Fajriana Fatimatuzzahra. Akrab disapa Ana. Baru saja bulan kemarin menjejakkan kakinya di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di kotanya. Sempat bingung dengan jurusan yang akan diambil. Tapi hatinya terpaut untuk mengambil jurusan Akuntansi.
"Hehe, ngitung duit dulu di buku, nanti lulus ngitung duit beneran punya sendiri" gumamnya sambil mengerjakan deretan angka yang sampai 3 digit dengan bolpoin warna merah menyala.
Penggaris pun tak pernah luput dari genggaman nya. Menulis jurnal dan buku besar sudah menjadi rutinitas sehari hari. Belum lagi dibingungkan dengan jurnal penyesuaian dan akuntansi manufaktur.
"An, nyontek dong. Ketiduran semalem nggak ngerjain tugas. Mana banyak banget lagi", gerutu Shintha. Teman seperjuangan Ana. Sudah seperti akak beradik saja mereka. Dimana ada Ana disitu ada Shinta. Dan sebaliknya.
"Makanya jangan nge drakor mulu, bias bias kamu tuh kagak ada yang bakal bantuin ngerjain tugas kita", ucap Ana sembari memberikan buku tugasnya pada Shinta.
"Nanti malem ada acara nggak An?", tanya Shinta sembari masih bergelud dengan bolpoin dan penggaris mulai menyalin hasil tugas Ana.
"Ada lah, jadwal ke Ngawi nanti malem. Seru naik pick up sama mas mas ganteng, hehe" Ana menyengir.
"Serah kamu deh, susah banget diajak maen. Kesengsem sama siapa sih. Tu Abah Ali udah istri 3 tauk" celoteh Shinta.
"Yaa biarin, aku kan suka sama majelis nya bukan sama Abah Ali, ya kagum sih, idola aku tu" jawab Ana.
"Iya iya deh, lanjutkan. Nanti kalau dapet syafa'at kabarin aku ya hehe",
Waktu itu peralihan tahun 2013/2014. Akhir bulan November ke Desember. Kemudian Desember ke Januari. Sedang gencar gencarnya majelis sholawat bernama Mafia Sholawat. Dipimpin Kh. Muhammad Ali Shodiqin atau lebih dikenal dengan Abah Ali. Majelis sholawat yang mayoritasnya kaum muda mudi, tapi tetap ramai juga dari berbagai kalangan. Sudah beberapa bulan Ana dan keluarga nya mengikuti majelis sholawat ini, bersama teman teman yang lain, menyewa pick up dan berangkat bersama beramai ramai. Berangkat ba'da isya pulang subuh sudah biasa. Tidur di lapangan bahkan di atas pick up bukan hal yang heran lagi. Bawa makanan dan tikar dari rumah untuk amunisi saat lapar di perjalanan, atau sekedar cemilan untuk di lapangan saat ceramah nanti.
Malam ini sudah terjadwal majelis bertempat di Lapangan Mantingan Ngawi. Menyerahkan perjalanan pada sang supir yang sudah menjadi langganan saat majelisan. Mulai menerabas malam dan angin yang dingin. Dan seperti biasanya guyonan para mas mas ganteng dan bapak bapak jadi penghibur setiap dalam perjalanan. Empat pemuda, dua ibu ibu, dua laki laki paruh baya yang salah satunya adalah Bapak Ana, Ibu Ana, dan Ana yang terakhir. Dan, ada satu wajah baru yang Ana lihat. Memakai sarung hitam, berkopyah, pun ikut duduk tenang di antara rombongan.
Ana diam selama perjalanan. Sesekali ikut tertawa saat salah satu rombongan melemparkan celetukan atau guyonan. Kawannya yang setiap kali ikut majelisan malam itu absen karena suatu alasan. Puspita namanya. Jadi Ana satu satunya pemudi di rombongan itu.
Belum setengah perjalanan, Ana merasa ada yang beda malam itu. Wajah baru yang Ana lihat sejak berangkat tadi membuat Ana bertanya tanya, "siapakah dia?" laki laki yang belum pernah Ana lihat tapi rasanya tidak asing untuk dikenali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments