Chapter 4

Irine sedang bersantai setelah pulang sekolah. Tapi, hal itu menjadi kacau ketika bunda menyuruhnya untuk membelikan nasi goreng.

"Rin, Bunda beliin nasi goreng tempat biasa dong. Bunda laper nih."

Irine mendecak.

"Bunda kenapa gak bikin sendiri aja sih?"

"Bunda lagi males. Udah buruan. Lagian kamu juga gak ngapa-ngapain, kan?"

"Ya tapi, kan Irine mau istirahat dulu kali, Bun."

"Udah ayo cepet. Jadi cewek kok males-malesan. Mau jadi apa kalau kayak begitu aja kerjaannya?"

"Iya-iya. Irine beliin nasi gorengnya. Bunda nih sama ngeselin nya kayak Yuan." Irine bangkit dari tempatnya hendak menuju ke kamar.

"Itu mau kemana lagi?"

Irine menghela nafas.

"Kamar, Bunda. Emangnya aku pergi ke sana masih pake baju seragam?"

"Oh iya juga. Yaudah cepet gak pake lama."

Irine naik ke lantai atas sambil sesekali menggerutu.

"Bunda nih, ngeselin."

"Udah tahu Irine mau istirahat bentar. Pake diganggu."

[[]]

"Makasih ya, Mang Jatra." Irine menerima kantung plastik dari penjual tersebut sambil menyerahkan uang padanya.

"Sama-sama, Neng."

Irine pun meninggalkan kedai nasi goreng itu. Ia hanya memakai Hoodie creamnya dengan dibalut celana pendek sepaha. Sehingga secara tak langsung paha putihnya terekspos begitu aja.

"Mau jadi cabe-cabean komplek ya?"

Irine langsung terkejut dan menoleh ke belakang.

"Yuan?"

"Lo emang gak ada celana atau gimana sih?"

Irine memutarkan bola matanya.

"Panas, Yuan. Makanya gue pake celana pendek aja. Lagian deket ini sama rumah."

Yuan mengambil sesuatu dibalik tasnya. Irine pun tidak tahu apa yang diambil Yuan.

"Pake. Buat nutupin paha Lo itu." Yuan memberikan sebuah kain cukup tebal ke Irine.

Irine menggeleng menolak. "Gak ah. Panas, Yuan."

"Lo mau jadi tontonan laki-laki murahan?"

Irine menoleh ke sekeliling dan benar saja banyak pria yang lewat melihatnya dengan tatapan yang liar.

Irine mendecak tapi ia menerima kain pemberian Yuan.

"Iya."

Irine memasangkan kain itu dan ia jadikan rok.

"Puas?"

"Seharusnya jadi cewek itu tau yang hal kayak ginian. Cowok itu pada normal semua. Tapi kalau udah kayak gini, bisa jadi gak normal alias pada gila."

"Termasuk Lo dong?" Goda Irine.

"Lo gak ada menarik-menariknya buat gue."

Yuan pergi terlebih dahulu meninggalkan Irine.

Irine mendecak. "Ck! Jadi cowok gak ada manis-manisnya sih sama cewek? Kayak gitu kok banyak disukain."

Irine pun mensejajarkan langkah Yuan.

"Lo mau kemana? Kok bisa ada disini?"

"Main."

"Main kemana?"

Yuan menoleh. "Menurut lo?"

"Kerumah gue."

"Yuan, Satra itu keren ya?"

"Kerenan juga gue."

"Katanya dia juga bisa main basket."

"Gue juga bisa."

"Udah gitu, dia juga bisa olahraga bela diri sama panah. Keren kan dia?"

"Standar."

"Ih, dia keren tau!"

"Oh ya? Kalau gitu, besok suruh dia buat tanding sama gue. One by one. Gimana?"

Irine mengangguk. "Oke. Besok gue bilang ke dia."

"Kalau gue menang, apa yang bakal Lo lakuin?"

"Ih, tanding aja belom. Udah minta imbalannya aja."

"Iyalah, biar jadi jaminan."

"Terserah Lo mau apa deh."

"Deal ya?"

"Iya, Deal."

Yuan dan Irine sudah sampai dirumahnya. Mereka pun langsung masuk saja.

"Irine, kamu tuh lama banget sih beli nasi gorengnya? Bunda udah kelaparan tau gak?" seru Jessy langsung menyambar kantung plastik dari tangan Irine.

"Ih, bunda salahin aja tuh sama Yuan yang nyuruh Irine buat pake kain ini dulu dijalan." tunjuk Irine pada kain yang saat ini ia lepas.

Jessy mengernyit.

"Kamu tadi keluar cuma pake celana pendek gitu?"

Irine mengangguk.

Pletak

Kepala Irine menjadi sasaran empuk jitakan dari Jessy.

"Yaiyalah Yuan suruh kamu pake kain itu buat nutupin paha kamu. Kalau ada cowok mesum yang ngapa-ngapain kamu dijalan gimana?" omel Jessy.

Irine mendecak. Kok jadi dia yang diomelin sih?

"Ih, bunda kok malah marahin Irine sih. Orang aku minta dibela malah bela Yuan." Irine merajuk dan pergi menuju ke kamarnya.

"Irine, Irine. Heran sama dia."

"Bun, Yuan ke atas dulu ya?"

Jessy mengangguk. "Iya. Kamu mau bunda buatin apa?"

"Kayak biasa aja, Bun."

"Yaudah, nanti bunda buatin."

"Makasih, Bunda."

Yuan pun menyusul Irine di kamarnya.

"Puas Lo, gara-gara Lo gue jadi dimarahin sama bunda?"

Yuan langsung tidur di kasur Irine.

"Salah Lo juga. Jadi cewek kok gak bisa pake celana yang bener."

"Kan udah gue bilang, gue itu lagi kepanasan. Makanya pake yang pendek."

"Yaudah, lain kali jangan diulangi lagi. Bahaya buat Lo juga." Yuan sungguh mengantuk, "Gue tidur dulu ya."

Irine mendecak. "Dirumah Lo gak bisa apa?"

"Enakan disini. Adem."

Yuan tertidur sementara Irine turun untuk minum. Karena ia begitu haus di cuaca yang panas ini. Akhir-akhir ini, cuaca yang begitu panas selalu membuat tenggorokannya selalu kering.

"Yuan mana?"

"Tidur."

"Oh yaudah, kamu sekalian bawain itu kalau mau keatas ya? Bunda masih ada kerjaan." tunjuk sebuah nampan yang berisi cemilan dan minuman kesukaan Yuan diatas meja oleh Jessy.

"Iya, nanti Irine bawain ke atas."

Irine mengecek ponselnya terlebih dahulu. Ternyata ada satu pesan masuk. Dan itu dari Sastra.

Sastra :

Hay, Rin. Hari ini lo sibuk gak? Kalau lo gak sibuk, mau temenin gue ke toko buku?

Irine tersenyum. Tempat yang selalu menjadi favoritnya, yaitu toko buku. Irine pikir-pikir dulu, tidak sibuk.

Irine :

Maaf baru ngecek hape. Iya bisa. Janjian jam berapa?

Pesan langsung masuk dari Sastra. Apa jangan-jangan Sastra menunggu balasannya?

**Sastra :

Malam ini jam tujuh, bisa?

Irine :

Oke. Kita ketemuan di cafe deket sekolah aja.

Sastra :

Oke. Sampai nanti, Irine.

Irine :

Sampai nanti juga**.

Setelah berbalas pesan dengan Sastra, entah kenapa Irine merasa ada yang aneh pada dirinya. Mungkinkah ini yang namanya jatuh cinta?

Irine pun segera ke atas dengan membawa nampan diatas meja. Ia harus siap sebelum jam tujuh tiba.

[[]]

Irine sedari tadi menggerutu. Pasalnya, Yuan belum juga pulang kerumahnya. Jam juga sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh. Yang itu artinya, sebentar lagi waktu janjiannya dengan Sastra.

Irine gelisah jika Sastra nanti menunggunya lama di tempat janjian. Tanpa Irine sadari, Yuan melihat kegelisahan Irine.

"Yuan, pulang sana gih. Udah malem tau. Dan lo juga gak naik motor kan kesininya?"

"Ish, Irine. Kok gitu sama Yuan? Biarin aja dong dia main. Bunda aja gak keberatan kok."

"Iya, biarin Yuan main disini. Lama juga gak papa," ucap Kean.

Yuan paham dengan ekspresi Irine. Ia pun berpamitan dengan Jessy, Kean, dan Irine.

"Yaudah, Bun, Yah. Yuan pamit pulang ya. Soalnya takut kehabisan bis."

"Beneran mau pulang? Disini aja dulu sebentar lagi," ucap Jessy.

Yuan menggeleng. "Kapan-kapan Yuan main lagi deh kesini. Dan kayaknya Irine juga mau pergi. Kalau gitu Yuan pamit ya."

"Yaudah, kalau gitu kamu hati-hati ya dijalan. Irine, temenin Yuan keluar," tjtah Jessy pada Irine. Irine menghela nafas.

"Elah, dia kan bisa keluar sendiri sih, Bun. Biasanya juga gitu."

"Irine."

Jika sudah ayahnya yang angkat bicara, Irine menghela nafas.

"Iya, Yah. Irine anterin Yuan sampai luar. Irine juga pamit mau pergi keluar." Yuan tersenyum pada kedua orangtua Irine. Irine menyalami punggung tangan Jessy dan Kean.

"Pergi kemana? Sama Yuan?"

Irine menggeleng.

"Gak, Bun. Tapi sama temen Irine."

"Jangan melebihi waktu maksimal, Irine," peringat Kean pada Irine.

Irine mengangguk. "Iya, Yah."

"Irine pamit ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati."

"Emang Lo mau pergi kemana?" tanya Yuan ketika mereka sudah berada diluar.

"Toko buku."

"Sama siapa?"

"Sastra."

Yuan mengeratkan rahangnya ketika mendengar nama itu.

"Gue ikut."

Irine menoleh pada Yuan.

"Ih, gak usah! Lo pulang aja. Gue bisa sendiri kok kesan--" Yuan memotong ucapan Irine cepat.

"Gue ikut. Titik!"

Irine menghela nafas.

"Tapi lo gak bawa motor."

"Lo kesananya juga naik apa? Gak pake motor, kan?"

Irine mendecak. "Ck! Yaudah tunggu sebentar. Gue ambil kunci mobil dulu didalam."

"Sial." Tangan Yuan terkepal sempurna.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Soesan

Soesan

Semangat KK ceritanya semakin keren

Salam manis "Scandal pewaris tunggal"

2020-08-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!