GAVIN AND SISIL
"Pokoknya Sella nggak mau di jodohkan,Pah!!" Ucap kak Sella dengan tegas, matanya berkaca-kaca menatap Papah.
Hari ini, dimana hari yang begitu tidak terduga. Sungguh mengejutkan. Papah berniat akan menjodohkan kak Sella dengan laki-laki pilihan Papah sendiri.
Aku pun tidak tau kenapa tiba-tiba papah ingin menjodohkan kakak perempuan ku itu.
Aku sangat prihatin dengan kak Sella. Kakakku baru saja lulus kuliah S1 masa mau di nikahkan begitu saja, usianya pun masih sangat muda baru menginjak 24 tahun. Ya, memang sudah cukup umur untuk menikah. Tapi kenapa harus di jodohkan segala?.
Dan rencananya kak Sella akan melanjutkan kuliah S2 nya. Namu rencananya itu sirna begitu saja ketika Papah ingin menjodohkannya.
Karena Papah melarang kak Sella, tidak boleh melanjutkan kuliahnya jika sudah menikah nanti
hanya fokus mengurus suaminya.
Papah menatap kak Sella dengan tatapan tajamnya, menurutku itu tatapan yang sangat mengerikan. Terlihat tidak terima dengan penolakan kak Sella.
"Tidak Sella, kamu harus tetap papah jodohkan." Papah pun tetap kekeh dengan niatnya itu, tidak mau di bantah.
"Kalau begitu kenapa nggak Sisil saja yang di jodohkan pah? kenapa harus Sella!!" Sengit kak
Sella sambil melirikku yang duduk di sebelahnya.
Lantas aku pun langsung menatapnya dengan kening mengerut terkejut. Sedari tadi aku hanya diam menyimak, tapi kenapa harus kena semprot juga.
Dan apa maksud kak Sella? Kenapa malah memojokkan aku? tentu saja aku tidak mau jika harus di jodohkan.
Dan usiaku juga baru menginjak 18 tahun, aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Yang benar saja, masa depanku masih panjang aku masih ingin mencari pendidikan dan mengejar cita-cita ku.
Aku juga yakin, papah pasti tidak akan setuju dengan usulan kak Sella itu.
Seketika aku jadi merasa kesal dengan kak Sella, dan rasa kasian untuk kak Sella seketika mengikis. Masa mau mengorbankan aku adiknya.
Papah melirik aku yang cemberut dan kembali menatap kak Sella.
"Sella, kamu pikir adik kamu bisa apa jika menikah, haah? Usianya baru 18 tahun mana bisa dia urus Suaminya, mengurus dirinya saja tidak becus." Sahut Papah terdengar gram dengan kakakku.
Bibirku semakin mengerucut mendengar perkataan papah. Aku bisa kok urus diri aku sendiri tapi, kalau urus suami ya aku memang tidak bisa.
Terdengar kak Sella menghela nafas kasar.
"Tapi Pah Sella----."
"Cukup Sella, keputusan papah sudah bulat. Kamu tetap akan papah jodohkan!!" Tegas papah nampak tidak mau mendapatkan penolakan dari kak Sella atau pun dari siapapun itu.
Di ruangan keluarga ini sekarang kami berkumpul. Papah,Mama kak Sella dan juga kakak laki-lakiku yang usianya terpaut sembilan tahun denganku.
Namaku Sisil Clarista Aydin dan kakak Perempuanku bernama Arsella Olivia Aydin
sementara kakak laki-lakiku bernama Herry Putra Aydin. Dan nama papaku tentu saja pak Aydin Daendra yang terhormat sang pemilih perusahaan Aydin Group. Banyak orang yang menghormatinya dan menyeganinya.
Sementara nama mamahku Hoshiliana nyonya Aydin, selalu di panggil buk Liana.
"Pah, lagi pula buat apa Sella di jodohkan?" Tanya kakak laki-lakiku yang sedari tadi hanya diam sambil menatap papah dengan heran.
Papah terdengar menghela nafas berat. Kami semua menatap papah yang duduk di sofa yang bisa di duduki oleh dua orang, dan mamah ada di sampingnya, sementara aku dan dua kakakku duduk di sofa panjang.
"Kalian tidak perlu tau apa alasan papah dan motif papah yang akan menjodohkan Sella dengan anaknya pak Gibran!!" Jawab papah dengan raut wajah datarnya.
Aku mengerutkan kening, merasa tidak puas dengan jawaban papah.
Kenapa papah tidak ingin menjelaskan alasan yang tepat? kenapa harus menjodohkan kak Sella dengan anaknya pak Gibran?. Rasanya aku pernah mendengar nama pak Gibran. Ya karena namanya umum bukan?
Terdengar kakak perempuan ku kembali menghela nafas kasar dan raut wajahnya juga terlihat begitu marah.
Tiba-tiba kak Sella bangkit dari duduknya dengan raut wajah emosi dan kecewa.
Menatap papah dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sella tidak akan mau menikah deng laki-laki yang tidak Sella kenal sama sekali!!" Ucap kak Sella dengan tegas penuh penekanan, berharap papah akan mengerti dengan penolakannya itu.
Setelah mengatakan kalimat itu, kak Sella pun berjalan meninggalkan kami.
"Sella!!"
Panggil Papah sambil menatap punggung kak Sella yang sedang berjalan,nampaknya kan Sella tidak memperdulikan panggilan Papan.
"Sella, Papah peringatkan sama kamu kalau kamu tidak mau menerima perjodohan itu, Papah tidak akan menganggap kamu sebagai anak Papah!!"
Deg.
Ucap papah sontak membuat langkah kak Sella terhenti, dan membuat kami semua terkejut bukan main.
Sebegitu ingin kah papah menikahkan kak Sella dengan laki-laki itu sampai tidak mau menganggap kak Sella sebagai anak kandungnya sendiri jika kak Sella menolak perjodohan itu?
Sungguh, mengapa bisa papah bicara seperti itu? Kenapa papah tega sekali dengan kak Sella? Jika kak Sella tidak mau, seharusnya papah tidak perlu memaksanya, itu akan membuat kak Sella terluka.
Apa papah sadar dengan ucapannya itu?
Seketika aku tidak habis pikir dengan Papah.
"Pah."
Akhirnya mama berbicara sambil menatap papah dengan wajah yang nampak tidak habis pikir.
Papah hanya diam saja, tatapannya datar ke depan tanpa ekspresi.
Bangkit dari duduknya begitu saja dan berjalan menaiki anak tangga, meninggalkan kami semua yang terkejut dengan perkataannya.
Aku segera menatap punggung kak Sella yang bergetar, aku yakin saat ini kak Sella sedang menangis.
Dengan tiba-tiba kak Sella terjatuh duduk lemas di lantai dan terdengar terisak.
"Sella, nak!" Mamah langsung bangkit dari duduknya begitupun dengan aku dan kak Herry.
Kami menghampiri kak Sella yang terduduk lemas sambil terisak.
Mamah berjongkok di dekat kak Sella, menyentuh bahunya.
"Sella." Panggil mamah pelan terlihat dari matanya mamah pun ikut menangis.
Kak Sella menatap mamah dengan mata yang berlinang.
"Kenapa papah tega sama Sella mah?" Tanya kak Sella dengan suaranya yang bergetar.
"Apa Sella bukan anak Papah? Sa-sampai papah tega seperti itu, hiks". Lanjut kak Sella dengan di iringi isakan.
Mamah menggeleng pelan.
"Tidak nak, maafkan mamah tidak bisa membantu kamu." Mamah memeluk kak Sella berusaha untuk menenangkannya.
"Hikss, kenapa Papah begitu tega sama Sella."
Kak Sella terisak menangis di pelukan mamah.
Sungguh, aku tidak tega melihat kak Sella menangis seperti itu. Mataku rasanya memanas, tiba-tiba bulir bening keluar membasahi pipi.
Kenapa hidup kak Sella jadi seperti ini?.
Nyaris sempurna. Cantik pintar banyak cowok yang mengaguminya, tapi kenapa jadi seperti ini? Kenapa papah tega sekali memaksa Kak Sella untuk menikah dengan pria asing itu. Pria yang bahkan tidak pernah bertemu dengan kak Sella.
"Sabar Sel." Ucap kak Herry. Terlihat dari matanya kak Herry berkaca-kaca.
Aku berjalan lalu memeluk kakak laki-lakiku.
"Kasian kak Sella." Ucapku pelan dalam pelukan kak Herry.
Kak Herry mengelus lembut punggungku.
Tangisan kak Sella membuat hatiku mencelos. seharusnya Papah tidak seperti ini.
"Sisil." Panggil mamah tiba-tiba lalu mendongakkan kepalanya menatapku, posisi mamah masih sama memeluk kak Sella.
Aku pun melepaskan pelukan dari kak Herry, lalu mengusap pipiku yang basah.
"Kenapa mah?" Tanyaku dengan suara tercekat karena menahan tangis sambil menatap mamah.
Mamah tidak segera menjawab, tatapan Mamah kembali berlatih kepada Kak Sella.
"Ayok sayang bangun." Ucap mamah dan membantu kak Sella untuk berdiri.
Kini keduanya berdiri. Mamah menatap aku dengan tatapan yang entahlah. Seperti ada keinginan dari tatapannya itu, dan ada kecemasan juga.
"Sisil, kamu kasian sama kakak kamu kan?" Tanya mamah dan tatapannya berubah serius menatap aku.
Aku mengangguk cepat. Tentu saja aku kasian dengan kak Sella yang tiba-tiba akan di jodohkan oleh papah. Lantas kenapa mamah bertanya seperti itu kepadaku?
"Kalau begitu----" Mamah terdiam raut wajahnya. nampak ragu.
Aku semakin penasaran di buatnya. Mamah akan bicara apa, kelihatannya begitu serius.
"Mamah mohon ka-kamu yang mau di jodohkan!!"
Deg.
Aku langsung mengerjap terkejut mendengar ucapan mamah.
Terlihat kak Herry dan kak Sella pun nampak terkejut dengan ucapan mamah.
Kenapa mamah bicara seperti itu? Kenapa jadi aku yang harus di jodohkan? Apa Mamah tidak sedang bercanda?
"Ma-maksud mamah?" Tanyaku dengan suara gemetar.
Aku harap Mamah hanya bercanda saja, karena tidak mungkin buka Mamah Setega itu denganku.
Mamah terdengar menghela nafas berat sambil mengalihkan pandangannya dari aku, sementara air matanya terus menetes.
Beberapa saat kami hanya diam. Aku menunggu penjelasan dari mamah dengan jantung berdetak tidak karuan.
"Kamu tau sendiri kan? Kalau kakak kamu sudah mendaftarkan dirinya untuk kuliah menjalankan S2 nya? Dan mamah nggak mau gara-gara perjodohan itu kakak kamu jadi batal menjalankan kuliah S2 nya.
Perjuangan kakak kamu sudah panjang tidak mungkin perjuangannya menjadi wanita karir terbuang sia-sia hanya karena perjodohan itu. Dan,mamah harap kamu lah yang mau di jodohkan dengan pria itu, karena kamu belum menjalankan kuliah. Dan mamah juga nggak mau, cita-cita kakak kamu sampai hancur di tengah jalan."
Seolah dunia berhenti berputar, suasana jadi hening seketika dan tubuhku juga terasa gemetar, kakiku terasa lemas hatiku menclos mendengar penjelasan panjang Mamah.
Benar kah mamah mau mengorbankan aku demi karir kak Sella? Dan mamah tidak perduli dengan masa depan aku, masa depan anak bungsunya?.
Usiaku masih begitu muda untuk menikah dan cita-citaku juga sangat tinggi. Seperti cita-cita kak Sella yang ingin menjadi wanita karir.
Mataku berkaca-kaca menatap Mamah.
Sebegitu sayang kah mamah dengan kak Sella? Sampai-sampai mau mengorbankan anak bungsunya ini.
Mata ku memanas, bulir bening luruh begitu saja. Sungguh, aku tidak menyangka Mamah akan setega ini kepada ku.
"Iya Sil, kamu yang mau di jodohkan ya, kakak mohon!!"
Kak Sella meraih kedua tanganku memohon agar aku yang mau di jodohkan dan bukan dirinya.
Aku melepaskan tangan kak Sella yang mencekal tanganku, menatap mamah dengan tatapan kecewa. Dan mamah sepertinya menyadari sesuatu.
"Mah, mamah tega mengorbankan Sisil demi karir Sella? Apa mamah tidak berpikir sebelum berbicara? Mamah pikir hanya Sella saja yang ingin menjadi wanita karir dan meraih cita-citanya? Mamah pikir Sisil tidak menginginkan itu semua meraih cita-citanya?" Ucap kak Herry dengan raut wajahnya yang masih terkejut.
Terdengar kak Herry pun tidak habis pikir dengan perkataan mamah.
Mamah menggeleng pelan, wajahnya pun berubah pucat dan menegang.
"Sisil."
Mamah ingin meraih tanganku namun aku langsung menghindar, mundur satu langkah ke belakang.
Mamah benar-benar tidak menyayangi aku, tidak menginginkan anak bungsunya ini meraih cita-citanya, menjadi orang sukses?. Mamah hanya memikirkan perasaan Kak Sella, hanya memikirkan karir kak Sella.
"Mamah sama kakak tega." Lirih ku dengan suara gemetar.
"Mengorbankan Sisil. Usia Sisil baru 18 tahun mah, sementara usia kak Sella sudah menginjak 24 tahun dan sudah cukup umur untuk menikah, kalaupun ingin melanjutkan kuliah tidak masalah jika sudah menikah. Sementara Sisil? mau di bawa kemana pernikahan itu mah." Ucapku dengan suara tercekat menahan tangis.
Mamah menggeleng, kembali ingin meraih tanganku tapi aku langsung menghindar.
"Mamah tidak sayang sama Sisil, tidak memikirkan masa depan Sisil, Mamah hanya memikirkan anak ke sayangan mamah itu." Aku berbicara sambil melirik kak Sella
"Sudah lah Sil, kamu selalu menyusahkan Mamah sama Papah, kamu susah di atur dan manja, lebih baik kamu yang di jodohkan. Mamah benar, kakak tidak bisa meninggalkan karir kaka begitu saja yang sudah kakak bangun." Kak Sella berucap dengan tidak berperasaan.
Aku tersenyum getir mendengar perkataan kakak Perempuanku itu.
"Justru itu Sisil susah di atur kak, jadi Sisil tidak akan pernah sudi menggantikan kak Sella untuk di jodohkan dengan pria itu". Tegas ku.
Setelah mengatakan itu aku berjalan menaiki anak tangga dengan hati yang hancur.
Ya, mamah memang selalu mengutamakan kak Sella di bandingkan aku anak bungsunya sendiri. Seolah kak Sella begitu spesial, sementara aku? Hanya beban untuknya?
Kak Sella memang begitu sempurna, berkuliah dengan uangnya sendiri dan papah hanya membantunya sedikit saja. Kak Sella juga sudah memiliki usaha sendiri berupa kafe.
"Sisil, maafkan mamah". Teriak mamah.
Namun aku tidak memperdulikannya, terus berjalan menuju kamarku dengan hati yang terasa sakit.
Aku akui jika aku sedikit nakal dan susah di atur, tapi apa Mamah harus mengorbankan aku? Apa tidak ada rasa sayang di hati Mamah untuk aku?
Sekarang aku sudah berada di kamar, duduk di tepi ranjang sambil menangis.
"Sisil,mamah mohon kamu yang mau di jodohkan."
Perkataan mamah kembali teringat.
Mamah tidak memikirkan perasaan aku, apa mamah memang tidak menyayangi aku? Aku juga anak kandungnya tapi kenapa mamah tega seperti itu?
"Mamah tega banget, hiks." Gumamku sambil terisak.
Tok tok.
Pintu kamar tiba-tiba di ketuk, aku mengusap kasar pipiku saat seseorang membuka pintu kamar.
Tidak lama kemudian seseorang masuk dan itu ternyata kak Herry.
Kak Herry menatapku yang hanya diam sambil menundukkan kepala.
Kak Herry berjalan mendekati aku lalu duduk di sebelah aku.
Mengelus kepala aku dengan lembut, seketika aku mendongak menatapnya, air mata kembali keluar.
"Apa mamah memang tidak sayang sama Sisil kak?" Tanya ku dengan suara gemetar.
Kak Herry menggeleng, lalu membawa aku ke dalam pelukannya.
"Pikiran mamah sedang kalut, mamah sayang sama kamu dek. Mamah berpikir seperti itu karena mamah tidak tau harus berbuat apa untuk menolak perjodohan itu." Ucap kak Herry seperti berusaha menenangkan aku.
"Hiks. Tapi kenapa mamah harus bicara seperti itu, seolah-olah masa depan aku suram dan Sisil tidak akan pernah sukses jika menjadi wanita karir, mamah hanya memikirkan perasaan kak Sella saja, hiks."
Kak Herry hanya diam sambil mengusap usap punggungku.
"Jika mamah sama papah meminta kamu untuk menikah dengan pria itu kakak tidak akan membiarkannya, kakak akan menentangnya sebisa kakak. Kamu tenang saja ada kakak di sini. Kakak tidak akan membiarkan adik perempuan kak yang cantik ini hancur dan tidak bisa meraih cita-citanya. Kamu harus tetap berjuang meraih cita-cita kamu!!".
Ucapan kak Herry sedikit membuat hatiku tenang. Setidaknya ada Kaka Herry yang nanti akan membela aku jika saja Mamah meminta Papah agar aku lah yang di jodohkan dan bukan kak Sella.
Kak Herry memang berbeda dengan kak Sella. Dia begitu menyayangi aku sebagai adik bungsunya, kak Herry pun sangat menyayangi kak Sella, walaupun tadi kak Herry tidak bisa membela kak Sella untuk tidak di jodohkan karena mendengar ancaman papah.
Dan kak Herry satu-satunya orang yang selalu mengerti aku. Aku selalu membagi cerita dengannya, entah itu tentang di sekolah ataupun tentang cita-citaku yang ingin menjadi wanita karir dan sukses, kak Herry begitu mendukung cita-citaku itu.
Sebagai kakak laki-laki kak Herry begitu baik dan penyayang, tidak pernah membanding-bandingkan antara aku dan kak Sella. Di matanya kami adalah adik kecil yang haru ia jaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
mampir kak..
2023-12-02
2
ule_keke (IG: ule_keke26)
mampir Thor🤗
2023-12-02
2