"Tapi bagaimana caranya, Pa?" Tanya Bu Santi seraya mendongakkan wajahnya ke arah wajah sang suami.
"Papa akan pura-pura sekarat, Ma! dengan begitu, Lulu pasti tidak akan menolak permintaan terakhir Papa!" Ucap Pak Heru yakin.
"Hm... masuk akal juga sih, tapi apa kita gak berdosa ya Pa bohongin Lulu seperti ini?" Tanya Bu Santi.
"Semoga aja engga, Ma! lagi pula, kita melakukan ini semua juga demi kebaikan Lulu," Sahut Pak Heru.
Setelah keduanya berbincang panjang lebar dan beristirahat, Pak Heru kembali berbaring karena mendengar suara bising yang mirip dengan suara kedua putrinya di depan pintu.
"Kak, sepertinya Mama sudah tidur, sebaiknya kita langsung kunci pintunya saja ya!" Seru Aluna seraya menutup kembali pintu ruangan rawat Papa nya.
"Iya, Kakak akan menaruh pakaian Mama sama Papa di sudut," Sahut Lulu seraya berjalan jinjit agar tak membangunkan kedua orangtuanya.
"Lulu, kalian udah kembali ya?" Tanya Bu Santi terbangun. Padahal sedari tadi beliau belum tertidur sedikit pun.
"Aihh, Mama bikin kaget Lulu aja!" Ucap Lulu dengan suara sepelan mungkin.
"Ya maaf, kalian sudah makan malam?" Tanya Mama Alula. Lulu pun menganggukkan kepalanya seraya duduk di salah satu sisi tempat tidur Pak Heru.
"Ma, gimana keadaan Papa? Papa bakal sembuh lagi, kan?" Lirih Lulu bertanya. Bu Santi terlihat menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan putri sulungnya.
"Barusan, Dokter baru saja memeriksa Papa. Katanya, Papa mengidap penyakit jantung serius, umur Papa..." Bu Santi merubah raut wajah menjadi sendu, bahkan kedua mata beningnya sudah mulai berembun nampak menangis.
"Enggak? Dokter pasti salah periksa, Ma! Lulu gak percaya. Jelas-jelas Papa itu orang yang rajin olah raga dan menjaga pola makan, Lulu gak percaya kalau Papa di vonis penyakit itu!" Sangkal Lulu.
"Tapi, itu yang Dokter katakan, Lu! umur Papa akan semakin singkat kalau Papa banyak pikiran!" Isak Bu Santi.
"Ko, aku ragu ya sama apa yang Mama omongin? atau..." Batin Aluna setelah mengunci pintu ruangan rawat Papa nya.
"Lu, Papa sempat siuman tadi, katanya satu-satunya permintaan terakhir Papa adalah melihat kamu menikah, Mama sempat membujuk Papa, tapi Papa malah kembali tak sadarkan diri setelah mendengar ucapan Mama yang membela kamu, jadi Mama sarankan kalau Papa kamu bangun nanti, kamu turuti saja keinginannya, ya! Mama mohon sama kamu, Lu! Mama masih ingin hidup bersama Papa, kamu juga gak mau kan kehilangan Papa!" Tutur Bu Santi. Seketika beliau melirik ke arah Aluna yang berdiri di belakang Lulu yang tengah sendu menatap Pak Heru.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Ma?" Tanya Aluna dengan isyarat mulutnya tanpa sepengetahuan Lulu.
Bu Santi hanya mengedipkan sebelah matanya sebagai kode. Hal tersebut ternyata mampu membuat Aluna paham atas jawaban sang Mama.
"Hm... benar saja, ternyata Mama hanya sedang berakting!" Batin Aluna.
"Apa aku benar-benar harus menikah? tapi bagaimana dengan Jimmy? aku sudah berjanji padanya akan menunggunya sukses, dan melamar ku!" Batin Lulu.
"Kak, kalau Luna bisa gantikan Kakak, Luna pasti akan gantikan dengan senang hati, karena bagi Luna kesehatan Papa adalah yang paling terpenting!" Ucap Aluna seraya mengusap kedua bahu Kakaknya.
"Memangnya benar-benar gak bisa di gantikan ya, Ma? Lulu udah terlanjur janji sama Jimmy akan menunggunya sukses dan melamar Lulu, Ma!" Tutur Lulu.
"Tapi sampai kapan kamu mau menunggunya, Lu! kesuksesan itu sangat sulit di raih untuk orang-orang tertentu. Bukan Mama mau merendahkan atau menilai jelek tentang Jimmy, tapi menurut Mama, dia itu masih labil dan tak menganggap serius hubungan kalian!".
"Beberapa kali Mama bertemu dengan dia, Mama sama sekali gak pernah di buat terkesan," Ucap Bu Santi panjang lebar.
"Tapi Lulu mencintainya, Ma! Lulu pasti butuh waktu yang lama buat lupain dia kalau Lulu menikah dengan cucu rekan, Papa!" Lulu terdengar terisak di balik kepalanya yang menunduk.
Seperti dugaan, Bu Santi paling tak tega melihat putrinya terisak seperti itu. Hampir saja, Bu Santi mengalah atas rencana yang sudah di susun suaminya itu. Tiba-tiba, Pak Heru berakting kejang-kejang, dan membuat ketiga perempuan itu kembali panik.
"Pa! Papa kenapa, Pa? Ya Tuhan, Luna cepat panggilkan Dokter, nak!" Seru Bu Santi.
"I...Iya, Ma!" Jawab Aluna seraya bergegas keluar dari ruangan Ayahnya.
"Pa, Papa gak akan tinggalin Lulu kan, Pa! Pa! Lulu janji, Lulu akan menikah dengan cucu rekan Papa itu, tapi Lulu mohon Papa harus sembuh, Papa jangan seperti ini!" Isak Lulu seraya mengguncang tubuh Pak Heru.
Sejurus kemudian, Pak Heru terlihat mulai tenang dan membuka kedua matanya. Di tatapnya mata sembab sang Putri tersayang. Beliau tersenyum penuh kemenangan, namun tentunya hanya di dalam hati.
"Lulu... maafkan Papa, Papa tidak akan memaksa kamu lag...i untuk menikah, mungkin Papa memang ditakdirkan untuk meninggal sebelum melihat kamu menikah, nak! ha... Papa... Pa...p..." Ucap Pak Heru tersengal-sengal.
"Pa! Papa gak boleh bicara seperti itu! Lulu mau, ko menikah dengan cucu rekan Papa itu! iya kan, Ma! Lulu bersedia ko, Pa! Papa harus sembuh ya! Lulu gak mau di tinggalin Papa," Oceh Lulu seraya memeluk perut Pak Heru yang terbaring.
"Benarkah begitu? apa Papa tidak sedang bermimpi? Ma, Papa masih hidup, kan? kenapa Papa bahagia sekali mendengar ucapan Lulu? rasanya Papa sedang bermimpi indah saat ini!" Ucap Pak Heru melirik sang istri yang menahan tawa.
"Papa gak bermimpi, Pa! Lulu benar-benar akan menikah dengan pria asing itu, Papa tenang saja, sebaiknya Papa sekarang istirahat lagi, ya!" Seru Lulu seraya menyelimuti tubuh Pak Heru.
Sedangkan di luar ruangan Pak Heru, Aluna terharu menatap sang Kakak di celah pintu yang sengaja tak dia tutup rapat. Aluna sebenarnya juga tidak tega, tapi dia juga harus ikut bersandiwara, karena keadaan perusahaan Pak Heru saat ini sedang kurang stabil.
"Sepertinya aku harus masuk sekarang, Kakak bisa curiga kalau aku terlalu lama di luar ruangan!" Gumam Aluna dalam hatinya.
Ceklek...
"Mana Dokternya, Lun? kenapa kamu masuk lagi cuma sendiri?" Cecar Lulu.
"Suster bilang, Dokternya sedang melakukan operasi kak, jadi..." Aluna bingung sendiri mencari alasan, namun beruntungnya Lulu tak memperpanjang masalah tersebut, baginya saat ini yang terpenting Pak Heru sudah kembali stabil dan bisa beristirahat.
"Hm... ya sudah, kalau begitu aku keluar sebentar ya, aku mau membeli minuman, apa kalian mau titip? biar Lulu belikan sekalian," Tawar Lulu.
"Ah, Mama titip Teh hangat aja deh," Sahut Bu Santi.
"Aku titip air mineral, Kak!" Sambung Aluna.
"Ya sudah, kalian tunggu sebentar ya, aku belikan dulu minumannya!" Ucap Lulu seraya keluar dari ruangan sang Papa.
Sebelum Lulu membeli minuman ke kantin, Lulu terlihat singgah di sebuah taman Rumah Sakit yang begitu sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dia mencoba menghubungi Jimmy, pacarnya. Namun setelah beberapa kali Lulu hubungi selalu di jawab operator.
"Ha... bahkan di saat seperti ini ponsel kamu gak aktif, Jim! aku harus gimana sekarang? aku benar-benar gak mau putus dari kamu, tapi aku juga gak mau kehilangan Papa! hik...hik..." Isak Lulu bergumam sendiri.
"Astaga, kenapa Kakek menyuruh aku menjenguk Om Heru jam segini, sih? mana serem banget lagi Rumah Sakitnya," Gumam seorang pria seraya berjalan mendekati taman.
"Tadi Susternya bilang belok kanan apa kiri ya? haduh... gini nih kalau terlalu horor, otakku yang encer pun berubah jadi beku," Gumamnya lagi.
Hik...hik....hik...
"I...itu suara apa, sih? ko, terdengar ngeri banget ya?".
"Huaaa..." (suara tangisan yang semakin kencang).
"Aaaa...... hantu!!" Jerit pria tadi seraya berlari.
"Haist! siapa sih pria tadi, ngagetin orang lagi sedih aja, deh!" Gerutu Alula yang memilih bangkit dan meninggalkan taman setelah puas menangis.
Setelah mendapatkan minuman yang di inginkan Mama dan adiknya, Lulu pun bergegas kembali ke ruangan Pak Heru. Namun saat dia hendak membuka pintu, pintu ruangan Pak Heru di buka lebih dulu oleh seseorang dari dalam.
"Eh, sepertinya ponsel ku berbunyi deh, aku angkat dulu ah, siapa tau telepon dari Jimmy lagi!" Gumam Lulu seraya tak jadi masuk ke ruangan Pak Heru.
"Aneh, jelas-jelas tadi aku mendengar perempuan yang berbicara di sini, tapi ternyata tidak ada siapapun. hi.... aku harus segera pulang sekarang, lama-lama aku bisa gila kalau terus diam di sini!" Gumam pria yang kabur dari taman tadi.
.
.
.
.
.
Jangan lupa beri dukungannya ya guys, See you next bab... 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
R.F
selamat tahun baru kak
2024-01-06
0
Atha Diyuta
pak heru oh pak heru, jago bnget kya aktor sinetron
2024-01-05
0
TereLea(♥ω♥ ) ~♪
Pak Heru pantas jadi pemain sinetron. pandai akting dia wkwk
2023-12-18
0