Bab 05 - Maukah Kamu Berteman Denganku?

Anin dan Mela bergegas kembali ke kantor menggunakan motornya masing-masing, Pak Faisal serta dukun tadi pun mengikuti keduanya menuju kejadian. Sebetulnya, Anin sudah melarang mereka berdua. Namun setelah dipikir-pikir, ia juga tidak ingin meninggalkan neneknya bersama sang dukun dan juga pamannya, Anin khawatir Nenek Diah akan terus dibujuk melalukan yang kedua laki-laki paruh baya itu tawarkan sebelumnya.

Akhirnya, mau tidak mau Anin pun mempersilakan mereka untuk memberi bantuan pada orang-orang kantor yang kesurupan.

Sesampainya di sana, Anin, Mela, Pak Faisal dan Pak Dukun pun segera memasuki gedung kelurahan menuju ruang Aula setengah berlari.

Dan betapa terkejutnya Anin, saat matanya menangkap kekacauan di depannya kini. Situasi benar-benar sangat kacau dan keos, akan tetapi, untungnya di sana sudah ada beberapa ustadz yang sepertinya telah dimintai untuk menangani mereka yang jiwanya dikuasai oleh makhluk-makhluk dari entitas lain.

"Tuh, kan, Nin. Kacau-balau begini orang-orang!" seru Mela dengan paniknya.

Anin tak menyahuti perkataan sahabatnya itu, ia masih membeku lantaran terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ada yang menari seperti kerasukan ronggeng, ketawa-ketawa seperti kuntilanak, ada juga yang menangis histeris dan mencekik Pak Ustadz yang hendak menyadarkannya.

"Mel, ayo kita bantu evakuasi teman-teman yang masih sadar, banyak dari mereka yang belum sepenuhnya dikuasai oleh makhluk-makhluk itu," ujar Anin menarik pergelangan tangan Mela, "cepet, Mel! Lo juga jangan bengong! Kemasukan makhluk astral baru tahu rasa, Lo!"

"I-iya, Nin." Mela bergegas menghampiri rekannya yang dirasa bisa ia selamatkan, kemudian dievakusi ke ruangan lain. Begitupun dengan Pak Faisal, sementara Pak Dukun tadi entah ke mana perginya. Anin sendiri tidak terlalu memperhatiakannya.

"Sia saha? Tong pimiluan kana urusan aing! Iyeu tempat aing!" Tubuh Mela tersentak kaget saat ia melewati seorang wanita muda yang kesurupan.

"Ebusett! Ngagetin aja ni orang! Kerasukan kakeknya si Kabayan apa, ya?" cetus Mela menebak siapa yang merasuki rekannya tersebut.

Baru saja Anin hendak membantu, seseorang mencekal tangannya sambil berkata, "Mbak Anin, mari ikut saya!"

Tubuh Anin setengah diseret, laki-laki berperawakan tinggi dengan seragam lengkap yang membalut tubuh proforsionalnya itu membuat Anin tak bisa berkata-kata. Belum lagi harum maskulin yang menyeruak penciuman Anin, semakin menambah ketidakberdayaan sang gadis hingga akhirnya tanpa sadar hanya menurut saja ke mana pun dibawa pergi.

Sampai ketika keduanya berhenti d sebuah ruangan yang sepertinya ... ruangan kerja, barulah Anin sadar bahwa yang membawanya ialah pimpinannya yang baru.

"P-Pak Panji?" gugup Anin.

Panji Lubis Nugraha, begitulah tulisan yang Anin baca di profil data laki-laki di hadapannya. Berusia 33 tahun dan masih lanjang. Anin sepertinya sudah bisa menebak, mengapa ia diseret ke ruangan ini. Laki-laki itu pasti akan menceramahinya dengan berbagai makian kemudian memberinya hukuman lantaran sudah melepas tanggung jawabnya sebagai sekretaris desa. Anin harusnya tak meninggalkan acara dan tetap mengatur hingga selesai.

"Saya sebetulnya ingin marah, tapi karena situasi sedang tidak memungkinkan seperti ini. Jadi saya hanya ingin memberi peringatan saja."

Anin masih diam, meski jantungnya sudah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya lantaran was-was dengan apa yang akan ia dengar selanjutnya. Suara Pak Panji begitu tenang dan berat, tatapannya datar namun mampu membuat Anin panas-dingin dan gugup.

"Saya gak bisa bilang ini adalah sepenuhnya kesalahanmu, Mbak Anin. Tapi, mangkir dari tugas pastinya bukan hal yang benar. Terlebih ini adalah hari pertama saya bertugas, saya harap Mbak gak berlanjut memberi kesan buruk dengan lalai dari pekerjaan seperti tadi," ujar Panji dengan suaranya yang datar, tapi juga halus di telinga Anin.

Sungguh, Anin lebih memilih untuk dimaki saja jika sudah melalukan kesalahan, bukan diperingatkan dengan cara pelan namun tajam seperti ini. Hampir 1 jam Anin diberi ceramah, ia bahkan sudah tidak ingin tahu lagi apa yang terjadi di luar sana. Entah keadaan sudah kembali kondusif ataukah belum.

"Kamu gak perlu khawatir, Mbak. Di luar sudah ada banyak ustadz dan orang-orang yang mengerti akan hal-hal seperti itu. Saya harap ke depannya kita bisa bekerja sama dengan baik," ujar Pak Panji seakan mengerti dengan apa yang Anin pikirkan.

"Iya, Pak. Saya minta maaf, dan akan saya usahakan buat gak ngulangin kesalahan yang sama."

"Dimaafkan dan memang harusnya begitu, Mbak. Cuma orang gak punya rasa tanggung jawab yang mau melakukan kesalahan yang sama." Pak Panji berdiri di hadapan Anin seraya bersandar ke ujung meja kerjanya, "dan untuk ke depannya ... apa pun yang saya butuhkan di sini, saya ingin cuma Mbak yang nanganin," ujar Pak Panji dengan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Apa pun?" tanya Anin pelan.

"Ya, apa pun."

Entah Anin sadar atau tidak, di sudut ruangan tersebut tepatnya di samping lemari atau rak yang berisi data-data penting kantor. Ada sosok tak kasat mata yang seolah-olah sedang memperhatikan keduanya.

Selesai berbincang dan situasi sudah kembali normal, Anin dan semua orang pun dipersilakan untuk pulang. Sore hari menjelang malam, Anin membersihkan dirinya seperti biasa, kemudian menemani sang nenek menikmati makan malam.

"Kalau udah selesai, langsung istirahat ya, Neng! Kamu pasti capek banget seharian ini," ucap Nenek Diah seraya berdiri dari duduknya.

"Iya, Nek. Nanti selesai cuci piring aku langsung ke kamar, Nenek juga langsung istirahat, ya!"

"Iya, tapi gak usah, Neng. Kamu langsung istirahat aja, cucian piring biar besok pagi aja dikerjainnya." Tanpa menunggu jawaban sang cucu, Nenek Diah pun meninggalkan dapur dan menuju kamarnya untuk beristirahat. Begitupun dengan Anin, setelah merapikan bekas makannya ia pun segera beristirahat di kamarnya.

Malam semakin larut dan Anin pun kembali memimpikan hal yang sama seperti sebelumnya, dalam mimpinya Anin berada di atas ranjang kemudian turun hujan disertai angin kencang, Anin melangkah menuju jendela dan melihat sosok menyeramkan itu lagi. Sama persis seperti mimpi-mimpi Anin sebelumnya. Namun bedanya kali ini sentuhan yang Anin dapatkan dari tangan buntung di mimpinya, tidak meninggalkan bekas. Dan keesokan paginya seperti biasa Anin pun merasa lega dan tidak mempermasalahkannya.

Hal itu terus berulang tanpa henti hingga 1 minggu lamanya, Anin mulai jengah dan bertanya-tanya. Sudah dikatakan mimpi aneh itu hampir datang tiap malam, tapi tidak benar-benar setiap malam.

Sampailah di hari ke-8, lagi-lagi Anin mendapatkan mimpi tersebut. Akan tetapi, mimpi Anin kali ini berbeda dari biasanya. Jika di mimpi Anin sebelum-sebelumnya ia mendapat sentuhan di pundak kirinya oleh si Tangan Buntung, kali ini tangan yang biasanya menguarkan aroma busuk itu sudah tidak tercium lagi, dan sudah tidak buntung lagi.

Ketika Anin menengok ke arah belakang, ia mendapati sosok seorang laki-laki dewasa, kira-kira seusianya dan memiliki tinggi kurang lebih 180 cm. Sosok tersebut mengenakan pakaian santai yang didominasi warna hitam. Meski matanya merah seperti manusia kaum tidur di atas jam 1 dini hari, wajah sosok pria tersebut rupanya nampak sangat tampan di mata Anin. Dengan perlahan dan didorong rasa penasaran, di dalam mimpinya Anin pun memberanikan diri untuk membuka suara.

"Kamu siapa?"

Sosok tampan bermata merah tersebut tidak langsung menjawab, bibirnya mulai tersenyum seraya menatap Anin lekat-lekat. Lalu dengan pelan ia pun berkata, "Aku yang selama ini mengagumimu, maukah kamu berteman denganku!"

Terpopuler

Comments

KANG SALMAN

KANG SALMAN

hmmh...janji opoooo iku...gak ngulangi kesalahan yang sama mungkin iya.
kesalahan yang lain....
jaaalan teruuus....🤣🤣🤣

2023-10-30

1

KANG SALMAN

KANG SALMAN

haa...lubis ini maksudnya naamaa apa marga dari sumatra ann...🤔🤔🤔
kalo marga biasanya di buat di akhir nama
panji nugraha lubis.
nna young br lubis.
hehe

2023-10-30

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

kalau makhluk astral ngajak berteman jangan msu anin, walaupun dia tampan, amit-amit deh

2023-10-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!