayu telah selesai di dandani oleh Nuris. Perempuan berusia 26 tahun itu terlihat sangat cantik dibalik balutan dress merah maroon yang mempertontonkan kemolekan.

Meski sedikit geli lantaran ia tak pernah berpenampilan seseronok ini, tapi tekadnya lebih besar daripada rasa malunya.

" Lihatlah Yu, seperti yang aku bilang, kau seharusnya bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Alan!" puji Nuris saat melihat Ayu yang terlihat sangat cantik dan menawan malam ini. " Mereka pasti tak akan rugi jika membayarmu mahal. Kau memang cantik sejak dulu. Suami mu saja yang tak mau merawat mu dengan baik!"

Tapi Ayu tersenyum getir. Karena uang belanja yang pas-pasan, ia memang lebih mengutamakan kebutuhan sekolah Doni juga keperluan dapur ketimbang keperluan pribadinya.

" Kau yang mengantarku?" tanya Ayu mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

" Tentu saja. Aku juga ada pekerjaan malam itu. Ingat Yu, jangan sampai kau membuat kecewa bos yang satu ini. Sebab mereka membayar mu mahal. Aku tidak mengambil keuntungan apapun dari itu, itu murni kau sendiri. Hanya itu yang bisa aku bantu!"

Ayu termenung menatap Nuris yang membuka pakaiannya berganti baju. Pantas saja Nuris selama ini bergelimang uang. Tapi jika di tanya dari hati terdalamnya, Ayu sebenarnya tak mau melakukan ini.

" Kau yang lebih tahu Tuhan!"

Mobil melesat membelah jalanan kota Y. Ayu sedari tadi tak henti-hentinya memainkan jemari pertanda grogi. Takut kalau-kalau yang memesannya nanti adalah orang yang sangat tua.

" Ris. Aku takut!" ucap Ayu saat mobil mereka sudah berbelok ke sebuah tempat besar berlantai empat.

" Santai saja. Bayangkan saja kau sedang bercumbu dengan Alan!" sahut Nuris terkekeh.

Tapi Ayu mendecak. Ia dengan Alan bahkan sangat jarang melakukan hal itu karena suaminya sering pulang lembur. Bahkan semenjak Doni sakit, Ayu lebih sering tidur di kamar anaknya daripada di kamarnya sendiri.

Mereka berjalan masuk ke sebuah tempat besar empat lantai yang cat dasarnya berwarna gelap. Di lantai dasar terdapat sebuah bar dengan suara yang memekakkan telinga. Ia juga bisa melihat banyak sekali pasangan yang tanpa sungkan mengumbar kemesraan disana-sini. Membuat nyalinya semakin menciut.

" Itu Tania. Tan!" seru Nuris sembari melambai kepada seseorang dari kaum berak lancar.

" Wow, siapa ini nek?" sapa wanita jadi-jadian sembari memindai tampilan Ayu yang aduhai.

" Ini Beauty ( nama samaran)" terang Nuris.

Tania yang sejatinya merupakan wanita jadi-jadian itu terlihat senang. " Barang baru?"

" Diem. Pokoknya, dia di room VVIP nanti. Tolong escort dia ya. Aman sama gua nanti!" sambung Nuris menjelaskan.

" Wah pantas kinclong begini. Selamat bersenang-senang cantik, yuk ikut!"

Nuris dan Ayu akhirnya berpisah disana. Ayu hanya bisa percaya sepenuhnya dengan Tania, meski orang itu sendiri sangat terlihat meragukan.

" Semoga lancar Yu. Maaf hanya ini yang bisa aku bantu!" ucap Nuris saat ia melepas pelukannya kepada sahabatnya. Perempuan itu menatap muram Ayu.

Dada Ayu sakit mendengarnya. Ia lantas mengikuti langkah Tania dengan keringat yang mulai membanjiri tangan. Berusaha meyakinkan diri jika semua ini demi Doni.

"Pas aku cuman bisa nganter kamu sampai sini. So, kamu tunggu sini aja ya. Frans sebentar lagi akan datang kok. Jangan lupa untuk selalu buat customer kita happy. Byee!"

Sepeninggal Tania, Ayu mematut dirinya di cermin kristal besar di sana. Seandainya semua keluarganya masih ada, mungkin dia tak akan terlunta-lunta seperti ini. Tapi barusaja ia mengusap sebelah pipinya yang basah oleh air mata, deheman seseorang yang datang membuatnya terperanjat.

" Ehem!"

Maka Ayu buru-buru menyeka wajahnya sebelum seseorang mengetahui.

" Kau yang bernama Beauty?" tanya pria bermata tajam itu.

Ayu mengangguk. Ia meneguk ludahnya ketakutan.

" Lima belas menit lagi tuan Abhipraya datang!" terang pria itu.

" Abhipyara? Apa dia yang akan aku layani?"

" Hey dengar tidak?"

" D-dengar tuan!" jawabnya terbata-bata.

" Jika dia tidak mau kau sentuh, jangan sentuh dia. Dia akan tetap membayarmu!"

" Apa? apa maksudnya?"

" CK. Lakukan saja. Lebih baik kau siapkan minuman. Dia bukan orang sembarangan!"

Ayu langsung panik. Ia bahkan tak tahu minuman macam apa yang harus di sajikan untuk pria tua itu. Ia sibuk mengulik bagaimana menyajikan minuman yang benar. Ia menggerutu, kenapa Nuris tak memberitahukan dulu tadi jika tamu yang datang tak selalu langsung mengajaknya berhubung intim?

Sepeninggal orang itu, Ayu terlihat berusaha memilih minuman terbaik hasil dari ia mengulik di ponsel. Namun tanpa di duga, beberapa saat kemudian pintu itu tiba-tiba kembali terbuka. Ayu yang terkejut malah tak sengaja menjatuhkan gelas kristal ke lantai.

KRUNTHANG!

" Apa yang kau lakukan?" pekik seorang pria yang membuat tubuh Ayu semakin bergetar.

Ayu menoleh. Percayalah, saat ini tubuhnya terasa begitu lemas saat melihat pria yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan tak ramah. Apa pria itu pemilik tempat ini yang mau mengecek kesiapannya? Mati sudah jika itu benar adanya.

" Ma-af. Saya hanya menyiapkan gelas untuk tuan Abhipraya!" ucapnya tergagap-gagap.

Pria berkemeja putih yang mendengar Ayu berbicara langsung menyeringai.

" Saya janji Pak. Saya tak akan berbuat kesalahan saat tuan Abhipraya nanti datang!" sambung Ayu dengan alis yang tak berhenti bertaut.

Pria itu menyeringai lagi. Sepertinya wanita di depannya itu tak mengenal siapa dirinya. Ini unik. Dan, sepertinya ia belum melihat wanita itu.

" Memangnya siapa Abhipyara?" tanya pria itu sembari menutup pintu lalu menarik kunci serta memasukkannya ke saku dengan seringai tersembunyi.

Ayu mendongak, ia menatap pria tampan yang berdiri mengintimidasinya dengan wajah bingung.

" Dia..."

" Jadi kau yang bertugas di sini malam ini?" tanya pria itu lagi kali ini sembari bersedekap. Membuat Ayu langsung berpikiran lain.

"Jangan-jangan"

Meski sedikit ragu dan takut, Ayu mengangguk. Tapi tunggu dulu, kenapa pintunya sudah tertutup? Oh ya ampun. Apakah dia tuan Abhipraya?

Pria itu langsung terkekeh-kekeh. " Kau terlihat sangat amatir. Aku takut jika dia tak akan mau kau layani?"

Ayu langsung membulatkan matanya. Apa orang ini sedang menakut-nakutinya?

" Apa maksud anda?"

" Kau bilang mau melayani seorang Abhipyara. Tapi, kau ternyata tidak mengenalnya?"

Ayu seketika curiga saat pria tampan itu mendekat ke arahnya. Jangan-jangan dia adalah benar-benar pria bernama Abhipyara itu. Sial sekali. Ia menyesal karena tak meminta kepada Nuris soal foto pria yang akan dia layani.

" Sepertinya, kau baru disini..." ucap Abhi sembari menyentuh dagu Ayu dengan sebuah seringai. Membuat Ayu menelan ludahnya takut.

" A-anda tuan Abhipraya?" ucap Ayu dengan raut sangat ketakutan. Pria itu tampan, tapi sorot matanya sangat menakutkan.

Pria itu spontan tergelak kencang demi melihat seraut pias yang ada di depannya. Membuat Ayu seketika menelan ludah khawatir sebab jelas pria di depannya ini bukanlah pegawai club seperti yang ia kira sebelumnya.

" Kenapa kau terlihat pias? Apa kau takut?"

Ayu yang tak mau kehilangan kesempatan langsung merubah wajahnya. Ia langsung bertingkah lebih sensual karena ia yakin jika pria di depannya ini adalah Abhipraya.

"Setidaknya yang aku layani bukanlah orangtua yang seperti aku pikirkan. Baiklah tuan, mari kita selesaikan semua ini agar aku bisa segera pergi menemui anakku!"

" Maaf tuan. Mungkin karena anda terlihat jauh lebih tampan malam ini sehingga membuat saya pangling!" ucap Ayu yang memberanikan diri meraba rahang tegas dengan tatapan menggoda. " Jadi, gaya seperti apa yang anda inginkan, hm?"

Maka Abhipyara yang biasanya enggan di sentuh oleh wanita yang menemaninya minum, kini merasa seperti sedang berada di sebuah peraduan yang menantang.

" Kau yang memimpin?" tanya pria itu menguji.

Tapi alih-alih takut, Ayu dengan segenap hati malah memberanikan diri atas nama anaknya. Ia hanya ingin Doni sembuh.

" Dengan senang hati tuan!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!