Cinta Aksara Bintang

Cinta Aksara Bintang

Masuk Sel

"Hei...!" teriak Bintang saat sebuah mobil menyerempetnya hingga jatuh. Pesanan kateringannya berantakan dan tumpah.

Pengendara mobil itu berhenti sebentar, bukannya turun justru kembali melaju. Bintang yang merasa si pengendara tidak sopan, akhirnya melempar rantang yang masih berat.

Tepat, mengenai bumper belakang mobilnya. Tertumpah sayuran bersantan dan sambal di sana.

"Rasain lo!" Bintang memungut rantang yang berserakan. Seorang pria yang mengenakan kemeja juga celana kain formal berdiri di sampingnya.

"Lo emang cewek nggak waras, ya!" ucapnya dengan berkacak pinggang.

"Lo ngomong sama gue?"

Pria itu sontak celingukan, pasalnya tidak ada orang lain lagi di sana selain mereka berdua. Hanya orang yang lalu lalang.

"Gue ngomong sama siapa lagi selain lo!" tunjuknya tepat di depan wajah Bintang. "Lo ngerusakin mobil gue!" bentaknya dengan mata melotot.

"Terus, menurut lo. Lo nggak ngerusakin dagangan n motor gue?" balas Bintang tidak mau kalah.

"Motor butut kayak gini aja lo banggain?" Pria itu menendang motor matic Bintang.

"Wah, emang cari ribut nih orang."

"Ya, ayo kalau lo mau ribut!" Keduanya bersitegang. Urat di leher mereka sudah sebesar ulat sagu karena perdebatan yang tak kunjung usai.

Sampai akhirnya keduanya saling pukul. Beberapa orang yang lewat berhenti dan melerai mereka. Keduanya dibawa ke kantor polisi.

Wajah keduanya sudah benjol dan merah di beberapa titik. Bintang lebam di area dagu dan pelipis. Pria itu, sudut bibir terlihat pecah dan mengalir darah. Di ufuk matanya juga lebam.

"Hadeh. Kalian ini, bisa nggak sih nggak usah bertengkar. Lebih baik pacaran daripada bertengkar." Polisi yang bertugas berkomentar lihat dua sejoli itu.

"Ogah!" jawab keduanya kompak.

"Heh. Di saat begini kompak. Awas aja kalau kalian pacaran!" ancamnya yang kini tengah mengetik laporan.

"Najis banget!"

"Hei, hei! Diam!" bentak polisi gempal di hadapan mereka. "Kalau sampe kalian pacaran, saya masukin ke dalam sel. Lihat aja!"

Keduanya saling membelakangi. Enggan dekat-dekat, Bintang bersungut-sungut.

"Nama," tanya polisi bertubuh gempal itu yang terlihat namanya Subandi.

"Bintang, Aksara."

"Hei, satu-satu. Tangan saya cuma dua!" ucapnya yang membanting berkas perkara di sampingnya. "Kamu dulu yang cewek."

"Bintang."

"Ck! Bintang? Binatang yang pasnya." Bintang sontak menjambak rambut pria di sampingnya.

"Hei!" bentak Subandi. "Sipir, masukkan mereka ke dalam sel. Saya malas menangani kasusnya. Ribut terus, ribut terus!"

"Pak, Pak. Saya harus bantu ibu saya, Pak. Tolong bebasin saya, Pak."

"Pak, saya juga harus periksa pasien." Mohon keduanya yang membuat Subandi hanya menaikkan kedua alis. Sipir sudah berada di samping keduanya.

"Heh! Ternyata kamu seorang dokter. Kenapa buat begini? Kamu tahu, dokter itu tugasnya menyelamatkan pasien. Kok malah begini?"

"Ya, dokter kan juga manusia, Pak. Bisa khilaf."

"Dia ini, Pak. Dokter, dokter hewan."

"Ya, kamu binatang. Jadi pas."

"Ck! Kalian ini! Bawa mereka masuk. Jangan dilepas sebelum ada keluarga yang menjamin."

Bintang juga Aksara hanya bisa pasrah dimasukkan ke dalam sel. Keduanya saling melempar tatapan benci.

"Lo, lo bakalan telepon orang tua lo?"

"Apa urusan lo?"

"Ya, gue cuma pengen tahu, aja." Aksara duduk di lantai dengan bersila. Sedangkan Bintang duduk di kursi panjang.

"Nggak usah pengen tahu urusan orang."

Aksara terkekeh, Bintang menaikkan sudut alis. Berpikir pria yang di sampingnya ini memang sedikit gila.

"Gue lucu sama lo."

"Justru gue yang lucu lihat lo. Cowok kok berantem sama cewek."

"Emang lo cewek?" tanyanya semakin tertawa terbahak-bahak.

"Lo buta?"

"Terserah deh, ya. Gue nggak mandang lo cewek."

Ceklek.

Pintu sel terbuka. Keduanya saling pandang tidak percaya. Sipir penjaga menyuruh untuk keluar.

"Lo ngapain sih datang ke sini." Bukannya senang ditolongin malah jutek. Memang Aksara ini nggak sopan sama siapapun sepertinya.

Kepala Aksara dipukul pakai map berkas sama Subandi.

"Masih untung ada yang jamin kamu keluar. Kamu juga," tunjuknya pada Bintang. Subandi seperti ingin memukul hanya saja, dia paham jika Bintang seorang gadis.

"Pergilah, jangan masuk lagi. Jangan buat masalah lagi. Lebih baik pacaran daripada bertengkar."

"Dia cewek lo?" tanya pria tinggi dengan hidung runcing dan mata teduh.

"Lo gila? Masa' iya gue pacaran sama binatang?"

Bintang meninju kepala Aksara lalu pergi. Aksara menggosok bekas pukulannya.

"Hei, beraninya kau pukul dia di depan polisi. Sudah kubilang lebih baik pacaran daripada bertengkar."

"Hei, binatang gila!" teriak Aksara yang mengejar Bintang. Gadis itu berhenti di halaman kantor polisi. Dia sudah bersiap-.siap akan meninju lagi.

"Sa. Udah, Sa. Dia cewek, Sa." Aksara ditahan oleh pria itu. Bintang berkedip lama menatap lekat wajah pria yang menghalangi Aksara.

"Lo lihat. Di mana dia ceweknya, Far. Lo sama dia sama, sama-sama nggak waras! Cewek kayak gitu lo belain."

"Bukan ngebelain, Sa. Lo tuh cowok mana dokter lagi."

"Lo juga dokter. Dokter Safar," ucapnya yang kemudian menarik handel pintu mobilnya. Aksara terlihat duduk di bangku penumpang.

Bintang masih menatap wajah tampan Safar.

"Maafkan Aksa, dia memang begitu. Mohon pengertiannya."

"Oh. Nggak apa-apa, Dok. Dokter Safar," ucap Bintang dengan mata yang berbintang-bintang.

Safar pergi menuju mobil yang sudah ditumpangi Aksara. Keduanya berkendara dengan aman.

Sementara Bintang, dia pulang dengan memikirkan nasibnya. Dia menarik napas panjang dan lemas. Dia rugi banyak akibat bertemu dengan Aksara.

"Gara cowok gila itu. Uh!" geramnya yang mengepalkan kedua tangan meninju angin.

Bintang kembali ke tempat kejadian mengambil motornya. Pulang dengan lemah dan lunglai.

"Pakaian kamu kenapa kotor gitu, Sayang?"

"Hem. Kita rugi besar hari ini, Bu. Maafin Bintang, ya."

"Nggak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu nggak apa-apa, kan?"

Bintang mengangguk dan berlalu ke kamar mandi. Dia tidak menceritakan kejadian sebenarnya.

"Awas aja kalau sampe ketemu dia lagi. Gue cincang-cincang, gue buat jadi sate."

"Oi, kenapa lo?" tanya Heni karyawan sekaligus sahabatku.

"Ketemu cowok gila!" gerutunya kesal.

"Lo juga gila."

"Ini lebih gila dari gue."

"Berarti, lo dapet imbang dong. Haha." Bukannya membela, gadis berdagu belah ini justru menjadi pembela cowok gila itu.

"Lo kok belain dia?"

"Bukan belain, lo ketemu imbang. Dah, sono mandi lo. Bau sayur lodeh."

"Sialan lo. Lo pikir gue tempenya?"

Bintang berjalan menuju kamar mandi. Dia membersihkan diri dari kepenatan. Benar, hari ini cukup melelahkan untuknya.

Masih pagi sudah bertemu dengan cowok gila dan masuk penjara. Beruntung, bertemu dengan Safar. Jadi, masih ada mujur untuk hari ini.

Bintang sudah siap dengan segala membersihkan diri. Wajahnya bersemu merah kala ingat soal Safar.

"Kenapa lo senyum-senyum? Beneran gila lo, ya?"

Terpopuler

Comments

Efvi Ulyaniek

Efvi Ulyaniek

menarik

2023-11-20

0

Linda Erma

Linda Erma

Mampir kk,keknya seru ceritanya

2023-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!