Tersadar Cinta

Tersadar Cinta

Bab 01.

Assalamu'alaikum readers tercinta... akhirnya Mom luncurkan juga karya ke empat ini, semoga cerita kali ini juga bisa menghibur dan disukai semua ya, happy reading... 😘

.

.

.

.

.

Di sebuah rumah cukup mewah, terdengar perdebatan yang cukup menegangkan. Suasana mencekam dan suara tangis tersebut terdengar dari arah ruang keluarga. Di sanalah Pak Heru Herlambang bersama kedua putri dan juga istrinya berada. Mereka tak lain dan tak bukan adalah pemilik rumah tersebut. Setelah kurang lebih 22 Tahun Pak Heru dan sang istri menempati rumah tersebut, baru kali ini lah mereka merasakan suasana menegangkan seperti malam ini.

"Pa, kenapa harus aku yang Papa nikahkan dengan cucu rekan Papa itu? bukannya Luna lebih baik dari aku, Papa selalu memaksakan kehendak padaku, sementara Luna, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan!" Protes Alula pada sang Papa.

Alula adalah putri pertama dari Pak Heru Herlambang, putri sulungnya ini memang sedikit berbeda dengan putri bungsunya yang selalu patuh dan penurut. Namun meski begitu, Alula tak kalah baik dan penyayang seperti sang adik.

"Lulu, Mama tau kamu masih belum menerima perjodohan ini, tapi Mama dan Papa cuma ingin yang terbaik buat kamu, sayang!" Sahut Bu Santi, Mama Alula seraya mengusap punggung putri sulungnya.

"Apanya yang terbaik, Ma? aku bahkan gak pernah mengenal pria itu sebelumnya, apa Mama sama Papa pikir aku bisa bahagia hidup dengan pria asing? lagi pula, aku sudah memiliki pacar, Ma, Pa! aku juga benar-benar sangat mencintai dia!" Ucap Alula berderai air mata.

"Cinta kamu bilang? anak ingusan seperti kamu mengerti apa soal cinta, hah? paling, kalian cuma menyalurkan nafsu kalian semata yang bisa saja sewaktu-waktu menjadi bom yang akan meledak memporak-porandakan," Hardik Pak Heru.

"Jimmy gak seperti yang Papa kira, Jimmy selalu melindungi aku, Pa! dia sangat menghormati aku sebagai pacarnya. Bahkan, dia tidak berani menyentuhku tanpa seijin dariku!" Sahut Alula membela sang pacar.

"Iya! awalnya memang tak berani menyentuh! tapi setelah kau terbujuk dan mengijinkannya, Papa yakin kalau kau tidak akan mendapatkan sebuah sentuhan saja!".

"Lulu, Papa juga seorang pria! Papa tau apa kebutuhan hasrat pria seumuran kamu. Rasa keingintahuan mereka sangat tinggi, tapi mereka tak pernah memikirkan resiko yang akan mereka dapat! bahkan tak banyak dari mereka yang enggan bertanggung jawab setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan!" Sahut Pak Heru melembut.

"Papa benar, Kak! apa Kakak tau, apa alasan Papa menyetujui aku pindah Sekolah dari Sekolah sebelumnya?" Sahut Aluna yang tak lain adik kandung Alula. Mereka hanya terpaut usia tiga tahun.

"Kau ingin mencari suasana baru, kan?" Jawab Alula enteng. Seketika Aluna menggelengkan kepalanya dan merubah raut wajahnya menjadi sendu.

"Lulu, sebenarnya adikmu pindah Sekolah bukan karena alasan itu, tapi dia..." Sang Mama mencoba membantu Aluna menjawab, namun nyatanya lidahnya ikut kelu, tak berani melanjutkan perkataan.

Mama Santi menghampiri sang putri bungsu dan memeluknya erat-erat. Entah apa yang selama ini Alula tidak tahu tentang adiknya itu.

"Lulu, adikmu sudah tidak perawan lagi! dia di perkosa oleh anak kepala Sekolahnya sendiri. Tapi beruntungnya, bocah brengsek itu masih sedikit cerdik dengan menggunakan pengaman saat melakukan pemerkosaannya!" Tutur Pak Heru yang akhirnya buka suara.

"A...apa? I...ini gak mungkin, kan Lun? kenapa kamu gak pernah cerita sama Kakak? lalu, apa Papa sudah meminta pertanggungjawaban mereka?" Lulu terkejut bukan main. Pantas saja setelah Luna pindah Sekolah, perhatian Mama dan Papanya kian besar pada sang adik, ternyata inilah alasan mereka berlaku demikian.

"Papa sudah menemui bocah brengsek itu dan keluarganya. Awalnya mereka tidak mengakui perilaku bejat putra brengsek mereka, tapi setelah mereka melihat bukti yang Papa bawa dari Rumah Sakit tentang hasil visum Aluna, mereka mulai percaya dan menghukum putranya saat itu juga!" Tutur Pak Heru menjelaskan.

"Apa Papa tidak menuntut ganti rugi lainnya? Pa, Luna pasti terguncang mentalnya, dia pasti trauma dengan kejadian ini!" Lulu menatap sang adik yang masih dalam pelukan sang Mama. Dia semakin merasa bersalah karena sudah menuduh sang adik yang selalu mencari perhatian lebih dari kedua orangtuanya.

"Sebelum Papa mengajukan tuntutan, mereka sudah mengajukannya terlebih dulu sebagai bentuk pertanggungjawaban, mereka bilang mereka akan membiayai Aluna untuk pemulihan traumanya pada psikiater terbaik di Kota ini. Selain itu, mereka juga akan membiayai pendidikan Aluna hingga dia lulus kuliah," Ucap Pak Heru.

"Hanya itu? apa Papa tidak mengajukan hal lainnya lagi? seperti memenjarakan bocah brengsek itu misalnya?" Ucap Alula terlihat tak puas.

"Lulu, mereka juga seorang orangtua yang tak pernah ingin melihat anaknya sengsara. Seburuk apa pun perilaku anaknya, orangtua pasti tidak akan tega melihat mereka menderita." Tutur Pak Heru.

Lulu terlihat menghela nafas dan bersimpati pada sang adik. Di dekatinya tubuh mungil sang adik yang di peluk sang Mama. Tak terasa bulir bening pun kembali menetes di ujung kedua matanya.

"Kakak gak tau kamu begitu menderita Lun, maafkan Kakak ya! selama ini Kakak udah banyak salah sangka sama kamu!" Ucap Alula seraya mengusap punggung sang adik.

Mama Santi dan Aluna pun melerai pelukan mereka dan menghadap Alula yang masih berdiri di hadapannya.

"Jadi, apa sekarang kamu sudah setuju untuk menikah? Mama gak mau kamu mengalami hal yang sama seperti yang adik kamu alami, Lu!" Lirih sang Mama kembali membahas pernikahan.

"Maafkan Lulu, Ma, Pa! Lulu tetap gak bisa menikah dengan pria asing itu, Lulu yakin kalau Jimmy gak seperti pria brengsek yang kalian ceritakan, Lulu juga bisa menjaga diri Lulu sendiri, kalian tidak perlu khawatir!" Tegas Lulu.

"Dasar anak tak tau di untung, akhh..." Pekik Pak Heru seraya menjatuhkan dirinya ke atas sofa dan mere*mas dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.

"Papa!" Sontak Mama Santi dan Aluna menghampiri Pak Heru dan memeriksa keadaannya.

"Lulu, cepat telepon ambulan! sepertinya Papa kamu terkena serangan jantung!" Jerit Mama Santi yang kian panik karena melihat Pak Heru yang kehilangan kesadarannya.

"Pa, Papa! Papa harus bertahan, Pa!" Ucap Aluna tak kalah panik.

Dengan secepat mungkin, Alula mengubungi salah satu Rumah Sakit untuk meminta ambulan. Tak menunggu lama, akhirnya ambulan pun tiba dan membawa tubuh Pak Heru yang sudah tak sadarkan diri.

Tiba di Rumah Sakit, Alula termenung sendiri di sudut ruangan tunggu. Dia begitu takut sekaligus cemas jika sang Papa tak dapat tertolong. lain halnya dengan Aluna dan sang Mama yang terus saling merangkul dan menguatkan seraya berdoa, agar orang yang mereka sayangi dapat terselamatkan di dalam sana.

Ceklek...

"Keluarga pasien atas nama Tuan Heru!" Seru salah satu Suster yang baru saja keluar dari ruang tindakan.

"Kami, Sus! bagaimana keadaan suami saya, Sus?" Cecar Mama Alula.

"Tuan Heru sudah melewati masa kritisnya, tapi untuk tau lebih lanjut bagaimana kondisinya, Nyonya dan Nona bisa langsung menemui Dokter yang menanganinya, saya hanya ingin memberikan formulir ini untuk segera di selesaikan di bagian administrasi!" Tutur sang Suster seraya menyerahkan selembar formulir pembayaran Rumah Sakit pada Mama Santi.

"Terimakasih banyak, Sus! kalau begitu saya akan urus administrasinya dulu sekarang!" Sahut Mama Santi.

"Ma, biar Lulu saja yang pergi ke bagian admin!" Ucap Alula mencegah sang Mama yang hendak ke ruang admin.

"Tidak perlu, Lu! sebaiknya kalian tunggu Mama di ruangan Dokter saja, nanti Mama akan menyusul kalian setelah urusan pembayarannya selesai!" Seru Mama Santi.

Tanpa membantah lagi, akhirnya Lulu dan sang adik menghampiri ruangan sang Dokter setelah bertanya pada Suster. Kurang-lebih 15 menit, Mama Santi menghampiri mereka yang ternyata masih belum masuk ke dalam ruangan Dokter.

"Kenapa kalian masih berdiri di sini? apa Dokternya tidak ada, ya?" Tanya Mama Santi.

"Ada ko Ma, tapi kita berdua sengaja menunggu Mama dulu, kalau gitu kita masuk sekarang ya!" Sahut Aluna memimpin.

"Ya sudah, ayo!" Sahut Mama Santi.

Setelah ketiganya masuk ke dalam ruangan Dokter. Mereka bertiga di beri penjelasan tentang kondisi Pak Heru saat ini, ketiganya mendengarkan dengan seksama mengenai hal-hal yang harus mereka ingat dan waspadai demi kesembuhan Pak Heru. Setelahnya, ketiga perempuan berbeda generasi tersebut menemui Pak Heru di ruangan rawat inap nya.

"Ma, Luna pulang dulu ya, Luna mau ambilkan pakaian ganti dan beberapa keperluan Papa dan Mama dari rumah!" Seru Aluna setelah mereka bertiga berada di dalam ruangan rawat Pak Heru.

"Ya sudah, kamu hati-hati, ya!" Sahut Mama Santi.

"Kakak temani ya, Lun!" Seru Alula.

"Kami pamit dulu ya Ma!" Ucap Alula seraya mencium tangan sang Mama bergantian.

"Hm... hati-hatilah," Gumam Mama Santi.

"Haa... Ya Tuhan, semoga kedua putriku selalu dalam lindungan-Mu!." Ucap Mama Santi seraya menatap kepergian kedua putrinya.

Seketika, kedua kelopak mata pria paruh baya yang sejak tadi terbaring pun terbuka lebar, membuat sang istri tercinta terkejut bukan main.

"Astaga, Papa bikin Mama kaget aja, deh!" Omel Mama Santi seraya mengurut dada.

"Hehe... maaf Ma, anak-anak sudah pada pergi, ya?" Tanya Pak Heru seraya mendudukkan diri di atas tempat tidur pasiennya.

"Pa, Papa jangan terlalu banyak gerak dulu, Dokter bilang, Papa harus banyak istirahat!" Cegah Mama Santi.

"Mama tenang aja, Papa baik-baik aja, ko! sini duduk dekat Papa!" Seru Pak Heru seraya menepuk tempat kosong di sampingnya.

"Ko, Papa kaya orang yang engga sakit, sih? apa jangan-jangan..." Tebak Mama Santi seraya menyipitkan kedua matanya ke arah sang suami.

"Papa sengaja bersandiwara Ma, Mama juga percaya ya kalau Papa beneran sakit?" Pak Heru nampak terkekeh melihat ekspresi sang istri yang ternyata ikut terbuai oleh tipu muslihatnya.

"Haist! sebenarnya Mama juga kurang yakin tadi, Pa! soalnya pas Mama ke bagian Admin, Mama cuma di suruh bayar biaya kamarnya aja, ternyata begini ceritanya ya?" Tutur Mama Santi.

"He... iya Ma, Papa cuma berusaha membujuk Lulu untuk yang terakhir kalinya, Ma!" Kekeh Pak Heru.

"Hm... tapi Pa, apa Papa yakin dengan cucunya Pak Satrio itu? meski anak itu adalah pengusaha yang sukses dan berperilaku baik, tapi apa dia juga mau menerima perjodohannya? jangan-jangan dia juga sama seperti Lulu, menolak perjodohan kita?" Ucap Mama Santi sedikit ragu.

"Papa yakin, Pak Satrio pasti bisa membujuk cucunya itu, Mama kan tau sendiri seperti apa watak cucunya Pak Satrio itu saat bertemu kita kemarin, dia benar-benar terlihat tenang dan menerima segala keputusan Kakeknya!" Tutur Pak Heru.

"Iya sih, Pa! tapi kenapa Mama masih ragu ya? apa karena Lulu masih menentang perjodohan ini ya?" Gumam Mama Santi seraya bersandar di dada bidang suaminya.

"Mama tenang saja, Papa yakin, kali ini dia pasti akan menerima perjodohan kita!" Ucap Pak Heru seraya mengecup pucuk kepala istrinya.

.

.

.

.

.

Semoga suka dengan ceritanya ya, dan jangan lupa jadikan favorit, beri rate, vote, like dan juga giftnya ya guys. See you next bab... 😘

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Salam kenal kak..

2024-04-16

0

Atha Diyuta

Atha Diyuta

aku mampir nih ka, salken y

2024-01-05

0

TereLea(♥ω♥ ) ~♪

TereLea(♥ω♥ ) ~♪

maaf ya Mom, aku likenya bertahap ♡

2023-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!