Alex memasang ekspresi bingung saat melihat Rayan yang di bonceng oleh lawan balapnya. Ia yang tengah makan es krim itu langsung buru-buru menghampiri kawan sefrekuensinya.
"Rayan?! Kenapa? Motor lu di mana? Apa yang terjadi?" Rentetan pertanyaan Alex memenuhi telingan Rayan yang baru sampai dan belum sempat turun dari motor lawannya.
"Aku kecelakaan, motorku hancur." Jawab Rayan sembari turun dari motor.
"Astagah! Trus... Kok lu bisa baik baik saja? Kan harusnya minimal patah tulang?" Alex menggerayai tubuh Rayan dengan bar-bar untuk melakukan pengecekan. Takut jika anak orang kenapa-napa.
"Aku baik baik saja. Bisa kau antarkan aku pulang sekarang? Aku sedikit syok." Jawab Rayan sembari meminta. Ia sedang tak ingin menanggapi sedikit bumbu candaan di perkataan Alex.
Tentu Alex langsung mengiyakan permintaan Rayan. Ia memberikan es krim bekasnya pada Rayan dan langsung berjalan ke arah motornya, di ikuti juga oleh Rayan dengan wajah yang bertanya-tanya mengenai es krim di tangannya. Alex pun mengantarkan Rayan untuk pulang ke rumahnya.
.
.
.
*Sesampainya di depan pelataran rumah Rayan.
"Lho? Es krim gue kemana?" Tanya Alex saat Rayan turun dari motornya. Ia bertanya-tanya karna Rayan hanya memegang stick es krimnya saja sementara es krimnya sendiri entah ke mana.
Mendapati pertanyaan itu. Rayan menatap wajah Alex dengan ekspresi super datar.
"Udah meleleh" jawab Rayan seadanya. Alex nampak membalas dengan kata "ohhh" sembari memasang raut wajah yang memaklumi jawaban itu.
"Dalam perut gue" sambung Rayan masih dengan ekspresi datar.
Alex tersentak saat mendengar perkataan itu. Ia mendadak heboh di atas motornya. Berupaya menggapai kepala Rayan untuk di jitak. Namun hal itu gagal karna Rayan sempat menghindar.
"Kurang ajar! Berani-beraninya lu makan es krim gue! Itu beli pakai duit oi!" Gerutunya kesal.
Rayan menatap sinis sosok Alex.
"Idih! Siapa suruh lu ngasih ke gue! Dari pada meleleh dan mubazir. Mending meleleh karna gue makan. Jadi lu gak dapat dosa!"
"Eh! Buset! Gue ngasih ke elu buat di pegang doang! Lagian kok lu mau-maunya makan es krim bekasan gue sih?!" Balas Alex dengan kekesalan yang memuncak.
"Aduh apaan sih! Perkara es krim doang! Udahlah!" Rayan pergi meninggalkan Alex. Membuat Alex menatap kepergiannya dengan bingung. Mungkin Alex merasa kena mental karna di marahi Rayan. Kesannya jadi ia yang bersalah.
Setibanya di kamar, Rayan langsung saja membantingkan diri di atas kasur, tapi beberapa saat setelahnya dia langsung mengaduh sakit karna kepalanya kepentok dinding, terlihat jelas refleknya yang tengah mengusap-usap bagian kepalanya.
Rayan pun mencari posisi yang nyaman untuk berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya, dia terus saja memikirkan kejadian yang baru terjadi, mengingat setiap momen saat tubuhnya terhempas dan menabrak pohon, meski tidak begitu teringat jelas karna kecepatan tragedi yang tak dapat di jangkau mata, tapi Rayan mengingat rasa dari benturannya.
"Aku tidak merasa seperti terbentur di pohon. Rasanya seperti terbentur di matras? Selain itu saat aku terjatuh di tanah, rasanya aku tidak langsung terjatuh begitu saja. Tubuhku tertiup angin dan aku seperti melayang satu jengkal di atas tanah selama 2 detik sebelum pada akhirnya jatuh." Pikir Rayan dengan segenap logikanya.
"Apa itu hanya perasaanku saja?" Ia bertanya pada diri sendiri.
Pada akhirnya Rayan memilih untuk tidur saja dari pada terus memikirkannya karna itu akan membuat kepalanya menjadi sakit.
...----------------...
Pagi hari kemudian saat di sekolah.
Jika kalian menganggap itu adalah pagi yang tenang maka kalian telah salah! Karna itu adalah pagi yang di awali dengan kehebohan Alex.
"Ray! Akhirnya~! Akhirnya kita di terima jadi anggota osis!" Teriak Alex sambil menggoncang-goncang tubuh Rayan.
"Baguslah kalau begitu." Rayan berujar dengan tenang dan santai. Tapi setelahnya ia menyadari suatu keanehan. "Tunggu?! Apa? Kita?"
Alex mengangguk dengan antusias. "Maksudnya, aku juga?" Tunjuk Rayan pada diri sendiri. Alex kembali mengangguk.
"Sinting! Memangnya kapan aku pernah mengajukan pada osis kalau aku mau menjadi anggotanya?" Monolog Rayan bertanya tanya.
"Gue yang ngajuin kok, biar gue ada temannya."
Bagai petir di siang bolong yang menyambar segala fungsi otak Rayan, kini Rayan seperti orang linglung yang baru sadar kalau sudah di porotin.
"Kenapa kau ngajuin aku juga sih?! Akukan gak pernah bilang mau gabung osis!" Ujar Rayan memarahi Alex. Ekspresinya sungguh menyiratkan amarah dan kekesalan.
"Ya biar lu gak nganggurlah! Jadi murid tuh jangan cuma sepu-sepu aja. Harus gabung organisasi dong biar elite!"
Rayan terdiam sesaat untuk meredam kekesalannya, tapi ia penasaran akan satu hal. "Apa itu sepu-sepu?"
"Sekolah pulang - sekolah pulang." Jawab Alex seadanya, kali ini Rayan benar-benar terdiam sepenuhnya. Sudah tak ada lagi rangkaian kata di otaknya untuk di utarakan.
Pada saat itu, suara spiker sekolah berbunyi.
[Tes.. tes..]
[Panggilan untuk Langit Arayan Sagara dan Alex Sanjaya. Di mohon untuk segera ke ruang osis sekarang]
[Terimakasih]
Suara siswi dari balik pengeras suara membuat Alex menatap Rayan dengan tatapan persahabatannya.
"Yuk!" Ajaknya dengan santai.
"Yakyuk yakyuk monyong lu! Seneng banget jadi babu sekolah." Ujar Rayan yang kemudian pergi meninggalkan Alex.
Meski di tinggalkan, nyatanya Alex tetap ngikutin arah jalan Rayan. Yah.. itu karna tujuan mereka sama, yaitu ruang osis.
Sesampainya di ruang OSIS. Rayan memasang ekspresi bete saat berhadapan dengan Indra. Berbeda dengan Alex yang di penuhi semangat dan aura positif. Bahkan wajahnya masih sentiasa tersenyum berseri-seri.
"Pertama-tama aku ucapkan selamat pada kalian berdua karna telah bergabung dalam osis. Mulai sekarang kalian bisa memakai bros yang ada di dalam kotak kaca kecil di atas meja itu." Tunjuk Indra pada keberadaan benda tersebut.
"bros itu adalah tanda pengenal kalian sebagai osis, kalian harus memakai itu di kerah kiri kemeja kalian. Lalu yang ke dua, aku akan memberikan kalian tugas untuk meresmikan status kalian sebagai anggota osis." Ujarnya menimbulkan tanya di benak Rayan.
"Tugas?"
"Ya." Jawab Indra membenarkan, ia pun melanjutkan perkataannya.
"Kalian tahukan, sekolah ini di kelilingin oleh 4 taman. Aku dapat laporan kalau salah satu pohon di taman bagian barat ada sarang tawonnya, dan itu tawon yang berbahaya, karna bisa menyerang orang kapan saja. Jadi tugas kalian adalah menyingkirkan sarang tawon itu agar semua orang merasa aman. Lakukan hari ini juga agar tak ada korban jiwa"
Rayan terpikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalah itu dengan aman dan terjamin. "Kenapa kita tidak menelpon pemadam kebakaran saja? Bukankah tugas mereka juga menangani yang seperti ini?"
"Tapi menjaga keamanan lingkungan juga termasuk tugas osis. Dan jangan khawatirkan soal biaya rumah sakitnya nanti. Karna semua sudah di tanggung oleh pihak sekolah." Indra tersenyum ramah. Entah apa maksud dan tujuan dari senyuman itu.
"Mengapa dia berbicara seolah-olah kita pasti akan masuk rumah sakit?" Pikir Rayan.
"Baik, akan kami laksanakan!" Ujar Alex yang kemudian pergi dari ruangan tersebut bersama Rayan.
Sesampainya di taman bagian barat, Rayan mendongak menatap sarang tawon di atas pohon, itu adalah sarang yang cukup besar.
Jika ada yang bertanya dimana Alex, maka jawabannya dia ada 5 langkah di belakang Rayan.
Manusia itu sedang berjongkok di depan rumah semut yang tingginya selutut orang dewasa, mengamati tiap lubang yang ada di sana, sesekali menusuk-nusuk lubang tersebut dengan harapan agar semutnya keluar dari rumahnya.
Rayan menatap sekilas sosok Alex yang tengah berjongkok di belakangnya. "Alex! Lu ngapain sih? Ini tugas yang mempertaruhkan hidup dan mati kita udah di depan mata lho." Ujarnya pada sosok yang sedang membelakanginya.
Alex pun menghampiri Rayan dan berdiri di sampingnya, mendongak untuk menatap sarang tawon tersebut, mereka berdua masih memakai seragam sekolah, belum memakai peralatan khusus karna memang niat mereka cuma untuk mengamati dulu.
Namun, bagai anak yang memiliki kesialan melimpah. Entah bagaimana, tiba-tiba saja sarang tawon itu hancur. Tentu Rayan dan Alex langsung terkejut bukan main, tapi mereka tak sempat berlarut-larut dalam keterkejutan itu karna mereka harus memikirkan cara bertahan hidup.
"Oh...my...god!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
OBELISKC
Aplaus buat author yang sudah sukses bikin saya hooked dengan ceritanya 🙌
2023-10-16
0