Aliansi Superhuman

Aliansi Superhuman

New school

[SMA Swasta Franksinarga]

[07.15 AM]

[Kelas 10-J]

"Ku pikir... aku akan mendapatkan kedamaian dan ketenenangan dalam belajar, ternyata... di sini pun sama saja?!" Pikir siswa pindahan di kelas itu, duduk di bangku baris ke 3 dekat jendela.

Langit Arayan Sagara! Siswa pindahan yang di tempatkan di kelas sepuluh J. Kelas paling bermasalah dan terbuang dengan guru yang jarang datang kecuali untuk matematika.

Selain itu, kebanyakan murid cowok memiliki kebiasaan bermain kartu, tidur, ngegame, dan gangguin cewek. Dan murid ceweknya kebanyakan sibuk bergosip dengan circle masing-masing.

Rayan membenamkan wajahnya pada kedua lipatan tangan di atas meja, ia sedikit kecewa dengan kelas barunya.

Pada saat itu, Rayan merasa ada yang mengetuk-ngetuk kepalanya dengan bulpen, ia pun mengangkat wajahnya dengan malas hanya untuk melihat siapa yang melakukannya.

Terlihatlah bocah sableng yang duduk di kursi depannya, tersenyum cerah yang entah apa tujuan dan maksudnya. Rayan hanya menatap wajah itu dengan kebeteannya.

Bocah bersurai hitam legam itu menjulurkan tangannya.

"Alex Sanjaya, biasa di panggil Lex. Salam kenal!" Ujarnya dengan raut ceria dan penuh kebahagiaan.

Rayan meraih tangan Alex.

"Oh? Salam kenal juga!"

"Sebutin nama elu juga dong!" Alex berucap dengan sedikit kesal. Itu membuat Rayan melayangkan ekspresi bingung.

"Lho? Kan udah tadi di depan kelas?" Protesnya.

"Gue lupa!" Ujarnya dengan cengengesan.

Rayan menghela napas saat mendapati perkataan itu. "Panggil aja Rayan."

Tak lama kemudian, mereka berdua berpisah karna Alex di datangin teman gengnya dan di ajak pergi ke suatu tempat yang entah di mana. Rayan tak peduli dengan hal itu, ia memilih tidur di mejanya karna guru yang mengajar tidak akan datang ke kelasnya.

Pada jam istirahat, Rayan berniat duduk di bawah pohon besar yang ada di taman sekolahnya, ia mencari tempat yang cukup sepi demi ketenangan saat menyantap bekalnya nanti.

Tapi, bukan realita namanya kalo tak mengkhianati ekspektasi.

"Hei kamu! Awas!" Seseorang berteriak dari arah belakangnya, di sertai juga dengan suara raungan suatu mahkluk.

Rayan yang melihat adanya harimau setinggi pinggangnya dan tengah berlari kearahnya pun berniat menghindari tragedi tabrakan maut itu. Tapi...

"Terlambat!" Pikirnya saat tau bahwa ia tak akan sempat menghindar.

Harimau itu pun menerjang Rayan dan menindih tubuh yang terlentang di atas paving block itu. Bekal yang tadi di tangannya sudah terlempar satu meter dari tempatnya, tentunya itu berhamburan di paving block sekolah.

"Bekalku..."  Rayan meratapi nasip bekalnya, mengabaikan harimau yang ada di atas tubuhnya.

"Astagah! Leo! Jangan! Cepat turun darinya!" Ujar seseorang yang sepertinya adalah pemilik dari harimau itu.

Setelah harimau itu turun, barulah Rayan berdiri dari posisi tidurnya.

"Maafkan tindakan harimau ini, biasanya dia tidak begitu, tapi entah kenapa dia tiba-tiba saja berlari tak tentu arah dan malah menabrakmu." Ujar seorang siswi dengan postur membungkuk, meminta maaf.

"Tidak! Sebentar! Sepertinya bukan itu masalahnya deh? Kenapa bisa ada harimau di dalam sekolah? Untung aku tidak kehilangan nyawa!" Balas Rayan mempertanyakan keberadaan mahkluk buas tersebut.

Gadis manis, imut, dan cantik itu memberi tatapan bingung pada Rayan. "Kamu murid baru ya?"

"Eh? A...iya." Jawab Rayan reflek.

"Oh... pantes gak tau."

Rayan merasa bingung dan penasaran dari perkataan gadis itu. "Gak tau apa?"

"Di sekolah ini, kami menggunakan harimau putih dan panter hitam untuk menjaga kedisiplinan para murid. Ada singa juga sih, tapi karna hewannya malesan, aku jarang menggunakannya. Jadi para hewan itu bertugas untuk berpatroli keliling lingkungan sekolah. Tujuannya agar tak ada murid yang membolos atau lompat pagar." Ujar gadis itu.

Rayan terlihat syok dengan penjelasan yang baru di dengarnya. "Sekolahnya agak lain ya kak? Tapi apa gak berbahaya? Siapa tau kalau nanti dia ngap? Gimana?"

Rayan memberikan tatapan penuh kewaspadaan, matanya terus melirik harimau yang sedang menjilati salah satu kaki depannya.

"Ya kamu tinggal ngep!" Gadis senior itu tertawa jahil, menjawab dengan candaannya, tapi sepertinya Rayan menganggap serius jawaban itu.

"Gak gak! Bercanda! Pokoknya kamu jangan meragukan keamanannya, karna dia sudah pasti aman kok, paling cuma ngajakin main aja. Gigit-gigitan gitu, gak sampai buntung kok, cuma robek dikit sampai kelihatan tulangnya, gak papa itu mah!" Ujar gadis itu dengan ringannya.

Seketika itu Rayan merinding, ia menatap harimau putih itu dengan horor dan tanpa berkedip, bahkan ia sampai harus bersusah payah meneguk salivanya.

Dengan mengumpulkan sedikit keberanian, Rayan bertanya agar lebih jelas.

"A..ap...apa...nya yang robek kak?"

Gadis itu tersenyum ramah

"Dagingnya!" Rayan semakin merinding ketika mendengar jawaban itu.

"Sudah dulu ya, aku mau lanjut berpatroli, ah iya! Ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya gadis itu dengan postur yang sudah setengah jalan.

Rayan masih berdiam di tempatnya, belum berani bergerak karna sang predator masih memperhatikannya. "Rayan, kak. Rayan dari kelas 10-J."

"Oh Rayan ya. Aku Aina putri ayu, salam kenal." Gadis senior itu kemudian melenggang pergi.

Rayan langsung merosot di lantai karna ketegangan di tubuhnya telah hilang begitu saja bersamaan dengan perginya harimau itu, otot kakinya menjadi lemas dan itulah yang membuatnya tak bisa langsung berdiri.

Tak beberapa lama, seorang gadis merunduk sambil mengulurkan tangannya. "Kamu gak papa?"

Rayan meraih uluran tangan gadis itu dan itu membuatnya merasa terbantu, ia pun bisa langsung berdiri di tempatnya dengan seimbang, tapi apa benar begitu?

"Tubuhku terasa segar." Batinnya, mengabaikan tatapan gadis yang mengkhawatirkannya.

"Apa kamu sudah baik baik saja?" Tanya gadis itu lagi, menyita perhatian Rayan.

"Iya, sudah lebih baik. Terimakasih atas bantuannya." Rayan menebah-nebah pelan celananya yang sedikit kotor.

Gadis itu tersenyum ramah.

"Iya, sama-sama." Ia pun pergi meninggalkan Rayan setelah berdadah singkat. Rayan menatap lekat-lekat punggung gadis yang semakin menjauh itu.

ia melihat lingkungan sekitarnya yang normal-normal saja. "Hanya aku saja, atau orang-orang memang tak menganggap sekolah ini aneh?"

...----------------...

[Ruang OSIS SMA Franksinarga]

"Bagaimana menurutmu, Aina?" Tanya siswa yang sedang memandangi keindahan taman sekolah dari lantai 2 di ruangannya.

Dialah Indra Mahisa, ketua osis di SMA Swasta Franksinarga yang berbicara dengan membelakangi lawan bicaranya.

"Dia terlihat biasa, tidak istimewa seperti kita." Jawab Aina dengan wajah datar.

"Haha.. kau tidak akan bilang begitu jika kau tau bahwa dia adalah salah satu keturunan dari keluarga abadi yang memihak dunia bawah."

Aina masih menunjukan kedataran pada ekspresinya. "Ya~ ya~ kau benar—, tunggu? Apa?! Apa kau bilang?!!!!" Teriaknya heboh setelah mencerna perkataan Indra. "Dia salah satu dari keturunan keluarga abadi?!!!!!"

Aina merasa tak percaya dengan informasi yang baru di ketahuinya, sementara Indra malah tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

"Kan sudah ku bilang." Ujarnya mengingatkan kembali, tapi tentu itu tidak di respon oleh Aina karna ia tengah hanyut dalam lamunannya.

"Keluarga abadi, adalah sebutan untuk beberapa keluarga yang mewarisi kemampuan hidup panjang, mereka bisa menua tapi prosesnya tidak sama dengan kebanyakan manusia."

"Pertumbuhan mereka akan menjadi 3 kali lipat lebih lama dari manusia normal saat mencapai usia 15 tahun. Jadi, jika anggota keluarga abadi berusia 120 tahun, maka perawakan mereka akan sama dengan manusia normal yang berusia 55 tahun!"

"Meski begitu, kekuatan istimewa bukanlah sesuatu yang bisa di wariskan. Terkecuali untuk dua keluarga abadi tertentu. Itulah mengapa, dua dari kepala keluarga abadi lainnya begitu terobsesi dengan keturunan yang terlahir sebagai Superhuman" Pikir Aina, hanyut dalam lamunannya.

"Aku tak tau kalau kepala keluarga Sagara boleh membiarkan anggota keluarganya berkeliaran bebas seperti itu, bukankah hidup mereka penuh aturan dan selalu dalam pengawasan? Apalagi untuk suatu hal tertentu yang bisa saja membuat beberapa anggotanya mendapat kekangan." Aina berujar atas ketidaksesuaian informasi yang diketahuinya.

Indra tak langsung menjawabnya karna ia harus berpikir dahulu.

"Aku tak begitu tahu pastinya, tapi sepertinya keluarga Rayan memberontak pada Sagara. Tentu itu membuat mereka mendapat hukuman pemusnahan. Tapi mereka menyisakan Rhea karna dia adalah Superhuman. Entah bagaimana juga Rayan berhasil selamat. Dan dia masih dalam pengejaran oleh keluarga Sagara sampai saat ini." Ujarnya.

Indra kembali melanjutkan perkataannya. "Aku punya dua opsi mengenai hal itu, pertama, Sagara tak bisa menemukan keberadaan Rayan. Dan kedua, mereka sebenarnya tahu tapi memilih untuk mengawasi. Mungkin terjadi kesepakatan antara Rhea dan pihak Sagara. Tapi yah... entahlah." ujarnya setelah menganalisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!