Mafia sholawat
Mafia sholawat
Manunggaling pikiran lan ati ing dalem sholawat
Manunggaling pikiran lan ati ing dalem sholawat
NKRI harga mati
Sholawat sampai mati
taubat sebelum mati
Dari kejauhan sudah terdengar mars mafia sholawat dilantunkan. Disusul lantunan sholawat yang lain dimainkan dengan luwes dan menyenangkan.
Hampir pukul 22.00 rombongan baru sampai di tempat majelis. Lapangan yang luas dan tempat parkir yang strategis, jadi tidak perlu jauh jauh berjalan dari tempat parkir ke lokasi majelis. Lega sekali rasanya setelah lebih dari 2 jam di perjalanan.
Ana masih terdiam, dalam perjalanan dari tempat parkir ke lokasi dia diam diam mencuri pandang pada wajah baru yang baru dilihatnya tadi. Ingin bertanya pada salah satu rombongan tapi enggan. Sungkan lebih tepatnya. Ingin menyapa dulu tapi ragu. Mungkin juga malu. Masih dengan rasa penasaran Ana tetap melanjutkan jalan kaki ke lapangan majelis. Ikut mencari tempat kemudian menggelar tikar dan duduk menggerombol satu rombongan.
Hampir tengah malam, majelisan malah semakin ramai. Pembawaan ceramah dari Abah Ali enak didengar dan mudah dipahami. Inilah kenapa majelis ini selalu ramai. Pun juga merangkul para anak muda agar mengenal majelis dan sholawat. Tidak ada kantuk sedikit pun. Namun semakin malam semakin dingin, juga mulai lapar.
"Buk, Ana pengen makan", pinta Ana pada ibunya.
"Itu di plastik ungu kamu buka ya, ambil sesukamu, Ibu bungkus nasi sama beberapa makanan",
"Siap buk", jawab Ana riang.
Ana mencuci tangannya dengan air mineral, kemudian mengambil satu bungkusan nasi, dan mengambil beberapa gorengan untuk lauknya. Baru beberapa suapan yang masuk ke mulutnya, dia melihat siluet wajah baru yang benar benar membuat Ana penasaran itu. Sambil menelan nasi, sambil memikirkan juga siapa laki laki berbadan tegap yang duduk bersila dengan tenang dan sambil tersenyum itu.
Ah, rasanya ingin sekali menghampiri, dan segera bertanya siapa laki laki itu.
"Nanti deh, pulang dari sini tanya bapak aja", gerutu Ana dalam hati.
Saat itu Ana baru berusia 14 tahun, menjelang 15 tahun. Dan di usia itu dia belum menstruasi. Pernah sekali di bawa ke bidan, tapi hanya diberi vitamin dan pil beberapa yang entah Ana tidak tau untuk apa. Sampai obat habis pun, menstruasi belum datang juga. Ana pasrah, mungkin memang dia belum baligh, pikirnya waktu itu.
Jam di handphone sudah menunjukkan pukul 02.30. Majelisan sudah hampir berakhir. Bapak Ana memberi kode pada semua rombongan untuk pergi ke parkiran dan siap siap untuk pulang. Dirasa semua rombongan sudah berkumpul pick up pun mulai meninggalkan parkiran dan menuju perjalanan pulang.
Ana tidur selama perjalanan, kantuk yang dirasa sejak naik pick up sudah tidak terbendung lagi. Dia tidur di pangkuan ibunya. Di sela sela kantuknya paras laki laki yang membuat Ana penasaran itu malah menunjukkan senyum yang sangat manis. Akhirnya Ana tertidur dengan rasa penasaran akan sosok laki laki itu. Masih menjadi tanda tanya besar.
"Ah, ingin sekali rasanya cepat sampai di rumah dan menanyakan pada Bapak siapa dia". Gumam Ana dalam hati.
Fajar menyingsing, adzan subuh sudah terdengar. Ana terbangun, para rombongan sudah turun dari pick up dan hendak pulang ke rumah masing masing. Begitu pula sosok laki laki yang tersenyum manis itu. Mengendarai sepeda motor Honda C70 atau C75 itu. Ah entahlah Ana tidak tau, yang dia tau hanya warnanya yang kuning cerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments