Dua pria suruhan Dikta bergegas membawa gadis mungil itu menuju apartemen bosnya.
“Buka? Atau biarkan tertutup begini tuan?”
“Biarkan saja, barangkali dia masih sadar. Jangan sampai lengah.”
“Kalau dia mati bagaimana?” Pasalnya yang memerintahkan mereka adalah seorang Dikta Adhitama, jika tidak sesuai keinginannya sama saja dengan bunuh diri.
“Kau ini bodoh atau bagaimana? Seperti baru kali ini saja.” Omel pria bertubuh gempal itu.
Mereka melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi membelah malam, kebetulan jalan agak sepi, sehingga membuat mereka menjadi penguasa jalanan. Mereka benar-benar takut sebenarnya, bagaimana jika bos mereka mengamuk karena dua pria itu melakukan pekerjaan ini lama sekali.
****
Kasur empuk, hangat dan wangi sekali. Di mana sebenarnya dia berada? Rumahnya begitu mewah dan megah, Geona sampai mengerjapkan matanya. Kemegahan kamar ini bahkan melebihi kemegahan kamarnya.
“Aarrrgghh!” Rintih Geona merasakan sakit di kepalanya.
Beberapa menit terdiam, Geona memandangi sekeliling kamar itu. Hanya ada dia seorang di sana, dengan masih mengenakan pakaian rumah sakit. Hingga tak lama kemudian pandangannya tertuju pada pigura di atas nakas, dia tidak mengenal pria dan seorang anak di dalam pigura tersebut.
Ceklek..
Pandangan Geona beralih ke pintu yang tampaknya dibuka dari luar. Jantung Geona bergemuruh, siapa yang ada dibalik pintu? Demi apapun, dia masih trauma dengan kejadian tadi. Dua orang bertubuh gempal membekap mulutnya hingga pingsan.
Saking gugupnya, Geona memeluk lututnya. Tubuhnya membeku melihat pria tampan yang tengah berjalan ke arahnya. Wajahnya tampak tak bersahabat, entah kenapa dia setakut itu menatap mata pria itu.
“Kau tidur atau mati suri?” Tanya pria itu dengan suara dingin yang berhasil menusuk persendian Geona.
“S-siapa kau?”
“Tidak perlu tahu siapa saya, yang jelas kau harus bertanggung jawab karena sudah merenggut nyawa anak saya.”
Wajahnya pucat pasi, gadis itu bahkan tidak berkuasa bergeser walau hanya sedikit saja.
“M-maaf kumohon jangan sakiti aku, demi Tuhan aku tidak sengaja. Aku tidak berniat jahat kepada siapapun.” Geona mengatupkan telapak tangannya dengan tergesa.
Dikta memang tidak menggertak, tapi suara dan tatapan pria itu sukses membuat darah Geona seolah tumpah setengah.
“Tidak semudah itu anak kecil! Karena permintaan maafmu itu tidak akan membuat anakku kembali. Bahkan sampai mulutmu berbusa putraku tidak akan hidup lagi.”
Cengkraman tangan Dikta di dagu Geona sungguh membuat wajahnya memerah karena takut. Dia mencoba berontak, namun dengan cepat pria itu mengikis jarak.
“Aku siap dipenjara, aku tidak akan lari dari tanggung jawab! T-tapi tolong lepaskan aku, aku ingin bertemu papa dan mamaku sebentar saja.” Tuturnya mencoba bersuara walau pun lidahnya luar biasa kelu.
Pria itu tiba-tiba terkekeh dan sukses membuat Geona semakin meremang. “Penjara katamu?”
“Papaku akan membayar denda.” Ucap Geona ragu sebenarnya. Dia tidak tahu apa pria ini akan menerima denda yang ditawarkan? Kelihatannya dia sangat kaya dan tidak mungkin mau menerima denda andai semua harta papa Shaka diberikan padanya.
“Apa aku terlihat seperti pria miskin? Jika hanya karena uang dan penjara, kamu tidak mungkin berada di sini Geona.” Mata pria itu menunjukkan amarah yang luar biasa, dia lantas tersenyum sinis.
Geona hanya menangis sesenggukkan, tangisnya bahkan sampai memekakan telinga. Cengkraman di dagu Geona semakin kuat hingga dia meringis kesakitan. Bahkan Dikta tampak menikmati sakit yang Geona rasakan. Sejenak pandangan Dikta tertuju pada tubuh Geona dari ujung kaki hingga ujung rambut. Masih terlalu kecil, bahkan tubuhnya sangat mungil. Kalau dilihat-lihat, bukan seperti mahasiswa, melainkan masih seperti anak SMA.
“Menangislah! Aku suka melihat anak cengeng sepertimu.” Bisik Dikta menghempas tubuh Geona hingga gadis itu terjerembab.
“Papa!!!” Teriak Geona seraya menghindari Dikta.
“Anak manja.” Tutur Dikta seraya memandangi Geona yang berusaha bertahan. Hal itu sedikit menghibur jiwanya yang terluka karena kehilangan Ansel untuk selamanya.
“Menangislah! Tapi setelah ini jangan pernah menangis lagi dihadapanku! Aku muak melihat air matamu itu!” Bentak Dikta hingga Geona benar-benar menuruti perintah Dikta untuk menangis sembari berteriak memanggil papanya.
Berita hilangnya Geona, sukses membuat satu keluarga gempar. Mama, papa, oma Riana, opa Wijaya dan kedua kakaknya tampak gusar mencari keberadaan Geona. Pikiran mereka sama, yaitu Geona diculik oleh keluarga korban. Lantas hendak diapakan anaknya jika harus diculik begitu? Bukan kah bentuk tanggung jawab harus dipenjara atau diberi denda? Berbagai spekulasi menghiasi benak papa Shaka. Terlebih ayah dari korban berstatus duda, sebagai laki-laki, Shaka tentu tahu bagaimana otak licik seorang lelaki.
Amarah papa Shaka semakin tersulut kala melihat salah satu suster melewati ruangan putrinya. Tak tanggung-tanggung, papa Shaka memaki suster tersebut tanpa ampun.
“Ya Tuhan Nana, kamu di mana nak?” Lirih Shaka selelah itu.
“Ka, kita harus cepat-cepat menjemput Nana dari rumah pria itu. Aku takut terjadi hal buruk padanya.” Ujar Amira yang mulai berpikir macam-macam.
Melihat istrinya terluka seperti itu, hati Shaka teriris. Lantas, dia menarik Amira ke dalam pelukannya seraya mengecup puncak kepala sang istri dengan perasaan hancur.
Sementara Samudra, satu-satunya putra Shaka mengepalkan tangannya dan akan memberi pelajaran jika sampai pria itu melukai adik perempuannya. Bukan hanya dimanjakan mama dan papanya, tapi Geona juga dimanjakan kakak-kakaknya terutama Samudra, yang sering menjadi pelindung untuk Geona sejak ia kecil. Bahkan, beberapa gebetan Geona kerap kali mundur alon-alon begitu sudah dihadapkan dengan Samudra.
Samudra, pria tampan berusia tiga puluh tiga tahun belum juga menikah di usianya yang sudah sedewasa itu. Bahkan punya pacar saja baru dua bulan terakhir ini, setertutup itu Samudra soal cinta, dikarenakan kesibukannya mengelolah perusahaan pemberian papanya. Kini perusahaan itu kian berkembang pesat dan memiliki cabang di mana-mana.
“Mama dan papa tidak usah khawatir. Samudra sudah meminta Adit dan Joko untuk mencari keberadaan Nana.” Ya, mereka bukan hanya security biasa, dua pria bertubuh gempal itu kerap mendapat tugas tambahan untuk menjaga putri bungsu keluarga Buwana dan mencari musuh-musuh yang kedapatan mengkhianati papa Shaka.
Semua keluarga bergerak cepat, bahkan Samudra tidak hanya berharap pada Joko dan Adit untuk mencari adiknya, putra kebanggaan papa Shaka itu juga ikut turun tangan demi mencari adiknya.
Tidak hanya keluarga inti saja, Kevin dan Salsa serta Reza dan Yura juga ikut berada di rumah Shaka, karena mereka juga sama khawatirnya.
“Jika sampai terjadi apa-apa pada Geona, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Aku sudah gagal menjadi seorang ayah.” Lirih Shaka dengan napas yang kian melemah. Tatapannya kosong, bayangan tawa dan tangis Geona saat merengek padanya kini memenuhi otak pria paruh baya itu.
“Tuhan jauhkan putriku dari pria yang hendak menodainya.”
Hanya itu doa Shaka, mengingat setelah beranjak dewasa, putrinya tumbuh dengan kecantikan yang kerap dipuja-puja. Jelas dia khawatir bahkan rasanya dia akan gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
bunga
ceritanya seru
2024-02-05
2