Jam 11 Malam,
Kita baru saja sampai di depan rumah. Mamah dan Bapak sudah terlihat tidur di sofa. Sepertinya mereka menunggu anak-anaknya pulang.
Aku langsung masuk ke kamarku, langsung tertidur karena mengantuk. Entah bagaimana penampilanku saat ini, aku tidak menghiraukannya.
Besok paginya,
Pintu kamar digedor Mamah cukup keras karena tanpa sadar aku menguncinya semalam.
Mamah teriak berulang kali memanggil namaku, "NUR...."
"Kalau kamu gak bangun-bangun, gak usah sekolah. Bolos aja!" omelnya setelah emosi membangunkan.
Mataku langsung terbelalak mendengarnya, terlihat cahaya matahari bahkan sudah masuk ke kamar dengan gorden yang masih tertutup.
Aku langsung bergegas mandi dan memakai seragam untuk pergi ke sekolah. Untungnya, itu tidak membutuhkan waktu lama. Hari ini terpaksa harus diantar Bapak karena takut terlambat.
Aku bersalaman padanya di depan gerbang. Septian dengan santainya menghampiri Bapak dan bersalaman padanya.
Bapak bertanya dengan ekspresinya padaku, "Siapa dia?". Aku menaikkan bahuku lalu pergi begitu saja masuk ke kelas meninggalkan mereka berdua.
"Kamu siapanya Nur?" tanya Bapak pada Septian.
Aku kembali langsung menarik tangan Septian sebelum menjawab pertanyaan Bapak.
Aku melambaikan tanganku padanya. "Dadah Bapak."
Setelah berada di lorong kelas, aku langsung melepaskan tangannya. "Mau apa sih kamu nyamperin Bapak tadi?" tanyaku.
Dia menaikkan kedua alisnya, "Emangnya kenapa? Aku cuman mau kenalan sama Bapak kamu."
"Gak usah. Kita udah gak ada hubungan lagi," pintaku. Aku langsung pergi meninggalkan dia sendirian di lorong sana.
Sewaktu pulang sekolah, Septian berlalu begitu saja membawa motornya membonceng seorang gadis.
"Nur itu bukannya pacar kamu?" tanya temanku.
Aku hanya tersenyum getir menjawabnya. Dia langsung merangkul bahuku. "Udah gak usah dipikirin, laki-laki masih banyak Nur."
"Yuk ah pulang!" ajak-ku.
Sesampainya di rumah,
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab Mamah.
Aku langsung mengurung diriku di dalam kamar. Menjatuhkan diriku ke atas kasur dengan helaan napas yang cukup berat.
Rasanya cukup berat jika harus menghadapi Septian setiap saat. Berada di sekolah dan berpapasan dengannya.
2 tahun aku lalui dengan susah payah, akan tetapi aku tetap menghadapinya.
Hari ini, acara wisuda angkatanku yang diadakan di gedung sekolah. Aku memakai kebaya yang senada dengan teman-teman sekelas.
Mamah dan Bang Daffa turut hadir di acara itu. Aku tersenyum ketika melihat mereka yang melambaikan tangan dari tempat yang berbeda.
Setelah acara selesai, Bang Daffa dan Mamah mengajakku untuk berfoto mengabadikan momen saat ini.
"Sayang banget Bapak gak bisa ikut difoto," ujarku.
Bang Daffa memberikan sebuah hadiah dengan satu buket bunga yang terlihat sangat cantik. "Bapak kan harus kerja."
Aku tersenyum sembari menerimanya, "Cantik banget bunganya," pujiku.
Abang memberikan sebuah paperbag yang berisi sekotak hadiah, "Ini hadiahnya titipan dari orang, katanya jaga hadiah itu sampe dia nemuin kamu nanti."
"Dari siapa?" tanyaku penasaran.
Dia merangkul bahuku untuk berfoto. "Gak usah penasaran, tunggu aja beberapa tahun lagi."
Setelah lulus SMA, Aku memutuskan untuk tidak berkuliah. Aku merasa tidak adil jika aku berkuliah tapi Bang Daffa harus bekerja sejak lulus sekolah.
Siang ini, Aku hanya duduk di teras rumah sembari melihat kendaraan yang berlalu-lalang.
Mamah lagi-lagi bertanya tentang keputusanku untuk bekerja. "Nur yakin gak mau kuliah aja? Mamah sama Bapak siap kok biayain-nya."
"Enggak Mah, Nur mau kerja aja," jawabku meyakinkannya.
Setahun pertama ini, Aku masih berdiam di rumah. Hanya membantu Mamah mengerjakan pekerjaan rumah.
Bang Daffa menjadi mahasiswa non-reguler disalah satu universitas yang tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya. Hingga Mamah kembali membujukku untuk kuliah saja dibanding harus mencari kerjaan kemana-mana.
Awalnya Aku tetap ingin bekerja, setidaknya Aku bisa memiliki uang untukku sendiri. Tapi dengan bujukan Mamah dan Bapak, pada akhirnya aku setuju untuk kuliah di tahun depan.
Namun takdir berkata lain, di tahun yang sama Mamah dinyatakan sakit. Duniaku benar-benar hancur, semua ekspektasi-ku untuk tahun depan lenyap seketika.
10 hari lamanya, Aku merawat Mamah di rumah sakit. Setelah itu, diperbolehkan untuk pulang ke rumah.
Hari demi hari, Aku belajar mengerjakan pekerjaan rumah. Dari memasak, bersih-bersih, Aku coba untuk belajar mandiri.
Melihat Mamah mulai sehat kembali, Aku merasa bersyukur dan senang. Tuhan masih memberikan Aku waktu untuk membahagiakannya.
Tahun 2022,
Setelah bertemu Bang Furqan kembali, Aku merasa sedikit senang. Jujur selama ini Aku tidak pernah mengingat apapun tentangnya. Tapi pertemuan kita kembali seakan menjadi takdir yang sudah tertulis di atas langit.
Kak Asya duduk di sampingku pada sofa ruang tengah. "Dek gimana Bang Furqan?" tanyanya.
"Gimana apanya maksudnya Kak?" tanyaku tidak mengerti.
"Iya kalau kamu diseriusin mau gak? Kasih tau Mamah sama Bapak," tutur Kak Asya membuat pipiku memerah malu.
Aku mengangkat kedua bahuku bingung, "Bingung."
"Kok bingung? Kenapa?" tanyanya heran.
Aku menggaruk leherku yang tidak gatal. "Bingung aja Kak, tiba-tiba banget soalnya."
Kak Asya malah terkekeh sembari menggelengkan kepalanya heran. "Cepetan pikir-pikirnya, nanti keburu diambil orang rugi kamu."
Kak Asya pergi keluar duduk bersama Mamah yang mengobrol dengan saudara-saudara yang lain di teras rumah.
Malamnya, ponselku berdering di atas kasur. "Siapa nih?" gumamku karena nomornya tidak dikenal.
"Halo"
"Assalamualaikum,"
"Eh iya waalaikumsalam, ini siapa ya?" Tanyaku tidak mengenal suaranya.
"Masa udah lupa sama suara aku?" tanyanya. "Padahal tadi siang sempet ketemu."
"Bang Furqan?"
"Kakak, Nur. Panggilnya ubah jangan Abang," pintanya.
Aku terkekeh mendengarnya sembari membayangkan ekspresinya seperti tadi.
"Kak Furqan ganggu Nur gak?" tanyanya.
"Enggak sih Kak," jawabku. "Kenapa gitu?" tanyaku setelahnya.
"Kangen aja ngobrol sama Nur," Jawaban Kak Furqan membuatku salah tingkah.
Sembari senyum-senyum di depan cermin, "Ternyata dideketin sama cowok yang usianya di atas kita gini ya! Banyak salah tingkahnya."
"Nur masih di situ kan?" tanyanya karena Aku terdiam.
"Masih Kak," jawabku singkat.
Bang Daffa masuk ke kamarku begitu saja karena pintu kamarnya terbuka. Aku segera menyimpan ponselku di kasur dengan cepat. "Bang kalau masuk ketuk dulu kek, salam dulu kek," protes-ku.
Bang Daffa membaringkan tubuhnya di kasur. "Eh ngapain baring di sini?" tanyaku sedikit mendorong tubuhnya.
"Ikut tiduran bentar juga gak boleh. Lagi ngapain hayoh!" ledek Bang Daffa.
Pipiku mulai memerah malu, "Ih udah ah sana!" Aku mengusirnya keluar kamar.
Aku kembali masuk kamar setelah mengunci pintu kamarku agar Bang Daffa tidak lagi masuk dan meledek.
Aku menaruh ponselku kembali di telinga, "Kak Maaf ya!" kataku. "Barusan ada Bang Daffa."
"Gak apa-apa Neng," jawabnya.
Aku mengangkat kedua alisku terkejut, "Kak Furqan panggil apa barusan? Neng?" tanyaku memastikan.
"Iya," singkatnya. "Emangnya kenapa?" sambungnya bertanya.
"Gak apa-apa sih, aneh aja tiba-tiba dipanggil Neng," kataku.
Kak Furqan terdengar terkekeh di seberang sana. "Kak Furqan itu lagi di mana?" tanyaku. "Kok kayaknya rame banget."
"Iya ini lagi kumpul sama keluarga terus banyak bocahnya," jawab Kak Furqan.
"Kalau lagi kumpul keluarga, Kenapa malah nelepon aku?" tanyaku bingung.
"Gak boleh?" tanyanya singkat.
"Boleh sih. Tapi kan pasti lagi ngobrol-kan?" tanyaku.
"Orang Mamah juga lagi ngobrolin kamu," ungkap Kak Furqan.
Aku membuka mataku sepenuhnya, "HAH....?" ucapku sedikit kencang.
"NUR PELAN-PELAN KALAU TELEPONAN," protes Bang Daffa dari ruang tengah.
Untungnya Mamah dan Bapak sedang menginap di rumah Nenek. Kalau mereka ada, bisa ditegur habis-habisan.
"Makanya jangan teriak-teriak kalau malem Neng!" peringat Kak Furqan yang mendengar protes-an Bang Daffa tadi.
Aku terkekeh mendengarnya, "Abisnya aku kaget banget dengernya."
"Iya sih. Tapi Mamah emang ngobrolin kamu, katanya mau ketemu," ungkap Kak Furqan.
Aku lebih terkejut dengan ungkapannya kali ini, "Hah.... ketemu?".
"Iya Neng. Katanya suruh bawa kamu ke rumah buat ketemu Mamah sama Bapak. Mau gak?" tanyanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
BLUE SKY
relate banget sih
2023-12-08
1
BLUE SKY
idih😁😎🥰
2023-12-08
0
acc_.xm
Sederhana dan mendalam
2023-10-20
1