NovelToon NovelToon

GAVIN AND SISIL

Rencana perjodohan

"Pokoknya Sella nggak mau di jodohkan pah". Ucap kak Sella dengan tegas,matanya berkaca-kaca sambil menatap papah.

Hari ini,dimana hari yang begitu tidak terduga. Sungguh mengejutkan. Papah berniat akan menjodohkan kak Sella dengan laki-laki pilihan papah sendiri.

Aku pun tidak tau kenapa tiba-tiba papah ingin menjodohkan kakak perempuan ku itu.

Aku sangat prihatin dengan kak Sella. Kakakku baru saja lulus kuliah S1,masa mau di nikahkan begitu saja,usianya pun masih sangat muda, baru menginjak 24 tahun. Ya,memang sudah cukup umur sih untuk menikah. Tapi kenapa harus di jodohkan segala?.

Dan rencananya kak Sella akan melanjutkan kuliah S2 nya. Namu harapannya seketika sirna ketika papah ingin menjodohkannya.

Papah melarang kak Sella tidak boleh melanjutkan kuliahnya jika sudah menikah nanti,hanya fokus mengurus suaminya.

Papah menatap kak Sella dengan tatapan tajamnya,tatapan yang sangat mengerikan. Terlihat tidak terima dengan penolakan kak Sella.

"Tidak Sella,kamu harus tetap papah jodohkan". Papah pun tetap kekeh dengan niatnya itu.

"Kalau begitu kenapa nggak Sisil saja yang di jodohkan pah,kenapa harus Sella!!". Sengit kak

Sella sambil melirikku yang duduk di sebelahnya.

Lantas aku pun langsung menatapnya dengan kening mengerut terkejut. Sedari tadi aku hanya diam saja menyimak,kenapa harus kena semprot juga.

Apa maksud kak Sella? kenapa malah memojokkan aku? tentu saja aku tidak mau jika harus di jodohkan.

Dan usiaku juga baru menginjak 18 tahun,aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Yang benar saja,masa depanku masih panjang,aku masih ingin mencari pendidikan dan mengejar cita-cita ku.

Aku juga yakin, papah pasti tidak akan setuju dengan usulan kak Sella itu.

Entah mengapa aku jadi merasa kesal dengan kak Sella. Masa mau mengorbankan aku adiknya.

Papah melirik aku dan kembali menatap kak Sella.

"Sella,kamu pikir adik kamu bisa apa jika menikah,haah?. Usianya juga baru 18 tahun mana bisa dia urus Suaminya,mengurus dirinya saja tidak becus". Sahut papah terdengar gram dengan kakakku.

Aku sedikit mengerucutkan bibir mendengar perkataan papah sambil menundukan pandangan. Aku bisa kok urus diri aku sendiri,kalau urus suami,ya aku memang tidak bisa.

Terdengar kak Sella menghela nafas kasar.

"Tapi pah Sella ---".

"Cukup Sella,keputusan papah sudah bulat,kamu tetap akan papah jodohkan!!". Tegas papah,nampak tidak mau mendapatkan penolakan dari kak Sella atau pun dari siapapun itu.

Di ruangan keluarga ini,sekarang kami berkumpul. Papah,mama kak Sella dan juga kakak laki-lakiku yang usianya terpaut sembilan tahun denganku.

Namaku Sisil Clarista Aydin,dan kakak Perempuanku bernama Arsella Olivia Aydin,sementara kakak laki-lakiku bernama Herry Putra Aydin. Dan nama papaku,tentu saja pak Aydin Daendra yang terhormat sang pemilih perusahaan Aydin Group. Banyak orang yang menghormatinya dan menyeganinya.

Sementara nama mamahku Hoshiliana nyonya Aydin,selalu di panggil buk Liana.

"Pah,lagi pula buat apa Sella di jodohkan?". Tanya kakak laki-lakiku yang sedari tadi hanya diam sambil menatap papah dengan heran.

Papah terdengar menghela nafas berat. Kami semua menatap papah yang duduk di sofa yang bisa di duduki oleh dua orang,dan mamah ada di sampingnya,sementara aku dan dua kakakku duduk di sofa panjang.

"Kalian tidak perlu tau apa alasan papah dan motif papah yang akan menjodohkan Sella dengan anaknya pak Gibran!!". Jawab papah dengan raut wajah datarnya.

Aku mengerutkan kening,merasa benar-benar tidak puas dengan jawaban papah.

Kenapa papah tidak ingin menjelaskan alasan yang tepat?,kenapa harus menjodohkan kak Sella dengan anaknya pak Gibran?. Rasanya aku pernah mendengar nama pak Gibran. Ya,karena namanya umum bukan?.

Terdengar kakak perempuan ku kembali menghela nafas kasar dan raut wajahnya juga terlihat begitu marah.

Tiba-tiba kak Sella bangkit dari duduknya dengan raut wajah emosi dan kecewa.

Menatap papah dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sella tidak akan mau menikah deng laki-laki yang tidak Sella kenal sama sekali!!". Ucap kak Sella dengan tegas penuh penekanan,berharap papah akan mengerti dengan penolakannya itu.

Setelah mengatakan kalimat itu kak Sella pun berjalan meninggalkan kami.

"Sella!!". Panggil papah sambil menatap punggung kak Sella yang sedang berjalan.

"Sella papah peringatkan sama kamu,kalau kamu tidak mau menerima perjodohan itu,papah tidak akan menganggap kamu sebagai anak papah!!".

Deg.

Ucap papah sontak membuat langkah kak Sella terhenti,dan membuat kami semua terkejut bukan main.

Sebegitu ingin kah papah menikahkan kak Sella dengan laki-laki itu?,sampai tidak mau menganggap kak Sella sebagai anak kandungnya sendiri jika kak Sella menolak perjodohan itu?.

Sungguh,mengapa bisa papah bicara seperti itu?. Kenapa papah tega sekali dengan kak Sella? Jika kak Sella tidak mau seharusnya papah tidak perlu memaksanya,itu akan membuat kak Sella terluka.

Apa papah sadar dengan ucapannya itu?.

Seketika aku tidak habis pikir dengan papah.

"Pah".

Akhirnya mama berbicara sambil menatap papah dengan wajahnya yang nampak tidak habis pikir.

Papah hanya diam saja, tatapannya datar ke depan tanpa ekspresi.

Bangkit dari duduknya begitu saja dan berjalan menaiki anak tangga,meninggalkan kami semua yang terkejut dengan perkataannya.

Aku segera menatap punggung kak Sella yang bergetar,aku yakin saat ini kak Sella sedang menangis.

Dengan tiba-tiba kak Sella terjatuh duduk dengan lemas di lantai dan terdengar terisak.

"Sella,nak". Mamah langsung bangkit dari duduknya begitupun dengan aku dan kak Herry.

Kami menghampiri kak Sella yang terduduk lemas sambil terisak.

Mamah berjongkok di dekat kak Sella lalu menyentuh bahunya.

"Sella". Panggil mamah pelan terlihat dari matanya mamah pun ikut menangis.

Kak Sella menatap mamah dengan mata yang berlinang.

"Kenapa papah tega sama Sella mah?!!". Tanya kak Sella dengan suaranya yang bergetar.

"Apa Sella bukan anak papah?,sa-sampai papah tega seperti itu,hiks". Lanjut kak Sella dengan di iringi isakan.

Mamah menggeleng pelan.

"Tidak nak,maafkan mamah tidak bisa membantu kamu". Mamah memeluk kak Sella berusaha untuk menenangkannya.

"Hikss,papah begitu tega sama Sella".

Kak Sella terisak menangis di pelukan mamah.

Sungguh,aku tidak tega melihat kak Sella menangis seperti itu. Mataku rasanya memanas,tiba-tiba air bening keluar membasahi pipi.

Kenapa hidup kak Sella jadi seperti ini?.

Nyaris sempurna. Cantik pintar banyak cowok yang mengaguminya,tapi kenapa jadi seperti ini?,kenapa papah tega sekali memaksanya untuk menikah dengan pria asing itu.

"Sabar Sel". Ucap kak Herry,terlihat dari matanya kak Herry berkaca-kaca,mungkin tidak tega juga dengan adiknya.

Aku berjalan lalu memeluk kakak laki-lakiku.

"Kasian kak Sella". Ucapku pelan dalam pelukan kak Herry.

Kak Herry mengusap punggungku.

"Sisil". Panggil mamah tiba-tiba lalu mendongakkan kepalanya menatapku, posisi mamah masih sama memeluk kak Sella.

Aku pun melepaskan pelukan dari kak Herry,lalu mengusap pipiku yang basah.

"Kenapa mah?". Tanyaku sambil menatap mamah.

"Ayok sayang bangun". Ucap mamah dan membantu kak Sella untuk berdiri.

Kini keduanya berdiri. Mamah menatap aku dengan tatapan entahlah. Seperti ingin meminta sesuatu kepadaku.

"Sisil,kamu kasian sama kakak kamu kan?!!". Tanya mamah dan tatapannya begitu terlihat serius.

Aku mengangguk cepat. Tentu saja aku kasian dengan kak Sella yang tiba-tiba akan di jodohkan begitu saja oleh papah. Lantas kenapa mamah bertanya seperti itu kepadaku?.

"Kalau begitu----mamah mohon kamu yang mau di jodohkan!!".

Deg.

Aku langsung mengerjap terkejut mendengar ucapan mamah. Jantungku seketika berdetak kencang,keningku mengerut.

Terlihat kak Herry dan kak Sella pun nampak terkejut dengan ucapan mamah.

Kenapa mamah berbicara seperti itu,kenapa jadi aku yang harus di jodohkan?.

"Maksud mamah?". Tanyaku tidak paham.

Apa mamah hanya bercanda saja?.

Mamah terdengar menghela nafas berat sambil mengalihkan pandangannya dari aku sementara air matanya terus menetes dan kembali menatap aku dengan tatapan yang begitu serius.

"Kamu tau sendiri kan?,kalau kakak kamu sudah mendaftarkan dirinya untuk kuliah menjalankan S2 nya?. Dan mamah nggak mau,gara-gara perjodohan itu kakak kamu jadi batal menjalankan kuliah S2 nya.

Perjuangan kakak kamu sudah panjang,tidak mungkin perjuangannya menjadi wanita karir terbuang sia-sia hanya karena perjodohan itu. Dan mamah harap,kamu lah yang mau di jodohkan dengan pria itu,karena kamu belum menjalankan kuliah. Dan mamah juga nggak mau,cita-cita kakak kamu sampai hancur di tengah jalan".

Seolah dunia berhenti berputar ketika mendengar penjelasan panjang dari mamah. Suasana jadi hening seketika dan tubuhku juga terasa menegang.

Benar kah mamah mau mengorbankan aku demi karir kak Sella? dan mamah tidak perduli dengan masa depan aku sendiri,masa depan anak bungsunya?.

Usiaku masih begitu muda untuk menikah,dan cita-citaku juga sangat tinggi. Seperti cita-cita kak Sella,yang ingin menjadi wanita karir.

Seketika aku tambah tidak habis pikir dengan mamah,segitu sayang kah mamah kepada kak Sella?,sampai-sampai mau mengorbankan anak bungsunya ini.

Mata ku memanas,bulir bening seketika menetes. Sungguh,aku tidak menyangka mamah akan berkata seperti itu.

"Iya Sil,kamu yang mau di jodohkan ya, kakak mohon!!".

Kak Sella meraih kedua tanganku memohon agar aku yang mau di jodohkan dan bukan dirinya.

Aku melepaskan tangan kak Sella yang mencekal tanganku,menatap mamah dengan tatapan kecewa. Dan mamah seperti menyadari sesuatu.

"Mah,mamah tega mengorbankan Sisil demi karir Sella? Apa mamah tidak berpikir sebelum berbicara?,mamah pikir hanya Sella saja yang ingin menjadi wanita karir dan meraih cita-citanya?,mamah pikir Sisil tidak menginginkan itu semua meraih cita-citanya?". Ucap kak Herry dengan raut wajahnya yang masih nampak terkejut.

Terdengar kak Herry pun tidak habis pikir dengan perkataan mamah.

Mamah menggeleng pelan,wajahnya pun berubah pucat dan menegang.

"Sisil".

Mamah ingin meraih tanganku namun aku langsung menghindar, mundur satu langkah ke belakang.

Mamah benar-benar tidak menyayangi aku,tidak menginginkan anak bungsunya ini meraih cita-citanya menjadi orang sukses?.

"Mamah sama kakak tega". Ucapku dengan suara yang bergetar.

"Mengorbankan Sisil. Usia Sisil baru 18 tahun mah,sementara usia kak sella sudah menginjak 24 tahun dan sudah cukup umur menikah,kalaupun ingin melanjutkan kuliah,tidak masalah jika sudah menikah,sementara Sisil? mau di bawa kemana pernikahan itu mah". Ucapku dengan suara tercekat,menatap mamah dengan air mata yang terus mengalir.

"Mamah tidak sayang sama Sisil,tidak memikirkan masa depan Sisil,mamah hanya memikirkan anak ke sayangan mamah itu". Aku berbicara sambil melirik kak Sella

Mamah kembali menggelengkan kepalanya terlihat panik.

"Sudah lah Sil,kamu selalu menyusahkan mamah sama papah,kamu susah di atur dan manja,lebih baik kamu yang mau di jodohkan. Mamah benar,kakak tidak bisa meninggalkan karir kaka begitu saja yang sudah kakak bangun".

Aku tersenyum getir mendengar perkataan kakak Perempuanku itu.

"Justru itu Sisil susah di atur kak,jadi Sisil tidak akan pernah sudi menggantikan kak Sella untuk di jodohkan dengan pria itu". Tegas ku.

Setelah mengatakan itu aku berjalan menaiki anak tangga dengan hati yang hancur.

Ya,mamah memang selalu mengutamakan kak Sella di bandingkan aku anak bungsunya sendiri. Seolah kak Sella begitu spesial,sementara aku? hanya beban untuknya?.

Kak Sella memang begitu sempurna,berkuliah dengan uangnya sendiri,dan papah hanya membantunya sedikit saja. Dan kak Sella juga sudah memiliki usaha sendiri berupa kafe.

"Sisil,maafkan mamah". Teriak mamah.

Namun aku tidak memperdulikannya,terus berjalan menuju kamarku,dengan hati yang terasa sakit.

Aku akui jika aku sedikit nakal dan susah di atur,tapi apa mamah memang harus mengorbankan anak bungsunya ini?.

Sekarang aku sudah berada di kamar,duduk di tepi ranjang sambil menangis.

"Sisil,mamah mohon kamu yang mau di jodohkan".

Perkataan mamah kembali teringat.

Mamah tidak memikirkan perasaan aku,apa mamah memang tidak pernah menyayangi aku?,aku juga anak kandungnya,tapi kenapa mamah seperti itu?.

"Mamah tega banget,hiks". Gumamku sambil terisak.

Tok tok.

Pintu kamar tiba-tiba di ketuk,aku mengusap kasar pipiku saat seseorang membuka pintu kamar.

Tidak lama kemudian seseorang masuk,dan itu ternyata kak Herry.

Kak Herry menatapku yang hanya diam sambil menundukkan kepala.

Kak Herry berjalan mendekati aku lalu duduk di sebelah aku.

Mengelus kepala aku dengan lembut,seketika aku mendongak menatapnya,air mata kembali keluar.

"Apa mamah memang tidak sayang sama Sisil kak?". Tanya ku dengan suara bergetar.

Kak Herry menggeleng,lalu membawa aku ke dalam pelukannya.

"Pikiran mamah sedang kalut,mamah sayang sama kamu dek. Mamah berpikir seperti itu karena mamah tidak tau harus berbuat apa untuk menolak perjodohan itu". Ucap kak Herry seperti berusaha menenangkan aku.

"Hiks. Tapi kenapa mamah harus berbicara seperti itu,seolah-olah masa depan aku suram,dan Sisil tidak akan pernah sukses jika menjadi seorang wanita karir,mamah hanya memikirkan perasaan kak Sella saja,hiks".

Kak Herry hanya diam sambil mengusap usap punggungku.

"Jika mamah sama papah meminta kamu untuk menikah dengan pria itu,kakak tidak akan membiarkannya,kakak akan menentangnya sebisa kakak. Kamu tenang saja ada kakak di sini. Kakak tidak akan membiarkan adik perempuan kak yang cantik ini hancur dan tidak bisa meraih cita-citanya. Kamu harus tetap berjuang meraih cita-cita kamu!!".

Ucapan kak Herry sedikit membuat hatiku tenang. Setidaknya ada Kaka Herry yang nanti akan membela aku jika saja mamah meminta papah agar aku lah yang di jodohkan dan bukan kak Sella.

Kak Herry memang berbeda dengan kak Sella. Dia begitu menyayangi aku sebagai adik bungsunya,kak Herry pun sangat menyayangi kak Sella,walaupun tadi kak Herry tidak bisa membela kak Sella untuk tidak di jodohkan karena mendengar ancaman papah.

Dan kak Herry satu-satunya orang yang selalu mengerti aku. Aku selalu membagi cerita dengannya,entah itu tentang di sekolah ataupun tentang cita-citaku yang ingin menjadi wanita karir dan sukses,kak Herry begitu mendukung cita-citaku itu.

Sebagai kakak laki-laki,kak Herry begitu baik dan penyayang,tidak pernah membanding-bandingkan aku dan kak Sella. Di matanya kami adalah adik kecil yang haru ia jaga.

Trauma

POV author.

"Mamah,Sella nggak mau di jodohkan titik!!". Tegas Sella.

Sella dan Liana saat ini sedang berada di kamarnya Sella.

Sedari tadi Sella tidak bisa diam,terus berjalan ke sana kemari sambil ngedumel tidak mau di jodohkan. Sementara Liana tengah duduk di sofa kamarnya Sella,merasa pusing dengan situasi ini. Memijat-mijat pelipisnya berharap pusing ini akan segera menghilang.

Liana pun tidak tau dan tidak mengerti. Mengapa suaminya tiba-tiba sekali ingin menjodohkan putri ke sayangannya dengan pria yang entahlah siapa pria itu.

Liana menghela nafas berat,lalu menatap Sella.

Bagaimana Sella akan menjalankan pernikahan itu? Sementara Sella saja sudah menolak perjodohan itu dengan mentah-mentah?. Kenapa juga suaminya begitu kekeuh ingin menjodohkan Sella. Aneh sekali menurut Liana.

Dan seharusnya Aydin membicarakannya terlebih dahulu tentang perjodohan ini kepadanya. Liana sebagai istri seketika merasa tidak di hargai. Aydin memutuskannya begitu saja tanpa memberi tahunya terlebih dahulu.

"Sella Nak,duduk sini kita cari solusinya".

Melihat Sella yang tidak bisa diam,itu makin membuat Liana tambah pusing.

Sella berhenti mondar mandi,lalu menatap mamahnya dengan raut wajah sedih. Dengan sedikit lemas Sella pun berjalan dan duduk di sebelah mamahnya.

"Solusi apa mah?". Tanya Sella yang tampak begitu frustasi.

Melihat Sella yang nampak begitu frustasi membuat Liana merasa khawatir.

Liana menghela nafas berat.

"Mamah akan coba bujuk papah agar tidak menjodohkan kamu dengan pria itu". Ucap Liana berusaha meyakinkan Sella bahwa dirinya pasti bisa membujuk Aydin.

Sella menghela nafas sambil menganggukan kepalanya. Kini Sella berharap penuh kepada mamahnya. Semoga Liana bisa membujuk Aydin agar tidak menjodohkan Sella dengan pria itu.

"Yasudah mah,semoga mamah bisa membujuk papah!!".

Sella begitu berharap kepada Liana. Semoga Aydin akan mendengarkan ucapan istrinya.

Liana hanya mengangguk.

"Yaudah kamu istirahat ya,jangan di pikirkan serahkan semuanya kepada mamah. Mamah yakin,mamah bisa membujuk papah. Kamu berdoa semoga papah akan berubah pikiran". Ucap Liana sambil mengelus kepala Sella dengan sayang.

Sella hanya mengangguk. Merasa beruntung ada tameng pelindung untuknya membatalkan perjodohan itu,ternyata mamahnya juga tidak setuju dengan perjodohan yang papahnya buat.

Liana bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar Sella.

Sebenarnya Liana pun tidak yakin. Apa dirinya bisa membujuk suaminya yang keras kepada itu?.

Jika Aydin sudah berkata B maka tidak bisa di ganggu gugat lagi,mereka harus tetap mengikuti ucapannya. Oleh karena itu Liana merasa ragu jika dirinya bisa membujuk Aydin.

Walaupun begitu Liana akan tetap membujuknya. Liana tidak mau Sella terus bersedih.

......................

Malam harinya.

Sedari siang Sisil tidak keluar dari kamarnya.

Merasa benar-benar kesal dengan sikap mamah dan kakak perempuannya itu. Sungguh betapa tega mamahnya itu menyuruh dirinya untuk menggantikan Sella yang akan di jodohkan.

Sisil menghela nafas kasar,lalu bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju meja belajar,meraih benda pipih miliknya yang tergeletak di atas meja,dan duduk di kursi belajar,mengotak Atik ponselnya itu.

Ting.

Satu pesan masuk kedalam benda pipih itu. Lantas Sisil langsung melihat pesan chat yang berada di aplikasi hijau.

FOUR BEAUTIFUL WOMEN.

(RIRIN)

[ngumpul yuk guyss masih sore nih baru jam tujuh malam].

(KAILLA)

[Iya nih yok nongkrong di kafe orang tua gue aja!!!].

(VANIA)

[Oke gue sih ayo-ayo aja!!].

(RIRIN)

[@Sisil,mau ikut gak?,diam-diam aja lu mah].

(VANIA)

[Tau nih nyimak Mulu].

Sisil membuka salah satu grup chat yang merupakan grup dirinya dan juga teman-temannya,dengan nama grup FOUR BEAUTIFUL WOMEN.

Terdapat nama-nama orang yang ada di sana,yaitu. Ririn,Kailla dan Vania.

Mereka sudah berteman cukup lama. Bisa di bilang sahabat.

Kini Sisil mengetik sesuatu untuk membalas chat dari teman-temannya.

[Oke gue ikut!]. Balas Sisil.

Setelah itu langsung bangkit dari duduknya.

Merasa bosan dan pengap di rumah terus,lebih baik Sisil mencari udara segar di luar.

Sisil membuka lemari besarnya berniat untuk mengganti pakaian.

"Lebih baik cari angin di luar daripada di rumah ngomongin-nya perjodohan Mulu!!". Gumam Sisil sambil mencari-cari baju.

Setelah menemukan baju yang ingin ia pakai,Sisil pun segera mengganti pakaiannya.

Beberapa menit kemudian,kini Sisil sudah rapih.

Menggunakan baju kemeja putih polos lengan pendek dan celana jeans di atas lutut tidak terlalu ketat. Rambut sepinggangnya di urai indah. Dengan makeup tipis natural namun terlihat sangat cantik.

Meraih tas yang tergantung,dan memasukan handphonenya kedalam tas.

Setelah itu Sisil pun kelaut dari kamarnya.

Berjalan menuruni anak tangga.

Setelah berada di lantai bawah,di ruang tengah Sisil melihat papah dan mamahnya yang sedang duduk santai di sofa.

Sisil berjalan mendekati mereka dengan senyuman yang mengembang. Lalu menatap mamah dan papahnya yang sedang fokus melihat acara televisi.

"Emm,pah". Ucap Sisil dengan sedikit ragu-ragu.

dengan serempak keduanya menoleh menatap Sisil yang berdiri tidak jauh dari sofa.

"Mau kemana Sil?". Tanya Liana terlihat heran melihat penampilan Sisil yang rapi.

Jika rapih seperti ini Liana sudah bisa menebak,pasti anak bungsunya ini akan pergi keluar. Sisil memang suka sekali keluar rumah di saat malam hari.

Sisil masih kesal dengan mamahnya. Memalingkan pandangannya dari Liana lalu menatap papahnya. Tidak berniat menanggapi mamahnya.

"Pah,Sisil izin keluar sebentar mau ketemu sama teman-teman Sisil!!". Ucap Sisil meminta izin.

Liana menghela nafas berat,ketika Sisil mengabaikannya. Pasti Sisil masih begitu marah dengan kejadian siang tadi.

"Buat apa minta izin? Biasanya juga nggak minta izin!". Sahut Aydin sedikit ketus, memalingkan pandangannya kembali menatap layar televisi.

Sisil mengerucutkan bibirnya sedikit dengan jari-jemarinya yang saling bertaut.

Ya,Sisil memang selalu keluar malam. Namun pulangnya tidak terlalu larut. Jam sembilan malam Sisil sudah ada di rumah.

Jika di atas jam sembilan malam Sisil masih belum ada di rumah,maka papah ataupun kakak laki-lakinya akan memarahinya dobel.

Ya dobel. memarahinya karena tidak meminta izin ketika keluar dari rumah dan memarahinya karena pulang larut malam. Yang tepatnya menasehatinya. Namun Sisil berpikir jika mereka itu sedang memarahinya.

Sebenarnya Liana dan Aydin tidak membebaskan Sisil untuk pergi keluar malam-malam seperti itu. Namun Sisil adalah gadis yang keras kepala dan sedikit nakal tidak pernah mendengar ucapan mereka dan membuat mereka kesusahan untuk mengaturnya.

"Hmm". Sisil bergeming,lalu berjalan dan duduk di sebelah papahnya.

Siap-siap untuk membujuk sang papah. Sebenarnya ada alasan di balik Sisil ingin membujuk papahnya saat ini.

"Boleh ya pah?!!. Sisil minta izin sebentar,mau keluar kumpul bareng teman-teman. Ririn,Vania sama Kailla doang kok nggak ada yang lain!!".

Jelas Sisil sambil memegang tangan kekar Aydin,menatap papahnya dengan raut wajah memohon agar di izinkan.

Aydin menghela nafas kasar. Walaupun di larang Sisil akan tetap ngotot untuk keluar rumah.

Ya memang. Kedua orangtua Sisil sudah mengenal satu persatu ketiga teman Sisil.

"Sil,tapi ini sudah malam nak". Ujar Liana sambil menatap Sisil berusaha memberi pengertian,tidak baik anak gadis terus keluar malam.

Sisil langsung melirik Liana dengan raut wajahnya yang berubah datar. "Sisil nggak minta izin sama mamah tapi sama papah". Sahut Sisil dengan nada dingin dan sedikit ketus.

lagi-lagi Liana hanya bisa menghela nafas berat.

Aydin menatap anak dan ibu itu secara bergantian. Merasa ada yang aneh dari sikap Sisil kepada Liana. Tidak bisanya Sisil bersikap seperti itu kepada mamahnya.

"Boleh ya pah?!!". Kembali Sisil memohon.

"Yasudah". Setuju Aydin akhirnya.

Seketika Sisil langsung tersenyum lebar,akhirnya papahnya mengizinkannya keluar rumah.

"Tapi,jangan pulang larut malam. Papah mau tanya di mana kalian berkumpul?". Tanya Aydin menatap Sisil dengan tatapan seriusnya.

"Di kafe Kailla. Tenang aja cuman di situ kok". Jawab Sisil terdengar sangat bersemangat.

Aydin hanya mengangguk. "Di antar sama mang Dimas jangan bawa mobil sendiri".

Dimas adalah supir pribadi keluarga Aydin.

Sisil menganggukan kepalanya setuju. Terserah mau di antar atau pun tidak yang terpenting saat ini papahnya sudah mengijinkan dirinya keluar rumah.

"Siapa pak boss!!". Sisil nampak begitu semangat.

Aydin hanya menghela nafas.

Terlihat Sella menuruni anak tangga,dan matanya langsung tertuju kepada keluarganya yang sedang berbincang itu.

"Yasudah Sisil berangkat dulu". Sisil bangkit dari duduknya,lalu menatap sang papah dan menyodorkan kedua tangannya sambil senyum-senyum manja.

Ini tujuan Sisil meminta izin.

Aydin yang melihat itu seketika memutar matanya malas. Pantas saja minta izin, tau-taunya ada udang di balik batu. Aydin paham apa yang di maksud Sisil.

Aydin merogok saku celana panjangnya dan mengeluarkan sebuah dompet hitam miliknya,lalu mengambil beberapa uang merah di sana langsung di berikan kepada Sisil.

Kembali Sisil tersenyum lebar menatap beberapa uang merah di tangannya dan langsung di masukan kedalam tasnya .

Meraih tangan Aydin,lalu di ciumnya dengan takzim.

"Sisil berangkat. Bay papah ganteng!!".

Setelah mengatakan itu Sisil pun berjalan keluar dari rumah dengan girang mengabaikan Liana.

Liana nampak bersedih dengan sikap Sisil saat ini kepadanya.

Sella yang melihat itu seketika merasa kesal.

Menurut Sella papahnya tidak adil. Membebaskan adiknya begitu saja. Sementara dirinya di tuntun untuk di jodohkan. Menyebalkan memang. Pikir Sella.

Sella berjalan mendekati sofa lalu duduk di sofa tunggal,menatap mamah papahnya dengan wajah di tekuk.

'kayanya mamah belum bicara sama papah deh'. Batin Sella.

"Pah!!". Panggil Sella kemudian setelah beberapa saat hanya terdiam.

Aydin langsung menatap Sella datar.

"Papah nggak mau bicarakan Sola perjodohan itu. Mau gimanapun kamu tetap akan papah jodohkan". Ucap Aydin dan kembali memalingkan pandangannya dari Sella.

Seketika Sella menghela nafas kasar. Papahnya memang benar-benar keras k3pala tidak memikirkan perasaannya.

Liana menatap Sella yang terlihat bersedih. Lalu menatap Aydin.

"Pah,me-menurut mamah batalkan saja perjodohan itu". Saran Liana dengan ragu-ragu untuk mengucapkan kalimat itu.

Mendengar ucapan Liana membuat Aydin langsung menatapnya tajam. Sementara Liana sudah menundukkan kepalanya dalam.

Aura suaminya ini selalu mencolok dan menyeramkan jika sedang marah. Tatapan tajamnya itu membuat siapapun merinding takut,terutama Liana istrinya sendiri,yang selalu merasa ngeri dengan tatapan itu.

"Apa hak kamu meminta aku membatalkan perjodohan itu?,aku dan Gibran sudah sepakat". Ucap Aydin dengan nada dingin dan tegas.

Tidak terima Liana menyuruhnya untuk membatalkan perjodohan itu begitu saja. Perjodohan yang sudah ia rencanakan bersama Gibran yang akan menjadi mertuanya Sella.

"Tapi pah,kenapa harus Sella?". Liana kembali menatap Aydin dengan tatapan tidak terima.

Aydin mengerutkan keningnya mendengar perkataan Liana. Apa menurutnya,Sisil lah yang pantas untuk di jodohkan?,benar-benar tidak masuk akal. Bahkan Sisil masih sanga kecil untuk menikah.

"Maksud kamu,aku harus menjodohkan Sisil dan buka Sella iya begitu,Liana?. Apa kamu lupa?bahkan Sisil masih berusia 18 tahun. Mana hati nurani kamu dengan anak bungsu kita itu?. Ibu m4cam apa kamu ini ingin mengorbankan anak gadis yang bahkan belum mengenal dunia luar dan belum tau apa-apa tentang pernikahan. Sementara Sella sudah cukup umur untuk menikah".

Dengan rasa kesal Aydin mengatakan itu.

Benar-benar tidak habis pikir dengan Liana yang berniat mengorbankan anak bungsunya demi anak keduanya? Apa Liana berpikir dulu sebelum mengatakan kalimat itu.

mendengar ucapan Aydin Liana langsung menggeleng cepat. Bukan bermaksud dirinya mengorbankan Sisil.

"Tidak pah bukan seperti itu. Maksud mamah, kenapa Sella harus menikah di Usinya yang baru 24 tahun. Sella masih ingin menjalani karirnya dan ingin menjalankan kuliah S2nya pah. Papah ngerti dong perasaan anak kita". Liana mulai jengkel dengan sikap Aydin yang hanya ingin di turuti tanpa ingin di tolak.

Aydin tidak menanggapi perkataan Liana,bangkit dari duduknya begitu saja lalu berjalan.

"Pah,papah dengerin mamah dong". Ucap Liana sambil menatap punggung Aydin.

Aydin kembali berhenti berjalan.

"Sudah papah bilang,keputusan papah sudah bulat akan menjodohkan Sella dan anaknya Gibran,ini juga demi kebaikan keluarga kita". Tegas Aydin dan setelah mengatakan itu Aydin kembali berjalan menaiki anak tangga,tanpa perduli dengan anak istrinya yang menyuruhnya untuk membatalkan perjodohan.

Sella menatap Liana lalu berpindah duduk di sebelah mamahnya.

"Mah,gimana dong papah tetap ngotot". Mata Sella kembali berkaca-kaca,nampak begitu khawatir,papahnya tetap ingin menjodohkannya.

Liana menghela nafas kasar. Dirinya juga tidak tau harus bagaimana membujuk Aydin.

"Sabar. Mamah pasti bisa meyakinkan papah".

Liana berusaha tetap menenangkan Sella,agar anaknya ini tidak terlalu memikirkannya dan bisa membuat kesehatan Sella down. Liana tidak mau sampai terjadi sesuatu kepada Sella.

......................

Sementara itu di sisi lain.

Sisil sudah berada di sebuah kafe bersama teman-temannya.

Mereka terlihat asyik mengobrol. Sejenak Sisil melupakan perkataan mamah dan kakaknya tadi siang. Terus bercerita heboh dengan teman-temannya itu. Berkumpul seperti ini bersama teman-temannya bisa membuat Sisil melupakan beban pikirannya.

"Heh guyss,gue nggak sabar pengen cepat ngampus nih!!". Ucap Kailla yang nampak begitu semangat akan menjalankan kuliah pertamanya yang akan dilaksanakan hari Senin nanti.

"Gue juga!!". Sahut Ririn tidak kalah semangatnya.

"Heh bukan kalian dong kita juga, ya gak

Van?!". Timpa Sisil. Vania menganggukkan kepalanya sambil senyum lebar.

Mereka semua akan melakukan kuliah di kampus yang sama dan jurusan yang sama. Katanya mereka tidak mau terpisahkan,ingin selalu bersama dan akhirnya memutuskan untuk kuliah di tempat yang sama. Mereka ini satu frekuensi.

"Oh iya Sil,kapan kita buat konten lagi? Menelusuri tempat-tempat seram?". Tanya Kailla sambil menatap Sisil dengan mulutnya yang mengunyah kentang goreng.

Kini ketiganya menatap Sisil.

Sisil terdiam mendengar pertanyaan Kailla. Wajahnya pun berubah sedikit memucat.

Lalu menggeleng cepat. "Gue nggak mau,gue masih trauma". Jawab Sisil menolaknya dengan raut wajah berubah sedih.

"Trauma itu belum hilang ya?". Tanya Kailla seketika tidak enak hati kembali mengingatkan Sisil akan traumanya.

Sisil hanya menganggukan kepalanya pela. "Maafin gue sih nggak bermaksud mengingatkan lu akan trauma lu". Ucapnya dengan wajah menyesal.

Sisil mengangguk. "Iya Kai nggak masalah santai aja gue juga baik-baik aja kok". Sisil tersenyum berusaha menyembunyikan raut takutnya.

Ya,tentu saja Sisil merasa takut jika kembali mengingat kejadian mengerikan itu,tapi saat ini Sisil berusaha menyembunyikannya agar Kailla tidak merasa bersalah.

"Gue juga pasti trauma sih kalau ada di posisi lu waktu itu". Timpa Vania lalu bergidig ngeri.

"Padahal pengikutnya banyak Sil,tapi yasudah daripada mengingatkan lu akan kejadian dua tahun yang lalu kan,lebih baik kita nggak lakuin konten itu lagi". Ririn yang berbicara.

...

Pukul 21:00

Sisil berdiri di depan kafe menunggu jemputan,sementara teman-temannya sudah duluan pulang.

Sisil mengerutkan keningnya,saat dengan tidak sengaja melihat seseorang keluar dari sebuah toko kue yang bersebelahan dengan kafenya Kailla.

Dua orang itu berjalan bergandengan tangan terlihat sangat mesra,dan Sisil mengenali siapa orang itu.

"Yuda". Gumam Sisil.

Dengan perasaannya yang mulai kesal Sisil berjalan mendekati orang yang Sisil panggil Yuda itu.

Giginya menggertak dan tangannya pun terkepal kuat menatap tajam orang itu.

"Yuda". Panggil Sisil.

Cowok yang bernama Yuda itu seketika berhenti berjalan,begitupun dengan cewek yang Yuda gandeng.

Yuda melihat ke sumber suara. Diman Sisil berjalan mendekatinya dengan wajah terlihat sangat marah.

Seketika netra Yuda membulat sempurna menatap Sisil,begitupun dengan cewek yang bersama Yuda. Keduanya nampak terkejut dan wajahnya pun seketika menegang.

"Kak Si-sisil Yuda". Ucap perempuan itu lalu melepaskan pegangannya dari tangan kekar Yuda,berusaha menyembunyikan wajahnya dari Sisil,menundukan kepalanya dengan raut wajah cemas.

"Sisil". Ucap Yuda dengan wajah pucat.

Kini Sisil berhenti di hadapan Yuda dan perempuan itu.

"Apa-apan ini Yuda?!". Tanya Sisil dengan nada dinginnya menatap Yuda tajam.

"Aku bisa jelasin,Sil".

"Kamu bilang tadi siang kamu sakit,tapi sekarang apa-apaan ini,kamu jalan sama cewek ini". Sisil menatap cewek yang terlihat takut melihatnya. Cewek itu terus menundukan kepala.

Sisil meraih dagu gadis itu,lalu diangkatnya guna untuk memperlihatkan wajahnya yang terus menunduk. Gadis itu pun mendongak menatap Sisil.

Sisil terkejut saat melihat wajah perempuan itu.

"Alin". Nafasnya seketika memburu,melepaskan cekalannya di dagu perempuan itu dengan kasar.

"berengs*k,kenapa harus Alin,Yuda". Ucap Sisil dengan suara lantangnya. Menatap Yuda dengan tatapan penuh amarah dan kekecewaan.

makasih yang udah mau membaca novel Gavin and Sisil😊💙

cowok tampan

"Kak Sisil. A-aku bisa jelasin,ini tidak seperti apa yang Kaka pikirkan". Ucap gadis itu yang Sisil panggil Alin sambil menatap Sisil dengan wajahnya yang tampak cemas.

Seketika Sisil tersenyum sinis menatap Alin.

"Nggak perlu di jelaskan Alin,sepupu macam apa kamu ini jalan dengan pacar kakak sepupu kamu sendiri,nggak tau diri banget".

Plak.

"Sisil".

Plak.

Sisil menyentuh pipinya yang tertoleh kesamping, terasa sangat perih dan panas. Satu tetes air mata lolos begitu saja dari mata bening gadis itu.

Yuda,cowok itu dengan teganya menampar wajah Sisil untuk membela Alin,bahkan sudut bibir Sisil sampai berdarah.

Alin pun terlihat mengelus pipinya yang terasa perih akibat tamparan Sisil. Namun tamparan yang di berikan Sisil kepadanya tidak sekeras yang Yuda lakukan kepada Sisil.

'Da-darah'. Batin Sisil dengan mata yang berkaca-kaca dan jantungnya berdegup kencang, menatap ibu jarinya yang terdapat darah di sana.

Mengusap sudut bibirnya dengan tangan yang mulai gemetar.

Dengan terburu-buru Sisil mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Mengeluarkan sebuah tisu dan langsung membersihkan darah itu yang berada di sudut bibirnya.

'Dar4h'.

Wajah Sisil nampak begitu pucat dan ketakutan.

Terus membersihkan d4rah yang keluar dari sudut bibirnya dengan terlihat panik dan takut. Walaupun begitu Sisil berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya itu agar tidak terlihat oleh Alin ataupun Yuda.

Sementara Yuda tampak begitu terkejut dengan apa yang sudah ia lakukan kepada kekasihnya sendir. Bahkan tangannya pun bergetar hebat. Menatap telapak tangannya yang baru saja menampar pipi mulus pacarnya.

Mata Sisil memanas,menahan bulir bening yang akan kembali keluar lebih banyak lagi. Setelah d4rah itu bersih,Sisil melemparkan tisu ke sembarang arah.

Alin pun tampak terkejut saat Yuda membelanya dan malah men4mpar balik Sisil. Terlihat sudut bibir Alin menyunggingkan senyumnya,seketika merasa senang Yuda sendiri yang membalas Sisil.

"Sil,a-aku minta maaf,aku--".

"Jangan sentuh aku Yuda".

Teriak Sisil sambil menunjuk wajah Yuda. Menatap cowok itu dengan tatapan tajam dan terlihat begitu kecewa.

"Kita putus". Ucap Sisil dengan suaranya yang tercekat menahan tangis.

Yuda pacar Sisil dengan teganya berselingkuh dengan Alin,yang merupakan sepupu Sisil sendiri.

Bahkan cowok itu rela menampar wajah pacarnya demi selingkuhannya. Sungguh Sisil tidak pernah menyangka Yuda akan berbuat seperti itu kepadanya. Mengkhianatinya.

Mendengar ucapan Sisil seketika sudut bibir Alin kembali tersenyum tipis. Dalam hati Alin bersorak senang. Yuda membelanya,membuat Alin merasa spesial, akhirnya hubungan Sisil dan Yuda berakhir juga. Dan ini yang Alin tunggu-tunggu.

Walaupun Sisil adalah pacar pertama Yuda dan mereka sudah lama menjalin hubungan dari kelas dua SMA. Tapi Yuda malah membelanya,gadis yang baru beberapa bulan ini ia pacari,yang jelasnya berselingkuh.

Yuda menggeleng cepat dan nampak begitu panik mendengar ucapan Sisil.

Tidak terima Sisil memutuskannya begitu saja.

"Nggak Sil,aku nggak mau putus sama kamu. Aku----aku minta maaf soal itu Sil. Aku benar-benar minta Maaf,aku nggak sengaja aku khilaf". Yuda berusaha meraih tangan Sisil, namun Sisil menghindarinya menepis kasar tangan Yuda.

Tidak sudi rasanya di sentuh oleh laki-laki yang sudah bermain hati dan fisik kepadanya.

Pantang bagi Sisil memaafkan atau memilih bertahan dengan cowok seperti Yuda. Sudah berselingkuh main fisik pula.

Tidak ada di kampus Sisil harus mempertahankan cowok seperti itu.

Tanpa mengatakan apapun lagi,Sisil berjalan meninggalkan dua sejoli itu,dengan rasa kecewa yang luar biasa. Sungguh,Sisil tidak pernah menyangka akhir hubungannya dengan Yuda akan seperti ini. Sisil kira Yuda mencintainya dengan tulus,tapi ternyata cowok itu begitu tega kepadanya.

"Sisil". Panggil Yuda khawatir dan panik sendiri.

Ingin berjalan mengejar Sisil, namun dengan segera Alin menghalangi jalannya.

Mencekal tangan Yuda,seketika Yuda pun mengurungkan niatnya untuk mengejar Sisil.

Menatap Alin dengan tatapan tajam. Tidak suka Alin mencegahnya seperti ini.

Namun Alin nampak tidak perduli dengan tatapan tajam Yuda kepadanya.

"Biarkan saja,bukannya kamu udah bosen sama kak Sisil?!!". Tanya Alin sambil menatap Yuda dengan lekat lalu tersenyum manis.

Yuda menghela nafas kasar mengalihkan pandangannya dari Alin. Dan kembali menatap Alin.

"Kamu pikir aku mau ninggalin Sisil demi kamu haah?". Ucap Yuda dengan penuh penekanan.

Alin mengerutkan keningnya. Apa maksud Yuda? mengapa bicara seperti itu?.

"Maksud kakak apa?". Seketika Alin jadi khawatir.

Yuda menatap Alin dengan tatapan seriusnya.

"Selama ini aku pacaran sama kamu,karena Sisil terlalu sibuk jalan-jalan bersama keluarganya,liburan kelulusan sekolahnya mengurus dan belajar untuk daftar kuliahnya. Sementara kamu,hanya pelarian saja". Tekan Yuda dan setelah mengatakan itu,Yuda mencekal tangan Alin lalu disingkirkannya dari tangannya,dan berjalan cepat mengejar Sisil.

Tidak perduli dengan perasaan Alin,yang terpenting saat ini adalah hubungannya dengan Sisil.

Tidak mungkin Yuda meninggalkan Sisil hanya gara-gara ingin bersama Alin. Kemana-mana tetap Sisil lah pemenangnya,Alin hanya sekedar pelarian saja karena Sisil terlalu sibuk dan itu membuat Yuda bosan,tapi bukan berarti Yuda ingin mengakhiri hubungannya bersama Sisil.

Alin terpaku dengan perkataan Yuda,seketika tangannya mengepal kuat. Terlihat jelas jika gadis itu begitu marah dan kecewa.

Jadi ternyata Yuda tidak mencintainya?,namun hanya menjadikan dirinya pelarian saja di saat Sisil sibuk?.

Dan selama dua bulan ini,hanya dirinya saja yang merasakan jatuh cinta?,namun tidak dengan Yuda?. Sungguh sakit sekali rasanya.

Alin tidak terima di perlakukan seperti ini. Yuda keterlaluan sekali.

Sementara itu Sisil. Terus berjalan di pinggir jalan dengan wajah kecewa,dan air matanya yang terus mengalir.

Sesekali Sisil mengusap wajahnya dengan kasar membersihkan air mata yang tidak kunjung berhenti juga.

Sisil tidak Sudi rasanya menangisi cowok sepeti Yuda. Tapi entah mengapa matanya terus mengeluarkan air mata.

Sesak sekali rasanya.

"keterlaluan Yuda. Lu berengsek Yuda,hiks". Ucap Sisil dengan kesal,emosi,sedih dan kecewa seketika menjadi satu.

"Sil,Sisil". Panggil Yuda berteriak sambil terus berjalan cepat mengikuti Sisil.

Sisil berhenti berjalan ketika mendengar Yuda memanggil namanya.

Langsung berbalik badan,melihat Yuda yang berjalan cepat menghampirinya. Sisil kira Yuda tidak mengejarnya.

"Yuda". Gumam Sisil dan langsung mengepalkan tangannya,berusaha menahan emosinya yang kembali meluap.

menghela nafas kasar dan kembali ingin berjalan, namun tiba-tiba Yuda mencekal tangannya.

"Sil,aku bisa jelasin dengerin penjelasan aku dulu". Yuda berdiri di hadapan Sisil dengan wajah cemas terlihat takut kehilangan Sisil.

"Cek. Penjelasan apa lagi sih Yuda". Sisil menghempaskan tangan Yuda yang mencekal tangannya.

Tatapan Yuda beralih menatap sudut bibir Sisil yang terluka dan ada darah yang mengering di sana. Itu pasti gara-gara dirinya yang sudah menampar wajah Sisil.

Yuda mengulurkan tangannya lalu menyentuh wajah Sisil. Sungguh Yuda begitu menyesal sudah menyakiti gadis yang sangat ia cintai. Dan seketika merasa bod0h dengan dirinya sendiri. Mengapa harus membela gadis yang tidak begitu ia cintai. Tapi malah melukai gadis yang sangat ia cintai.

"Sayang luka". Gumam Yuda sambil sedikit mengelus sudut bibir Sisil membuat Sisil berdesir sakit.

Cek.

Sisil berdecak sambil menyingkirkan tangan Yuda dari wajahnya. Tidak sudi sekali di sentuh oleh cowok baj1ngan ini.

"Pliss dengerin aku dulu,kamu salah paham". Yuda berusaha menutupi kebohongannya dan meyakinkan Sisil.

Sisil senyum miring mendengar ucapan Yuda. salah paham? Cowok itu bilang hanya salah paham saja. Jelas-jelas Yuda membela gadis itu dan malah men4mpar kekasihnya sendir.

Apa yang harus di jelaskan lagi?. Sisil sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bahwa Yuda bergandengan tangan dengan mesra bersama gadis itu seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih.

"Sisil aku--".

"CUKUP YUDA,nggak perlu bohong lagi untuk menutupi perselingkuhan kalian". Pekik Sisil dengan air matanya yang kembali mengalir.

Wajah Yuda kembali menegang ketika Sisil tidak percaya dengan ucapannya.

"Apa kamu tidak berpikir terlebih dahulu Yuda?,kenapa harus Alin? dia sepupu aku". Lanjut Sisil dengan suara bergetar menahan tangis.

Jika selingkuhannya bukan Alin yang merupakan sepupunya sendiri,mungkin Sisil tidak akan merasa sesakit ini.

Apa lagi Yuda mempermalukan dirinya di depan Alin. Sungguh mau di taruh dimana harga diri Sisil?. Di tampar didepan selingkuhannya.

Yuda terdiam berusaha menyusun kata-kata yang bisa membuat Sisil percaya dengannya.

"Maafkan aku Sil,aku tidak mencintai Alin,aku hanya memanfaatkanya saja selagi kamu sibuk". jelas Yuda,kali ini Yuda jujur.

Berharap Sisil mau memaafkannya.

Sisil menghela nafas kasar,menatap Yuda dengan tatapan penuh kekecewaan.

Dan Yuda yang melihat tatapan itu merasakan sakit di hatinya dan menyesal.

Baru kali ini Yuda melihat tatapan penuh k3bencian dan kekecewaan dari mata Sisil untuknya.

Biasanya mata cantik itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan sayang,namun saat ini,Yuda sama sekali tidak menemukan tatapan itu lagi.

Sisil menghela nafas berusaha menghilangkan rasa sesak di dadanya.

"Berapa lama kalian pacaran?". Tanya Sisil kemudian.

"Aku__".

"Jawab Yuda". Sentak Sisil.

"O-oke aku jawab". Yuda menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan Sisil.

Sebenarnya Yuda ragu apa dirinya harus jujur mengatakan berapa lama menjalin hubungan bersama Alin. Namun jika jujur Yuda takut Sisil makin marah kepadanya. Tapi Yuda juga tidak mau Sisil mengetahui kebenarannya dari orang lain seperti Alin.

"D-Dua bulan,hanya dua bulan saja tidak lebih dari itu". Jawab Yuda seketika memilih jujur.

Sisil mendengar itu seketika tersenyum sinis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sungguh tidak pernah menyangka. Yuda cowok yang selama dua tahun ini menjadi pacarnya,dengan mudahnya berucap. 'hanya dua bulan saja,tidak lebih'.

Walaupun hanya dua bulan,bahkan satu hari pun,jika yang namanya selingkuh tetap saja selingkuh tidak bisa di bantah lagi. Dan Sisil paling tidak suka dengan yang namanya pengkhianatan. Karena Sisil membenci pengkhianatan.

"Dua bulan?,dan kamu bilang 'hanya',jadi selama dua bulan ini kamu khianati aku,Yuda? Tega kamu,selama lebih dari dua tahun kita pacaran Yuda". Ucap Sisil dengan nada bicaranya yang kembali meninggi.

Sisil mengusap pipinya dengan kasar,membersihkan air mata di sana. Tidak Sudi rasanya menangisi cowok seperti Yuda.

"Maafin aku". Ucap Yuda pelan dengan wajah penuh penyesalan menundukan kepalanya,bahkan Yuda pun terlihat akan menangis.

Yuda tau dirinya salah,dan Sisil paling tidak suka yang namanya pengkhianatan. Yuda khilaf dan benar-benar tidak mencinta Alin.

Sisil menghela nafas berat sambil mengedarkan pandangannya berusaha menahan air matanya yang akan kembali keluar,lalu kembali menatap Yuda.

"Keputusan aku sudah bulat,aku mau putus sama kamu". Tegas Sisil,sudah tidak mau memiliki hubungan apapun dengan Yuda.

Yuda menggelengkan kepalanya cepat, menatap Sisil dengan tatapan sendu penuh penyesalan. Yuda bisa melihat,Sisil terlihat sangat serius dengan ucapannya itu.

"Tidak Sil,hubungan kita sudah lama kenangan-kenangan kita juga sudah begitu banyak,dan waktu yang kita lewati bersama,kamu mau lupain begitu saja?". Lirih Yuda. Rasanya Yuda tidak sanggup jika harus putus dari Sisil.

Cek.

Sisil berdecak. Merasa lucu juga dengan apa yang Yuda katakan. Seharusnya Yuda berfikir,karena dirinya lah yang sudah menghancurkan hubungan mereka.

"Kamu sendiri yang menghancurkan hubungan ini". Setelah mengatakan itu,Sisil kembali berjalan meninggalkan Yuda,karena tidak mau berdebat lagi,itu membuat Sisil lelah saja.

"Sil,Sisil aku nggak mau putus". Teriak Yuda

namun Sisil menghiraukanya terus berjalan tanpa memperdulikan Yuda.

Sudah tidak perduli lagi dengan hubungannya. Yang terpenting,Sisil sudah memutuskan jika dirinya tidak mau lagi bersama dengan Yuda. pengkhi4natan menurut Sisil tidak bisa di toleransi. Sekalinya menghian4ti pasti akan tetap seperti itu,walaupun kembali bersama rasanya akan berbeda. Luka itu membekas tidak akan sepenuhnya menghilang.

"Sil aku mohon sayang". Kembali Yuda berjalan,berusaha meraih tangan Sisil yang terus di tepisnya.

"Sisil pliss".

Yuda berhasil kembali meraih tangan Sisil dan Sisil kembali berhenti,berusaha melepaskan cekalan tangan Yuda.

"Lepasin Yuda".

"Nggak Sisil,aku mohon,aku nggak mau putus sama kamu sayang maafin aku beri aku kesempatan satu kali lagi". Mohon Yuda dengan wajah memelas dan bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Tapi Sisil tidak akan pernah luluh dengan wajah sedih cowok itu. Keputusannya sudah bulat.

"Nggak Yuda lepasin".

Sisil berhasil melepaskan cekalan Yuda,menatap Yuda tajam dan setelah itu kembali berjalan cepat.

"Sil, Sisil". Kembali Yuda mengejar Sisil.

Sisil menyebrang jalan,tanpa melihat ke sekitar.

Yuda ingin mengikuti Sisil menyebrang jalan,namun di depan sana,Yuda melihat ada sebuah mobil yang sedang berjalan menuju Sisil,namun Sisil nampak tidak menyadari itu.

"Sisil awas". Teriak Yuda.

Sisil yang mendengar teriakan Yuda lantas menghentikan langkahnya dan melihat ke depan sana. Sisil langsung membulatkan matanya sempurna ketika ada sebuah cahaya dari mobil yang menyorot ke arahnya dan.

"AAAKH".

"Sisil".

Wajah Yuda pucat pasit nampak begitu terkejut, jantungnya pun berdetak kencang,mematung di tempatnya.

Sementara Sisil jatuh terduduk di aspal,sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Dan orang yang menyetir mobil pun nampak terkejut.

Melihat ke kaca depan mobilnya,terlihat jika ada seseorang yang tengah terduduk di depan mobilnya.

menghela nafas kasar. Lalu membuka seatbeltnya setelah itu turun dari mobil.

Jantung Sisil berdetak kencang seperti mau loncat dari tempatnya saja.

Menurunkan tangannya yang menutup wajah,membuka matanya yang terpejam,lalu menatap ke depan. Hanya beberapa meter saja mobil itu berjarak dengan tubuhnya.

menatap mobil yang begitu dekat dengannya. Sisil langsung menelan Salivanya susah payah. Tidak terbayang rasanya bagaimana jika mobil itu menghantam tubuh mungilnya.

Sementara pemilik mobil itu,menatap Sisil dengan tatapan dingin dan tajam dari balik kacamata bening yang ia pakai,lalu langsung melihat-lihat depan mobilnya.

Pria itu terdengar menghela nafas lega.

"Syukur lah tidak ada yang lecet". Gumamnya.

Sisil yang mendengar gumaman pria itu seketika menatapnya dengan tatapan kesal sudut bibirnya terangkat sinis.

Pria yang berdiri itu malah mengkhawatirkan mobil hitamnya di bandingkan dengan orang yang hampir saja ia tabrak? Sisil benar-benar tidak habis pikir di buatnya.

"Sisil". Yuda berjalan mendekati Sisil dengan panik.

"Biar aku bantu". Yuda ingin membantu Sisil berdiri,mengulurkan tangannya namun Sisil tepis

"Gausah,aku bisa sendiri". Ketus Sisil dan berusaha berdiri.

Membersihkan baju dan celananya yang kotor.

"Heh pak,kalau bawa mobil yang benar dong". Bentak Yuda sambil menatap pria itu dengan tatapan marah. Tidak terima gadis yang ia cintai hampir saja tertabrak.

Pria itu langsung menatap Yuda,lalu melepas kacamata bening yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya.

Sisil yang melihat itu kembali membulatkan matanya. Tercengang dengan apa yang ia lihat. Tampan,itulah yang membuat Sisil seketika terkejut melihatnya.

Pria ini begitu tampan dan mempesona.

Hidungnya bangir, rahangnya juga terlihat tegas,dan mata tajam di lengkapi dengan bulu alis tebal. Walaupun suasana gelap dan hanya diterangi dengan cahaya dari lampu jalan dan cahaya bulan saja,tapi Sisil masih bisa melihat betapa tampannya pria itu.

Pria itu hanya menatap Yuda dengan tatapan dingin dan tidak menanggapi ucapan Yuda.

Raut wajah datar dan tatapan yang tajam,di mata Sisil itu sangat lah terlihat cool.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!