Chapter 1

"Irine! Yuan udah sampe nih!" teriak Jessy dari bawah. Sedangkan didalam kamar Irine, gadis itu masih saja terlelap dalam mimpinya.

Bahkan pukul sudah hampir menuju ke pukul setengah tujuh dan Irine belum bangun juga.

Dokk dokk dokk

Pintu itu tergedor dari luar sangat keras hingga membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Siapa sih diluar!? Gak bisa selow dikit apa ketok pintunya?"

"Lo mau tidur sampe jam berapa? Hah?! Buruan turun ke bawah!"

Irine mendecak ketika suara Yuan terdengar dari luar kamarnya.

"Bawel banget sih jadi cowok. Gak tahu apa gue ngantuk banget?"

"Irine!"

"Iya! Gue nanti turun!" teriak Irine dari dalam kamarnya.

Semalam, setelah dari acara sesi foto bersama, ternyata baik dari keluarga Yuan dengan keluarganya terlibat urusan bisnis mendadak. Irine yang sudah sangat mengantuk saat itu hanya bisa menyandar di dinding.

Dan akhirnya, ia bisa pulang dengan kondisi yang sudah tertidur pulas. Ia pun bisa menebak jika Yuan yang menggendongnya ke dalam mobilnya.

Karena itu Irine masih mengantuk. Dan Yuan telah mengacaukan tidurnya.

"Ganggu aja sih lo," kesalnya pada Yuan.

"Kalau gak gitu, lo gak bakal bangun."

"Udah ayo berangkat. Nanti keburu telat," ucap Irine membuat Yuan sedikit menganga. Padahal cewek itu yang membuatnya terlambat ke sekolah.

"Lo yang bikin gue telat, Markissa!!"

"Yaudah sih, sama aja. Bun, Irine berangkat ya. Assalamu'alaikum," pamit Irine dengan menyalami punggung tangan Jessy. Diikuti dengan Yuan.

"Yuan pamit, Bun. Assalamu'alaikum."

Jessy mengangguk. "Wa'alaikumsalam. Kalian berdua hati-hati dijalan ya."

[[]]

Yuan dan Irine sudah sampai di SMA Eltera. Sekolahan yang begitu megah dengan gaya arsitekturnya yang lebih ke gaya Eropa.

Yuan memakirkan mobilnya di parkiran sekolahannya. Jangan heran jika parkiran itu dipenuhi oleh mobil-mobil mewah. Karena rata-rata, murid di sekolah ini golongan menengah atas. Termasuk Irine dan juga Yuan.

Mereka turun dari mobil. Satu hal yang Irine gak suka jika berangkat dengan Yuan, yaitu dirinya menjadi tersingkir karena cewek-cewek langsung menyerbu Yuan.

Irine mendecak kesal.

"Ck. Ngeselin banget sih. Awas aja, kali ini gue gak mau bantuin dia keluar dari kerumunan cewek-cewek karena tadi udah ganggu tidur gue. Rasain lo," ucapnya dengan licik.

"Irine! Tunggu!" pekik Yuan namun Irine sudah pergi begitu saja tanpa mendengar ucapan Yuan. Irine berlari dengan cekikikan.

Brukk

Ah sialnya. Irine tidak melihat ke depan dan akhirnya ia menabrak seseorang.

"Eh, sorry gue gak sengaja nabrak lo. Lo gak papa, 'kan?" tanya cowok itu.

Irine menatap cowok ini cukup lama. Dan lamat-lamat ia perhatikan jika cowok ini merupakan anak baru disekolahannya. Tampilannya pun biasa-biasa saja dan tidak menampilkan jika cowok ini berada di golongan atas. Apakah cowok ini mendapatkan beasiswa? Wow, keren!

"Halo, lo gak papa, 'kan?" ulangnya lagi dengan menjentikkan jarinya dihadapan wajah Irine. Irine tersadar.

"Eh, gue gak apa-apa kok. Lo siapa? Murid baru ya?"

"Iya. Kenalin, nama gue Sastra," ucapnya dengan mengulurkan tangannya ke Irine. Tapi, saat Irine hendak menyambut uluran tangan Sastra, Yuan tiba-tiba menarik tangannya.

Yuan menariknya hingga meninggalkan Sastra sendiri dengan tangan yang masih menggantung di udara.

"Lo berani ya ninggalin gue disaat gue butuh bantuan?" tanyanya dengan dingin.

Irine mendongak menatap wajah Yuan. Ya ampun! Kenapa dengan wajah Yuan?

"Muka lo kenapa? Kok ke cakar-cakar gitu?"

"Menurut lo?" tanyanya dengan sinis ketika menatap kesal Irine.

"Rasain! Itu balasan gue karena lo tadi udah ngehancurin tidur gue! Wlee," ucap Irine lalu ia berlari dengan kedua tangannya di atas kepala dan lidahnya terjulur keluar sengaja mengejek Yuan.

"Berarti kita satu sama."

"Irine! Awas lo ya! Kalau ketangkep, gue bakal kelitikin lo sampai lo minta ampun ke gue."

"Coba aja kalau bisa."

Yuan pun langsung mengejar Irine dan untuk menggelitik Irine jika tertangkap olehnya.

[[]]

"Rin, semalem lo diundang di acara keluarganya Yuan?" tanya Vinkan, cewek dengan rambut khasnya yaitu dikepang tipis di sisi-sisi kepalanya.

"Foto lo menyebar di sekolahan tau, Rin." imbuh Secil, cewek dengan poni di dahinya.

"Kok bisa? Siapa yang nyebar emang?" tanya Irine dengan mengernyit. Perasaan di acara itu tidak ada teman mereka. Jadi, kenapa foto itu menyebar luas di sekolahannya?

"Ersa," jawab Secil.

"Ersa?"

*Brukk

"Ah, sorry. Gue gak sengaja," ucap Irine.

"Gak papa." Cewek itu Ersa. Ia tersenyum padanya dengan sangat manis.

"Lo Ersa, kan?"

"Lo kenal gue?"

"Siapa sih yang gak kenal lo? Secara lo kan primadonanya SMA Eltera."

"Ah, gak juga kok. Kayaknya lo juga termasuk deh."

"Halah, itu juga karena gue deket sama si Yuan. Kalau gak deket, gue juga gak bakal jadi perhatian."

"Lo keliatan deket banget ya sama Yuan?"

Irine mengangguk. "Iya. Kita berdua temenan sejak kecil. Jadi udah deket banget."

"Oh."

"Oh ya, Sa. Gue pergi dulu ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi."

"Iya."

"Bye, Sa."

"Oh ya, waktu itu gue ketemu sama Ersa. Tapi gue lupa nanya ke dia kenapa dia bisa ada disana."

"Ah elah, masa lo gak tau sih, Rin? Nyokapnya Yuan sama nyokapnya Ersa kan kerja sama dalam bisnis kecantikan. Wajar lah kalau Ersa ada disana," jawab Vinkan.

"Oh gitu."

Pukk

Sesuatu mengenai kepala Irine. Ia melihat kotak bekal diberikan padanya.

Dan itu dari Yuan. Pasti dari para fansnya itu. Yuan memang seperti itu, kotak bekal yang dikasih oleh para fansnya akan selalu dikasih ke Irine. Karena Yuan tahu jika Irine itu rajanya tukang makan.

"Makasih, Yuan!" Irine segera membuka kotak bekal itu. Dan sekarang, isi kotak itu berupa kue brownis karamel yang menjadi favoritnya.

"Asik, dapet brownis karamel."

Irine melihat kedua temannya yang sangat menginginkan untuk memakan brownis itu.

"Kalian mau?"

Secil dan Vinkan segera mengangguk ketika ditanya seperti itu oleh Irine.

"Beli sendiri sana!"

Ucapan Irine membuat keduanya menghela nafas. Mereka kira jika Irine akan berbagi pada mereka.

"Dasar pelit."

"Gue kira Lo mau kasih ke kita berdua. Jahat banget lo sumpah."

Irine terkekeh melihat wajah kusut dari kedua temannya. Ia pun mendorongnya ke tengah-tengah meja.

"Ambil kalau kalian mau."

"Serius?!" pekik keduanya. Irine pun mengangguk. Tak butuh lama brownis itu lenyap. Karena keduanya sangat lahap memakan brownis itu.

Bagi Irine, bersikap egois itu gak ada gunanya. Sikap itu hanya akan membuat sebuah hubungan perlahan-lahan hancur.

Dan Irine tidak ingin sebuah hubungan yang hancur.

[[]]

Kelas Irine sedang free, ia pun jenuh jika terus berada didalam kelasnya. Apalagi kelasnya sangat berisik dengan tingkah yang sangat konyol.

Irine pun memilih untuk pergi ke perpustakaan yang tampak sepi. Dan ia bisa tidur sebentar sampai pulang tiba. Vinkan dan Secil sudah ia ajak, tapi mereka lebih memilih untuk berada dikelas. Karena mereka berdua males untuk jalan ke perpustakaan.

Alhasil, Irine pergi dengan seorang diri. Ia dorong pintu perpustakaan itu di pintu yang ada tulisan 'push' nya.

Ia pun menuju rak yang berisikan buku-buku novel fiksi. Memilih judul novel yang menurutnya bagus. Dan ia sudah mendapatkannya.

Kemudian berjalan menuju kursi yang kosong. Perpustakaan itu begitu luas sehingga yang datang berkunjung disana pun banyak. Semuanya sangat tenang disana. Karena semuanya fokus membaca novel masing-masing.

Irine sudah duduk. Ia mengambil novel sebenarnya tidak untuk dibacanya juga. Tapi hanya untuk menutupi wajahnya ketika ia tidur nanti.

Wajahnya ia hadapkan ke sebelah kiri yang langsung menghadap ke kaca. Ia memang tepat memilih kursi di bagian pojok kiri. Dan pas untuk ia tidur.

Tapi tanpa diketahui oleh Irine, ada cowok yang duduk disebelahnya. Dengan fokus membaca buku novelnya.

Setelah selesai membaca, cowok itu meninggalkan note kecil yang ditempelkan ke kaca yang nantinya akan langsung terlihat oleh Irine.

[[]]

Irine bangun ketika rasa kantuknya sudah hilang. Rasanya sangat lega. Ia meregangkan otot-ototnya yang merasa sakit.

Tanpa sengaja, ia melihat sebuah note tertempel di kaca. Ia pun mengambilnya dan membaca isi note itu.

"Gak adil rasanya kalau cuman lo doang yang tahu nama gue.

Jadi, **siapa nama lo? Balas di nomor dibawah ini ya.

0816 - 3334 - 5578

Sastra**"

Irine menyimpan nomor ponsel cowok yang tanpa sengaja bertemu tadi. Ia memang menyimpannya, tapi ia belum bisa membalas dan memberi tahu namanya.

Tapi ia akan menemuinya langsung dan akan memberitahu namanya. Irine melihat sekitar bahwa perpustakaan itu sudah agak sepi. Mungkin jam pulang sudah berbunyi namun Irine tidak mengetahuinya.

Meskipun jam pulang sudah tiba, perpustakaan belum ditutup sampai pukul lima sore. Dan ia lihat di jam tangannya menunjukkan pukul lima kurang lima belas menit.

Irine pun beranjak dari tempatnya dan menuju ke kelasnya untuk mengambil tasnya.

"Lo darimana aja sih? Gue cariin juga dari tadi. Ponsel lo juga mati waktu gue telponin lo," ucap Yuan yang tiba-tiba berada didepan Irine ketika hendak keluar perpustakaan.

Yuan dihadapannya dengan tas Irine yang digendong di depan.

"Ponsel gue kehabisan baterai. Makanya mati."

"Yaudah ayo pulang." Tarik Yuan pada tangan Irine.

To Be Continued

Spam next

oke?

Terpopuler

Comments

@ luisa @

@ luisa @

cerita nya bagus thor

2020-06-03

1

Leeana

Leeana

bukannya tadi namanya sastra??
kenapa jadi satria?

2019-12-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!