Setelah semua berkumpul, kecuali Aluna yang berhalangan hadir. Mereka memulai menyantap makan malamnya dengan sesekali Lulu yang membuat onar.
"Emm... ayam goreng Bi Surti memang terenak! nyam... nyam..." Oceh Lulu seraya menggigit brutal paha ayam goreng yang dia pegang.
"Ya Tuhan, apa ini gadis yang Kakek bilang akan di jodohkan denganku? kenapa tingkahnya buruk sekali!" Batin Devin, yang tak lain pria yang duduk di samping Alula.
"Sepertinya kelurga Kakek genit sudah mulai ilfil melihat aku makan, hehe... aku harus membuat mereka lebih ilfil lagi, supaya mereka bisa cepat-cepat angkat kaki dari sini! sebaiknya aku melanjutkan aktingku!" Batin Alula yang hendak bersendawa, namun harus urung karena sang adik yang baru saja tiba dengan berita buruk yang dibawanya.
"Malam semuanya, maaf aku mengganggu kalian semua makan, tapi aku benar-benar harus menyampaikan berita penting ini pada Papa sekarang juga!" Ucap Aluna yang tiba-tiba saja datang dan membuat suasana di meja makan hening dan berfokus padanya.
"Ada apa, Lun? katakan, berita apa yang kamu bawa?" Tanya Pak Heru yang sudah gelisah di tempatnya duduk.
"Gudang bahan baku kita kebakaran, Pa! Luna baru saja dari sana tadi sore! tapi setelah Luna pulang, Luna mendapat telepon dari Sekuriti gudang yang memberi kabar jika gudang bahan baku di pabrik kita terbakar, bahkan saat ini apinya kian membesar dan menghanguskan seluruh bangunan pabrik!" Tutur Aluna panjang lebar.
"Apa? Ya Tuhan, ahh..." Seru Pak Heru seraya memekik memegang sebelah dadanya yang terasa nyeri.
Sepertinya beliau begitu syok mendengar berita yang Aluna sampaikan. Suasana makan malam yang berlangsung pun berubah menegang karena Pak Heru tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Akhirnya dengan bantuan Devin dan keluarganya, Pak Heru di larikan ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan medis.
"Papa, bangun Pa! jangan tinggalkan Mama, Pa!" Isak Bu Santi.
"Tante yang sabar, ya! Davin yakin, Om Heru pasti akan baik-baik aja!" Ucap Devin seraya mengemudi.
Tiba di Rumah Sakit, Pak Heru segera di tangani oleh Dokter handal di sana. Lama menunggu, akhirnya Bu Santi ikut tumbang dan terjatuh pingsan karena terlalu cemas. Lulu yang sejak tadi menemani sang Mama pun tambah sedih. Bagaimana tidak, saat ini kedua orang tercintanya tengah tak sadarkan diri.
Setelah Bu Santi di periksa dan di rebahkan di salah satu ruangan pasien. Lulu memilih menunggu sang Papa kembali di depan ruangan tindakan. Sedangkan sang Mama, dia serahkan pada sang adik, yang akan menemaninya.
"Papa, Lulu mohon bertahan, Pa!" Lirih Lulu seraya menitikkan air matanya.
"Kasihan juga gadis ini, sepertinya di balik sifatnya yang bar-bar, dia juga sedikit cengeng," Batin Davin yang tanpa sadar tengah memperhatikan Alula sejak tadi.
"Lu, kamu yang sabar ya! Om Heru sama Tante Santi pasti baik-baik aja, mereka berdua orang-orang baik, jadi Tuhan pasti akan segera menyembuhkan mereka lagi!" Tutur Karin seraya memeluk dan mengusap punggung sahabatnya itu.
"Benar, Lu! Om dan Tante adalah orang-orang baik, aku yakin, mereka pasti bisa melewati masa kritis ini dengan cepat!" Sahut Loli menambahkan.
Tiba-tiba, ponsel Loli dan Karina sama-sama berdering. Jika Loli mendapat telepon dari Mamanya. Berbeda dengan Karina yang mendapat pesan singkat dari sang Kakak. Mereka berdua kompak di perintahkan untuk segera pulang. Karena mereka berdua memang sudah seharian meninggalkan rumah. Di tambah, malam itu waktu memang sudah hampir larut.
"Lu, kita pulang dulu ya! kamu gak apa-apa kan kita tinggal sendiri di sini?" Ucap Karina yang di angguki Loli.
"Kalian pulang aja, Rin, Lol! makasih ya udah mau temani aku di sini!" Sahut Lulu mencoba memperlihatkan senyum terbaiknya.
Setelah kepergian kedua sahabatnya, Lulu kembali termenung, menatap pintu ruangan tindakan sang Papa. Namun tak berselang lama, ponsel Alula berdering, menampilkan nama sang pujaan hati yang menghubunginya.
📞 "Sayang, apa kamu sudah tidur?" Tanya Jimmy.
📞 "Hik... hik... Jim, Papa sama Mama masuk Rumah Sakit!" Isak Lulu.
📞 "Apa? ah... lalu kamu sama siapa sekarang? aku akan ke sana sekarang juga, kamu kirimkan alamat Rumah Sakitnya, ya!" Tutur Jimmy seraya mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak.
"Haist! kebiasaan, kalau telepon pasti di matikan seenaknya!" Rutuk Lulu seraya memainkan ponselnya untuk share lokasi pada kekasihnya itu.
"Astaga Vin, aku hampir ketauan barusan, kamu mainnya yang lembut dikit, dong!" Tegur Jimmy pada salah satu modelnya yang tengah bermain kuda-kudaan bersamanya.
"Tapi kamu suka, kan! ayolah, kita lanjutkan lagi, aku akan memuaskan kamu malam ini!" Tutur Vina yang tak lain model sekaligus selingkuhan Jimmy.
"Jangan sekarang, Vin! Lulu sedang sedih sekarang, aku harus menemaninya dulu sebentar! nanti kalau dia sudah sedikit membaik, aku akan menerkam kamu lagi di sini!" Ucap Jimmy seraya meraih pakaiannya yang berceceran di atas lantai.
"Kenapa kamu gak putuskan dia aja, sih? aku kan lebih seksi dan menggoda!" Sungut Vina seraya melipat kedua tangannya di depan gunung kembarnya. Membuat kedua benda kenyal tersebut terlihat lebih menonjol dan menggoda.
"Hei, kamu cemburu ya? sudahlah, kamu tunggu aku kembali saja, aku masih harus mendapatkan sesuatu dari gadis polos itu!" Ucap Jimmy bergegas pergi.
Di Rumah Sakit.
"Kek, Kakek dan Papa Mama pulang saja, biar aku yang menunggu Tante dan Om Heru di sini, kalian pasti sangat lelah, sebaiknya kalian pulang saja untuk beristirahat!" Seru Devin.
"Devin benar, Pa! sebaiknya kita pulang saja sekarang, biar besok saja kita kembali ke sini!" Sahut Papa Gibran.
"Ya sudah, kalau begitu Kakek mau berpamitan pada Alula dulu, sepertinya gadis itu sejak tadi sangat sedih," Ucap Kakek Satrio seraya menghampiri Alula yang tengah terduduk seraya menunduk menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sepertinya Lulu tengah menangis saat itu.
"Nak, Kakek mau pamit dulu, ya! besok pagi Kakek akan kemari lagi untuk menengok Papa, Mama mu! kamu baik-baik di sini, ya! Kakek akan suruh Devin untuk menemani kamu di sini, kalau kamu dan adikmu butuh apa-apa, kalian tinggal bilang saja padanya!" Tutur Kakek Satrio seraya mengusap bahu Lulu.
Entah mengapa, perlakuan Kakek Satrio itu membuat Lulu sedikit tenang dan nyaman. Dengan ragu, Lulu akhirnya menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan jika Devin akan menemaninya bersama sang adik malam itu.
"Dev, hubungi Kakek segera jika terjadi sesuatu pada Pak Heru dan istrinya, ya! dan jangan lupa perhatikan kedua putrinya juga!" Ucap Kakek.
Setelah kepergian Kakek Satrio dan anak menantunya, suasana Rumah Sakit semakin sepi dan sunyi. Di tambah lagi, waktu yang kian larut membuat siapa pun juga enggan untuk berlalu lalang di tempat yang sedikit menyeramkan tersebut.
"Ya Tuhan, kenapa aku harus menunggu gadis bar-bar ini di sini, sih? semoga saja aku tidak mendengar suara tangisan seperti malam kemarin saat menjenguk Om Heru!" Batin Devin.
Di Lobi Rumah Sakit. Jimmy yang baru sampai, segera bertanya pada Suster jaga untuk mengetahui ruangan yang saat ini di pakai oleh kedua orangtua Lulu. Tak lupa, dia juga menghubungi Lulu untuk memastikan posisi kekasihnya itu saat ini.
📞 "Halo? sayang, kamu dimana? aku sudah sampai di Rumah Sakit sekarang!" Ucap Jimmy.
📞 "Kamu benar-benar ke sini, Jim? bukannya kamu masih sibuk, ya?" Sahut Lulu yang tak mengira jika pacarnya itu mau menyempatkan mampir untuk menemuinya.
📞 "Aku khawatir padamu, sayang! sekarang kamu ada dimana? aku sudah di depan ruangan Mama Santi, apa kamu ada di dalam?" Tutur Jimmy.
📞 "Aku ada di depan ruangan tindakan Papa, Jim! apa kamu mau aku yang ke sana?" Sahut Lulu seraya bangkit dari duduknya.
📞 "Tidak perlu sayang, biar aku yang menghampirimu!".
Karena jarak antara ruangan tindakan dan ruangan rawat Bu Santi dan Pak Heru berdekatan, membuat Jimmy mudah sampai untuk menemui Lulu, kekasihnya.
"Honey! apa kamu baik-baik saja?" Tanya Jimmy menghampiri seraya memeluk Lulu.
Tanpa sungkan, Lulu pun menghambur ke dalam pelukan kekasihnya itu. Meluapkan kesedihan yang sejak tadi dia bendung.
"Jim, kenapa kamu baru datang sekarang? aku benar-benar merindukanmu," Ucap Lulu di dalam dekapan Jimmy.
"Astaga, kenapa gadis bar-bar itu masih sempat membuat drama? benar-benar sulit di tebak!" Batin Devin.
"Sudah, sekarang aku ada di sini, sayang! tapi, aku hanya bisa menemanimu sebentar! aku masih harus menyelesaikan persiapan untuk jadwal pemotretan besok!" Ucap Jimmy yang membuat Lulu kembali sedih.
"Yah... sayang sekali, tapi ya sudahlah! yang penting kamu sudah meluangkan waktu untuk menemani aku sekarang! makasih ya," Sahut Lulu.
"Kenapa aku merasa laki-laki itu tidak baik, ya? ha... sudahlah, sebaiknya aku mengecek email yang masuk saja sambil menunggu!" Batin Devin seraya memainkan ponselnya.
Namun, baru saja dia hendak membuka email masuk. Ponselnya berdering terlebih dahulu oleh panggilan telepon dari teman masa kecilnya.
📞 Thalita is calling...
"Thalita? apa dia sudah kembali, ya?" Batin Devin seraya menerima panggilan telepon tersebut dan sedikit menghindar dari tempatnya semula terduduk.
"Siapa yang menelepon pria itu? dia terlihat sangat senang, ekspresinya benar-benar berbeda dengan sebelumnya, sangat dingin dan datar," Batin Lulu seraya memperhatikan Devin.
.
.
.
.
.
Jangan lupakan dukungannya guys, see you next bab... 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
TereLea(♥ω♥ ) ~♪
wkwkw ♡
2023-12-28
0
auliasiamatir
heuhhh lulu jimmi udah sering celup, mending buang deh,
2023-11-18
0
auliasiamatir
kali ini gak pura puravya heru
2023-11-18
0