Jangan lupa like dan komen.
...****************...
"Kalau saja pacar saya terluka kamu mau tanggung jawab?" Kembali Yuda berbicara dengan suaranya yang meninggi.
Sisil menatap Yuda yang tampak marah dengan pria itu. Sementara pria asing itu hanya acuh saja dengan ucapan Yuda yang seolah hanya angin lalu.
Sisil berdengkus sebal. Pacar? Apa Yuda belum sadar jika Sisil sudah memutuskannya. Itu membuat Sisil sebal saja.
"Kamu----"
"Yuda cukup." Ucap Sisil memotong perkataan Yuda.
Bukan salah pria itu. Sisil akui jika dirinya lah yang salah, karena menyebrang tanpa melihat sekitar terlebih dahulu.
Dan menurut Sisil, Yuda juga yang salah karena ingin menghindari Yuda, Sisil menyebrang jalan tanpa berhati-hati.
Yuda menatap Sisil heran. Mengapa Sisil marah kepadanya.
"Kamu hampir saja tertabrak Sil, dan dia." Yuda menunjuk pria itu tanpa menatapnya sementara tatapannya terus menatap Sisil.
Melihat jari telunjuk mengarah ke arahnya. Rahang pria itu mengeras, tatapannya tajam menatap Yuda. Dirinya tidak suka di remehkan seperti ini.
"Dia hanya diam saja tidak minta maaf ataupun---."
"Di sini gue yang salah Yuda, seharusnya gue menyebrang dengan hati-hati. Dan---lu juga yang salah." Sela Sisil jengah dengan Yuda yang terus menyalahkan pria itu.
Ya, walaupun Yuda memang membelanya. Tapi bukan sepenuhnya salah pria itu.
Yuda menghela nafas kasar, tidak habis pikir dengan Sisil malah membela pria asing itu. Sementara dirinya malah yang di salahkan.
"Yasudah, biar aku antar kamu pulang."
Tidak mau memperpanjang masalah atau berdebat dengan Sisil, Yuda memilih mengakhiri perdebatannya.
Yuda mencekal lengan Sisil ingin menariknya namun Sisil menahannya tidak ingin ikut dengan Yuda.
"Nggak Yuda, lepasin." Sisil berusaha melepaskan cekalan Yuda.
"Aku mau anterin kamu pulang Sayang!! Ini sudah malam nggak baik buat kamu pulang sendirian." walaupun mendapatkan penolakan, tapi Yuda berusaha sabar.
"Gue nggak mau pulang sama Lu, Yuda. Sudah sana kita sudah putus." Gram Sisil ketika Yuda tidak mau melepaskan cekelannya.
Yuda menghela nafas, menatap Sisil sendu.
"Sil, udah aku bilang kan, aku nggak mau putus sama kamu."
Yuda memelas, hatinya sakit Sisil terus mengatakan kata putus.
Sungguh, Yuda tidak ingin mengakhiri hubungannya dengan Sisil. Yuda begitu mencintai Sisil. Sementara Alin? Yuda hanya bermain-main saja dan akan mengakhiri hubungannya dengan Alin.
Yuda tidak menyangka kesalahannya begitu fatal sampai membuat Sisil kecewa dan ingin mengakhiri hubungan mereka.
Sementara pria itu, menghela nafas kasar sambil mengalihkan pandangannya dari dua sejoli itu.
Entah Drama apa yang saat ini ia saksikan.
"Kak Yuda!!" Panggil seseorang.
Sisil dan Yuda langsung melihat ke sumber suara begitupun dengan pria asing itu.
Terlihat Alin berjalan menghampiri mereka.
"Aku di telpon sama Mamah dan di suruh pulang." Beritahu Alin sambil menatap Yuda lalu beralih menatap Sisil yang memalingkan pandangannya darinya.
Alin menghela nafas jengah.
"Kak sisil sudah lah kak jangan ganggu kak Yuda lagi biarin kak Yuda buat aku aja!!" Ucap Alin dengan tidak tau dirinya .
"Cih." Sisil berdecih menatap Alin dengan senyuman sinisnya.
Merasa lucu juga dengan ucapan sepupunya ini seolah Yuda adalah barang yang sudah tidak terpakai oleh Sisil lalu Sisil buang dan Alin memungutnya.
Sementara pria asing itu, menaikan sebelah alisnya sambil menatap gadis muda yang baru saja datang.
"Memang pemungut." Sarkas Sisil, seketika membuat Alin tercekat wajahnya menegang tangannya terkepal kuat menahan amarah.
Bahkan pria asing itu pun terkejut dan seketika menahan tawanya sambil memalingkan wajahnya. Menghela nafas berat. Mengapa bisa gadis itu berbicara menohok seperti itu.
Sementara Yuda jadi pusing sendiri dengan situasinya.
"Alin apa maksud Lo haah? Kita putus."
Mata Alin langsung membulat terkejut, menggelengkan kepalanya, tidak mau putus dengan Yuda. Kenapa jadi seperti ini.
"Nggak kak Yuda, aku nggak mau putus." Alin tidak terima di putuskan begitu saja.
"Apa hak Lo ngatur gue? Gue mau kita putus dan---."
"Cek. Lepas Yuda."
Sisil menghempaskan tangan Yuda dan berhasil.
Ucapan Yuda sampai terpotong, menatap Sisil dengan panik.
"Sisil."
Sisil menatap pria asing yang sedari tadi menyaksikan drama mereka. Drama yang menurut pria asing itu sangat membosankan drama anak muda. Tapi bisa membuatnya ingin tertawa juga.
"Pak, saya mau ikut sama bapak." Sisil berjalan mendekati pria itu.
Alis pria itu bertaut dan tatapannya tidak sengaja melihat sudut bibir Sisil yang terluka.
'Apa maksud gadis ini? Dan kenapa bibirnya terluka?' Batin pria itu kesal sekaligus heran.
Yuda terkejut mendengar ucapan Sisil. Bisa-bisanya Sisil ingin ikut dengan pria asing itu.
"Sisil, kamu nggak boleh pergi sama orang asing itu." Yuda menatap pria asing itu sambil berjalan mendekati mereka.
"Daripada jalan sama si tukang selingkuh". Ucap Sisil sambil mendelik tajam.
Wajah Yuda kembali murung. Sedih juga di Katai 'si tukang selingkuh', oleh Sisil, tapi memang kenyataannya seperti itu dirinya sudah berselingkuh.
"Sil aku kan udah minta maaf." Yuda kembali memelas. Kenapa Sisil tidak mau memaafkannya juga?
"Kak Yuda." Alin berjalan mendekati mereka, berdiri di sebelah Yuda.
Pria tampan itu menghela nafas kasar. Sudah cukup dirinya menyaksikan drama anak muda ini lebih baik jika dirinya segera pergi dari sana.
Tanpa mengucapkan apapun pria itu berjalan menuju pintu mobil. Tida ingin menyaksikan kelanjutan drama anak muda ini.
Membuka pintu mobil, ingin masuk kedalamnya namun tiba-tiba tangannya ada yang mencekal.
Pria itu langsung menatap tangannya, ternyata ada tangan mungil di sana yang sedang mencekal erat tangan kekarnya. Lalu melihat siapa yang mencekal tangannya.
Sisil lah yang mencekal tangan pria itu, menatap pria itu dengan tatapan mengiba.
"Saya ikut pak." Mohon Sisil matanya berkaca-kaca.
"Saya tidak kenal kamu." Setelah sekian abad akhirnya Sisil bisa mendengar suara tajam sang pria.
Merasa kesal juga. Untuk apa gadis ini ingin ikut dengannya, menyusahkan saja.
"Saya Sisil, sekarang bapak sudah tau nama saya jadi bapak sudah mengenal saya".
Sisil benar-benar kecewa dengan Yuda, sampai tidak ingin ikut dengan Yuda untuk mengantarnya pulang.
Lebih baik Sisil pergi bersama orang asing yang menurutnya sangat tampan ini.
Alin juga terheran-heran saat melihat wajah tampan si pria. Ternyata memang ada manusia setampan itu.
Pria itu menghela nafas kasar. Sungguh merasa jengah dengan gadis ini.
"Lepas." Gram si pria menatap Sisil tajam.
Dengan cepat Sisil menggelengkan kepalanya tidak ingin melepaskan cekalannya.
"Nggak pak, saya ikut pliss!" Mohon Sisil bahkan sudah terlihat ingin menangis.
Tapi kelihatannya pria itu tidak perduli.
"Sisil, udah aku bilang aku akan antar kamu pulang."
Yuda tidak suka melihat Sisil memohon-mohon seperti itu kepada orang asing, apa lagi seorang pria, membuat Yuda cemburu saja.
Cek.
Sisil berdecak kesal. Kembali menatap Yuda tajam.
"Kak Yuda kalau kamu antar kak Sisil pulang terus aku gimana".
Alin nampaknya cemas takut Yuda tidak ingin mengantarnya pulang.
Karena Alin merasa takut jika harus pulang sendirian.
Yuda menghela nafas kasar, menatap Alin.
Merasa kesal dengan gadis di sebelahnya ini mengapa harus dirinya yang mengantar pulang kan bisa pesan taksi.
"Terserah kamu". Yuda tidak perduli.
Terserah Alin mau kemanapun Yuda tidak perduli. Yang terpenting saat ini adalah nasib hubungannya dengan Sisil mau di bawa kemana. Yuda tidak mau jika harus putus dengan Sisil karena Yuda sangat mencintai Sisil.
"Nanti mamah aku marah." Kembali Alin berbicara dengan wajah cemasnya.
Tapi Yuda tidak menanggapinya sama sekali membuat Alin berdengkus sebal.
'Sial.' Umpat Alin dalam hati kesal.
"Sil aku---"
"Diam." Sentak Sisil sampai membuat Alin terlonjak kaget.
"Antar pulang saja pacar murahan lo itu."
Sisil menatap Alin dengan tatapan meremehkan.
Pria tampan itu memejamkan matanya sejenak, merasa pusing dengan apa yang sedang ia saksikan, kembali membuka matanya.
Dirinya baru saja pulang dari kantor pekerjaan kantor juga sangat melelahkan. Namun di perjalanan pulang malah terjebak dengan drama anak muda.
Pria itu melepaskan tangan Sisil yang masih mencekal tangannya.
Sisil langsung menatap tangannya yang di singkirkan lalu menatap pria asing itu yang juga menatapnya dengan tatapan dingin.
Tidak ingin berurusan dengan anak-anak muda ini, pria itu langsung masuk kedalam mobilnya tidak perduli dengan gadis yang memohon kepadanya.
Menutup mobil lalu memakai seatbeltnya.
Namun dengan tiba-tiba.
Bruk.
Terdengar pintu mobil di tutup begitu saja.
Pria tampan itu langsung melihat ke kursi di sebelahnya.
Mengerjap terkejut, gadis yang memohon kepadanya sudah duduk santai di sebelahnya.
"Siapa kamu tanpa ijin masuk ke dalam mobil saya." Gram pria itu.
Sisil menatap pria tampan itu tanpa ada rasa takut sedikitpun. Bahkan pria itu sudah terlihat benar-benar marah kepadanya, namun Sisil terlihat santai saja.
"Nama saya Sisil Clarista Aydin, nama bapak". Sisil menjulurkan tangannya untuk berkenalan dengan pria itu tanpa rasa canggung.
'Aydin'. Batin si pria seketika terdiam dengan keningnya yang mengerut.
Mendengar nama belakang Sisil membuatnya familiar.
"Keluar dari mobil saya." Usir si pria tanpa memperdulikan uluran tangan Sisil.
Gadis ini berani sekali ingin ikut dengan pria asing seperti dirinya. Bahkan di jam segini masih berkeliaran di jalan? Orang tuanya kemana? Apa tidak mencemaskan-nya? Membiarkannya keluar malam-malam seperti ini. Pikir si pria.
Merasa tidak habis pikir dengan orangtua Sisil yang membiarkan anak gadis keluyuran malam hari seperti ini.
Sisil menggeleng cepat, tidak ingin keluar dari mobil. Uluran tangannya yang tidak pria itu balas seketika langsung diturunkannya kembali.
Tatapan pria itu beralih menatap ke depan. Ternyata sudah tidak ada siapapun di sana, entah kemana dua remaja tadi.
Kembali menatap Sisil dan gadis itu hanya terdiam dengan wajahnya yang terlihat bersedih.
"Saya bilang turun". Ucap si pria itu lagi dengan nada tegas dan penuh penekanan, berharap Sisil turun dari mobilnya dan tidak mengganggunya.
Dirinya tidak mau berurusan dengan gadis seperti Sisil yang pasti akan merepotkan.
Mata Sisil berkaca-kaca sambil menatap pria itu, bahkan bibirnya turun kebawah siap-siap akan menangis. Pria itu terkesiap melihat raut wajah Sisil yang akan menangis.
Kini Sisil menangis. Sudah tidak bisa menahan tangisnya.
"Saya nggak mau turun pak, hiks". Lirih Sisil sambil terisak, menundukan kepalanya dengan jari jemarinya yang saling bertaut.
Pria itu mengusap wajahnya gusar, menghela nafas kasar. Mengapa juga harus menangis, jika sudah seperti ini, pria itu harus berbuat apa.
Ting.
Satu pesan masuk kedalam benda pipih si pria. Langsung merogok saku jasnya mengeluarkan benda pipih miliknya dan melihat siapa yang mengirimnya pesan.
Faresta.
[Lu di mana Gavin, semua info yang lu minta udah ada di apartemen lu, gue udah susun semua info di kertas].
Pesan dari seseorang yang di beri nama kontak Faresta, merupakan salah satu teman pria itu.
Pria tampan itu bernama.
Gavin Achazia Abinaya.
Seorang pengusaha muda penerus perusahaan ABINAYA Group.
Memiliki pahanya wajah yang sempurna. Setiap perempuan yang bertemu dengannya, pasti akan terpincut dengan ketampanan dan kewibawaan seorang Gavin. Tegas dan dingin adalah sifat Gavin. Terlihat cuek namun perduli.
Bahkan Sisil pun sampai terpesona dengan ketampanan pria itu.
Tidak jarang klien yang selalu ingin menjodohkan Gavin dengan anak mereka. Namun Gavin dengan halus selalu menolak tawaran perjodohan itu. Memang siapa di dunia ini yang tidak mau memiliki menantu seperti Gavin? sudah tampan pekerja keras pula.
Gavin langsung mengetik sesuatu untuk membalas pesan dari temannya.
[Ok].
Hanya membalas 'ok' tidak lebih dari itu. Setelah itu Gavin pun kembali memasukan handphonenya kedalam saku jas.
Ya Gavin memang se cuek itu. Terkadang Gavin hanya membaca pesan tanpa berniat untuk membalasnya. Walaupun di balas akan singkat padat dan jelas tanpa basa-basi.
Gavin kembali menatap Sisil yang masih terisak.
Menghela nafas kasar.
Kejadian yang tidak terduga ini sudah membuatnya pusing saja.
Tidak mungkin juga Gavin meninggalkan gadis ini dengan keadaannya yang seperti ini, lagi pula ini sudah malam bisa berbahaya baginya. Yang jelasnya Gavin tidak mau di salahkan, jika saja sesuatu terjadi kepada gadis itu.
Gavin menyalakan mesin mobilnya dengan terpaksa membawa Sisil pulang.
Dan kenapa Sisil sangat keras kepala sekali?. Gavin jadi kesusahan untuk mengusirnya dari mobil.
Sisil merasakan jika mobil bergerak. Langsung menatap Gavin sambil mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
Terlihat dengan satu tangannya Gavin mengambil sekotak Tisu yang ada di depannya, lalu di sodorkannya kepada Sisil tanpa berkata apapun.
Sisil menatap kotak tissue itu, mengambilnya tanpa mengatakan apapun kepada Gavin.
Mengusap wajahnya dan hidungnya yang tampak memerah.
'kenapa Yuda tega selingkuh sama sepupu gue sendiri.' Batin Sisil, pikirannya masih tertuju kepada Yuda dan Alin.
Bagaimanapun Sisil benar-benar masih mencintai Yuda.
Perasaan cintanya itu masih sangat besar untuk Yuda. Rasa kecewa dan cinta seketika menjadi satu. Mereka berpacaran sudah cukup lama dan momen kebersamaan mereka pun sangat banyak. Pasti akan sulit bagi Sisil untuk melupakan Yuda.
Cowok yang selama ini selalu ada buatnya, selalu menyatakan cinta kepadanya setiap hari tanpa Sisil merasa bosan
I love you more honey.
Perkataan itu yang selalu Yuda katakan setiap hari kepada Sisil.
Tapi ternyata hubungan mereka harus berakhir seperti ini karena orang ketiga, dan mirisnya lagi orang ketiga itu adalah saudara Sisil sendiri.
'plak'.
Sisil mengusap pipinya, kembali mengingat Yuda menamparnya begitu saja demi membela Alin.
Seumur hidupnya Sisil baru kali ini mendapatkan sebuah tamparan dari seseorang. Dan sangat menyakitkan, tamparan itu di lakukan oleh seseorang yang benar-benar Sisil cintai.
"Hiks". Kembali terisak. "Yuda jahat banget." Gumam Sisil dan Gavin mendengarnya.
Sring...
Sisil mengeluarkan ingusnya menggunakan tisu, dan itu berhasil membuat Gavin mengernyit geli. Melirik Sisil sekilas.
Gavin menggeleng-gelengkan kepalanya. Untuk apa juga gadis itu menangisi pacarnya yang sudah berselingkuh. Menurut Gavin itu sangat tidak berfaedah. Hanya membuang-buang tisu dan air mata saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments