Anin'S Recurring Dream

Anin'S Recurring Dream

Bab 01 - Aneh, tapi Nyata

Sore itu, langit tampak gelap, setelah sebelumnya matahari begitu terik seakan siap membakar seluruh isi bumi. Tak lama, angin berhembus lembut membelai helaian rambut seorang anak gadis yang terurai. Ia pun mendongak, kemudian menyapu sekeliling melihat suramnya situasi kala itu.

"Sepertinya akan turun hujan," gumamnya, menebak hal yang selanjutnya akan terjadi, sebab semilir angin lembut yang sebelumnya menyapu kulit kini berubah kencang hingga menutup kasar jendela kamar sang gadis yang sebelumnya terbuka lebar.

Brak!

Brak!

Tidak bisa dibiarkan! Jendela kamar berbahan kayu yang sudah usang itu bisa rusak jika terus seperti ini, atau mungkin saja bisa terlepas dari engselnya.

Segera gadis itu beranjak dari tempat tidur untuk menutup tirai sekaligus mengunci jendela kamar yang terus dihantam angin. Langkah demi langkah, ia terus mendekat ke arah jendela.

Tepat ketika gadis itu hendak meraih tirai berwarna biru kesukaannya, mata bulat dengan netra coklat terang itu menangkap sosok berbadan tinggi besar, dengan kulit hitam legam, serta kedua bola matanya yang semerah darah menatap tajam ke arahnya.

Tak hanya itu, rambutnya yang gimbal ditambah tanduk di kedua sisi kepalanya, menambah seram wujud yang belum gadis itu ketahui jenisnya. Namun yang pasti, sosok tersebut berdiri di seberang jalan sana dengan mulut yang menyeringai.

Sejenak, tubuh gadis itu membeku, pikirannya kosong dengan napas yang mulai tersendat-sendat. Ia terkejut, namun bibir mungilnya tidak mampu mengucapkan barang sepatah kata pun.

Hingga pada akhirnya ....

Pyar!

Suara petir menyambar dari atas sana, diiringi tiupan angin kencang serta air hujan yang turun sangat deras, seketika kesadaran gadis itu kembali kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Astaghfirullahaladzim," ucapnya. Lekas ia segera menutup kedua daun jendela dan langsung menguncinya rapat-rapat.

Blam!

Dengan napas yang masih terengah-engah, ia masih mematung dengan posisi yang sama menghadap jendela.

"Anin, ayo kita bermain bersama!"

Tiba-tiba sebuah suara yang begitu lirih dan pelan terdengar di telinganya, memanggil namanya. Saking dekatnya, area tengkuk gadis itu merasakan adanya hembusan yang begitu tipis dan halus menyibak rambutnya. Tetapi, ia berusaha tetap tenang, mengendalikan perasaan takut yang perlahan menyelimutinya.

"Anin, ayo kita bermain bersama!"

Lagi, suara itu kembali terdengar. Namun kali ini Anin tak lagi bisa bersikap tenang, sebab tak lama setelah suara aneh itu hilang, sebuah benda dingin dan berbau busuk menyentuh pundaknya. Terang saja Anin semakin ketakutan, tubuhnya pun sudah mulai gemetar dan wajahnya memucat.

Namun meski begitu, entah mendapat dorongan dari mana, rasanya Anin ingin segera menengok ke belakang dan melihat siapa yang kini berdiri di belakangnya.

Dengan perlahan, Anin mulai menggerakkan kepalanya, tepatnya ke arah samping kiri pundaknya yang terasa dingin. Dan ... tepat di saat itu, mata Anin seketika melebar, sebuah tangan tanpa tubuh menempel di sana. Pucat ..., basah ..., dingin, serta bau yang menyengat hidung. Anin pun sontak berteriak sekencang-kencangnya.

"Aaaaaaaaaaaaakkkkk!"

Dengan seluruh wajah yang sudah basah karena keringat, Anin terbangun di atas kasur empuk miliknya. Dadanya naik-turun dan ia mencoba menetralkan segala emosi yang memenuhi dirinya. Ah, rupanya mimpi itu lagi. Mimpi yang sama dengan setting yang sama pula. Kini terulang lagi.

"Ah, sial! Dia datang lagi," lirih Anin nyaris tak terdengar.

Prok, prok, prok, prok!

"Hebat, hebat banget, Nin! Lo tidur apa jalan-jalan ke bulan? Lama amat, dah! Cantik-cantik tapi kebo!"

Anin melirik sahabatnya, Mela, yang menggerutu seraya bertepuk tangan berdiri di samping ranjangnya, seolah sedang menunjukkan rasa bangganya terhadap Anin yang sudah mendapatkan penghargaan istimewa.

"Berisik lo, Mel!" dengus Anin menendang selimutnya sendiri hingga tersingkab, kemudian teronggok di bawah lantai tanpa ada niatan Anin merapikannya sedikit pun.

"Ya ilahhh, Nin. Ini udah siang. Noh lihat tuh matahari udah ha-ha-he-he di atas awan, kalah cepet lo ama teletubbies!"

Anin tidak lagi menggubris gerutuan random nan aneh dari Mela yang sudah berada di rumahnya sepagi ini untuk membangunkan dirinya, ia terus berjalan menuju kamar mandi.

"Heran gue punya temen gini amat, dah! Udah kebo, nyebelin, jorok pula. Untung cakep!" Mela terus mengoceh, kelakuan Anin memang tidak selaras dengan parasnya yang cantik, otaknya yang cerdas dan memiliki daya tarik yang kuat, namun begitu ia tetap berinisiatif untuk membereskan tempat tidur sahabatanya itu, Anin.

Di dalam kamar mandi, Anin bukannya langsung bersiap mandi, ia malah melamun dan menatap dirinya di depan cermin sebatas dada yang disediakan di sana. Mimpi semalam sebetulnya sudah biasa bagi Anin. Setelah pagi datang, ia selalu berusaha melupakan dan tidak terlalu memikirkannya. Akan tetapi, kali ini Anin tidak bisa berbuat demikian, sebab mimpi yang sudah berulang dengan plot dan setting yang sama dari usia Anin 7 tahun itu, sepertinya sudah tidak bisa dibiarkan lagi.

Warna kebiru-biruan yang muncul di pundak kiri Anin, menjadi pemicu perasaan heran diiringi kecemasan.

"Biasanya gak sampe begini, kok bisa, sih? Ckk!" Tangan Anin menyentuh pundaknya sendiri, "gak sakit," katanya lagi memeriksa keadaan dirinya.

Kejadian itu hanya terjadi di alam mimpinya, bukan? Lalu mengapa tanda ini muncul di kehidupan nyata Anin?

"Apa tadi malam gue jatuh dari kasur?"

"Kalau sampe lebam begini kayaknya ketiban benda jatuh, deh. Tapi apa, ya?"

Ini aneh, tapi juga nyata.

Anin terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja menjadi penyebab munculnya warna kebiru-biruan yang ada di pundaknya, namun sampai 20 menit berlalu, gadis itu tetap tidak bisa menebaknya. Lama Anin tenggelam dalam pikirannya yang berkelana entah ke mana, Mela di luar sana kembali emosi sebab Anin belum juga keluar dari kamar mandi.

"Oyy, Nin! Lo tidur lagi apa investasi bodong, ha? Buruan elah, udah mau jam 8 nih, lo gak lupa kan hari ini di kantor ada acara pelantikan kades baru?"

Anin memejamkan matanya rapat-rapat, ia paham betul dengan maksud Mela dengan mengatakan 'investasi bodong', yakni buang air besar yang tentunya memang hanya bisa setor rutin namun tidak membuahkan hasil. Mela memang selalu memiliki celotehan-celotehan unik namun juga aneh bagi Anin. Selain itu, Mela juga termasuk sahabat yang sering merangkap jadi Ibu Tiri. Bawel, dan sering ngomel-ngomel terhadap Anin.

Semua hal mengenai Anin pasti Mela komentari, termasuk status Anin yang sampai saat ini masih menjomblo.

"Sendiri emang enak, Nin? Betah amat nyolo. Mau cari yang kayak gimana sih, hem?" kata Mela malam itu, ia berbicara dengan mata dan jemari yang tetap fokus pada ponsel milik Anin. Sementara Anin duduk di meja kerjanya mengisi formulir berisi data-data profilnya untuk keperluan melamar pekerjaan.

"Kalau belum mau jadi istri, minimal pacaran gitu, Nin. Kayak orang-orang. Gue misalnya, kan enak ada yang merhatiin, ngegombalin, bensin utuh gegara diantar-jemput tiap hari," lanjut Mela menjelaskan keuntungan dari sebuah hubungan, ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana mungkin Anin tidak tertarik dengan semua itu?

Padahal setahu Mela, hampir semua pemuda tampan di desa yang mereka tinggali ini, menyukai sosok Anin. Namun entah mengapa Anin seperti enggan meladeni dan selalu menolak setiap laki-laki yang berniat mendekatinya.

"Pacaran itu buang-buang waktu doang, Mel! Gak penting, nyusahin!"

Selalu itu yang Anin katakan ketika ia menghindari hubungan romansa yang seseorang tawarkan padanya.

Gemas dengan tingkah Anin yang selalu sama, maka Mela pun mencari jalan alternatif lain supaya Anin dapat merasakan indahnya berpacaran.

"Nih, ya, Nin. Udah gue download-in aplikasi kencan online buat lo, kali aja ada yang nyangkut, kan! Jangan syaiton mulu yang lo urusin!" Mela menggoyang-goyangkan ponsel Anin. Ia tahu betul kelebihan sahabat dari oroknya itu yang bisa melihat makhluk-makhluk tak kasat mata setelah didatangi mimpi aneh sejak masih kecil.

Meski sempat kaget, namun saat itu Anin tidak terlalu menanggapi perkataan Mela yang katanya sudah men-donwload aplikasi aneh tersebut. Mela bahkan sudah membuatkannya sebuah akun dengan nickname yang prik, bahkan terkesan ganjen!

"Arghh! Ayolah, Anin. Mandi, mandi, mandi. Lupakan si Babang Uwo!" Anin menggelengkan kepala, ia terus berusaha menyemangati dirinya sendiri dan coba melupakan sosok genderuwo di dalam mimpinya yang selalu ia sebut Babang Uwo. Gak mungkin Babang Tamvan, kan?

Baru saja Anin hendak mengguyur tubuh polosnya, matanya menangkap sosok cungkring dengan kedua tangan yang panjangnya melebihi tinggi badannya tengah berdiri di pojok kamar mandi. Anin melihat itu dari pantulan kaca yang ada di hadapannya.

Tidak seperti di dalam mimpinya yang ketakutan saat melihat makhluk halus, di kehidupan nyatanya, Anin sama sekali tidak merasakan hal itu. Daripada berteriak dengan tubuh yang gemetar, Anin lebih memilih untuk menyiram makhluk cungkring di belakangnya dengan segayung air yang masih menggantung di tangannya, lalu menendang menggunakan satu kaki.

Byurrr!!!

Brakkk!

"Pergi lo! Mesum amat lihatin orang mandi!"

Terpopuler

Comments

Ela Jutek

Ela Jutek

heee kocak juga temen mu Nin😆

2023-10-25

2

KANG SALMAN㊍㊍

KANG SALMAN㊍㊍

anin model jeruk makan jeruk kli ya....

2023-10-22

1

༄༅⃟𝐐 🥑⃟🇩B❣️ 🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🌀🖌

༄༅⃟𝐐 🥑⃟🇩B❣️ 🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🌀🖌

keren bingit tuh panggilan babang uwo,untung bukan.bangg@SALMAN ALFARISY

2023-10-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!