Eps 2 Pulang Bersama Mama

Elsa sibuk merapikan pakaiannya serta menyisir rambutnya yang sedikit berantakan.

“Sayang, kamu mau kemana?” Tanya pria yang selama ini menjadi teman ranjang Elsa itu. Roki, begitulah ia disapa, pria bertato dengan wajah tampan yang tak seberapa itu adalah selingkuhan Elsa Olivia.

“Jangan panggil aku sayang! Semua ini gara-gara kamu! Kalau kau tidak memaksa aku untuk datang ke hotel ini menemuimu, Dikta tidak sampai menggrebekku.” Sesal wanita itu dengan emosi yang membuncah. Sudah tidak ada lagi hasrat dalam batinnya saat menatap sepasang netra teman ranjangnya itu. Yang ada hanya kebencian dan kebencian.

“Heh jangan berani menyalahkanku! Kau yang memulainya bahkan sejak awal kau yang mencari dan mendekatiku.” Tegas Roki dengan sorot tajam seakan hendak menguliti Elsa hidup-hidup. Dia mencengkram kuat tangan wanita itu.

“Saat ini rumah tanggaku lebih penting Roki, sedikit lagi baru kita akan menggapai impian kita.” Bujuk Elsa mulai melunak, sepertinya pria ini tidak boleh dihadapi dengan kekerasan.

Begitu mendengar Elsa berbicara soal harta, Roki langsung melunak.

“Baiklah, jangan lupa kirimkan aku uang ya.” Pria mata duitan, tentu saja bukan karena cinta pria itu mau menjalani hubungan terlarang dengan istri seorang presdir ternama di kota ini, tapi karena harta penyebabnya.

“Iya.” Jawab Elsa singkat padat dan tidak ikhlas sebenarnya. Dia sebal luar biasa, lama- lama pria ini seperti memerasnya. Namun terpaksa Elsa harus menurutinya agar supaya rahasia mereka tidak sampai ke telinga mertua Elsa. Bisa gawat kalau kedua mertuanya tahu, harapan Elsa untuk kembali pada Dikta akan pupus begitu saja.

Elsa berjalan terseyok-seyok menuju lantai dasar, tak peduli dengan hujatan banyak orang, anggaplah itu angin lewat.

Begitu sampai mobil, Elsa merogoh ponsel di dalam tasnya lalu menghubungi Dikta.

“Angkat mas!” Elsa berdecak sebal, yang ada di otaknya saat ini adalah bagaimana caranya agar Dikta luluh dan mau membatalkan gugatan yang hendak ia layangkan.

“Aaarggghh..” pekik Elsa dengan kekesalan yang tiada tara.

Ia menjambak rambutnya sendiri karena Dikta terus menolak panggilan telponnya.

“Aku harus ke pengadilan! Mas Dikta tidak boleh menceraikanku.” Elsa berujar tanpa dia ketahui bahwa, Dikta sudah sampai ke pengadilan terlebih dahulu.

Wanita itu menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya membelah hujan siang itu.

Sementara di rumah, beberapa menit begitu ia baru sampai dari pengadilan, Dikta memeluk tubuh mungil putranya menyalurkan kasih sayang yang takkan tergantikan. Ketakutan Dikta semakin nyata, dia tidak ingin anaknya hidup bersama Elsa yang nantinya akan menikah dengan pria lain. Dikta hanya takut kasih sayang pria itu tidak akan sama dengan kasih sayangnya pada Ansel.

Sesayang itu dia pada Ansel, putra satu-satunya yang ia dapatkan dari pernikahannya bersama Elsa.

“Kau yakin kita akan ke apartemen?” Tanya Evan sekali lagi. Bukan kah lebih baik Dikta pulang ke rumah orang tuanya?

“Iya Van.”

“Siapa yang akan ke apartemen?” Tanya seorang wanita yang tiba-tiba muncul dari ambang pintu.

“Mama.”

“Pulang ke rumah mama, bawa sekalian cucu mama.”

Dikta tercengang, pasalnya selama ini Dikta tidak berani membawa Ansel di kediaman mama dan papanya karena dia pikir mama akan menolaknya.

Sesaat kemudian, mata mama Monita menangkap sosok Ansel yang berada dalam dekapan Dikta. Ia tersenyum hangat kemudian mendekat ke arah Dikta, untuk meraih cucunya.

“Yuk sama oma.”

Ansel yang merasa asing dengan sosok yang di hadapannya kini tidak menggubris. Ali-alih menggubris mama Monita, anak kecil itu hanya menatap datar wanita yang hingga kini masih terlihat cantik, bahkan sebagian orang tidak akan percaya jika tau mama Monita punya anak sedewasa Dikta.

“Dia tidak mau!” Monita tersenyum getir. “Ini semua salah kamu Dikta! Kamu tidak membiasakan dia datang ke rumah mama.”

“Maaf ma. Dikta pikir mama akan menolaknya seperti mama menolak Elsa.” Dikta menunduk dengan sejuta sesal yang sukses membuat jiwanya terguncang.

“Anak tidak bersalah Dikta. Kau pikir mama sekejam itu? Dia cucu pertama mama.”

“Ya sudah, ayo kita pulang sekarang.” Ajak mama Monita seraya mengayunkan kakinya menuju mobil.

Dikta pun mengangguk pasrah dan mengikuti langkah mamanya dari belakang.

Begitu mereka berada di dalam mobil, Elsa terlihat turun dari mobilnya lalu kemudian menggedor-gedor kaca jendela.

“Mas! Buka pintunya mas. Aku ingin bicara dengan Ansel. Tolong jangan ceraikan aku mas! Kasihan Ansel.”

Mendengar itu Dikta menurunkan kaca mobilnya, rupanya ucapan Elsa tadi sedikit menelisik indera pendengarannya.

“Kasihan Ansel katamu? Lantas di mana belas kasihmu saat berselingkuh dengan badjingan itu Elsa?!” Tanya Dikta meninggi. Nurani wanita ini sepertinya tak berfungsi lagi, dia mengasihani Ansel padahal dirinya berselingkuh. Rasa sakit itu mengendap ke dalam relung hati Dikta dan membunuh rasa cinta yang selama ini dia limpahkan untuk Elsa.

“Mas, aku mohon, jangan bawa Ansel. Kalau kau ingin menceraikanku, tolong biarkan aku bersama Ansel.” Bujuk Elsa dengan raut memelas.

“Sudah lah Elsa, saya tidak rela cucu saya tinggal bersamamu. Saya khawatir kau tidak mampu mendidik Ansel dengan baik dan akan mencemari otaknya hingga memiliki pribadi yang buruk sepertimu.” Tidak pernah bicara, tapi sekalinya bicara mampu membuat dada Elsa bak di hujam ribuan anak panah.

Wanita paruh baya yang masih terlihat segar ini ternyata berani mengatainya. Selama ini mama Monita tidak pernah berucap yang sekiranya akan menyakiti hati Elsa, dia menolak Elsa dengan diamnya.

Elsa tak berani berkata-kata lagi kala sesepuh sudah mulai angkat suara. Elsa membeku dengan hatinya yang teramat bengkak. Matanya membasah, dan merenungi perbuatannya di kamar hotel itu. Dia tidak menyangka, satu jam bersama Roki di hotel, nyatanya akan merubah statusnya dari istri menjadi mantan istri.

Semua hancur, namun Elsa tidak akan menyerah. Baginya Dikta masih suaminya, dia tidak ingin menganggap perceraian itu ada. Intinya sampai detik ini mereka masih suami istri yang sah, batin Elsa.

“Papa? Kenapa kita meninggalkan mama?” Tanya Ansel yang sejak tadi melihat keributan itu. Putra Dikta ini ternyata tidak begitu dekat dengan mamanya sehingga begitu melihat mamanya meraung seperti tadi, Ansel tak berkutik sama sekali.

Dikta mendaratkan kecupan bertubi-tubi di pipi gembul anak berusia lima tahun itu dengan air mata yang tertahan di pelupuk matanya. Dikta berusaha kuat, dia tidak boleh lemah saat di hadapan Ansel.

“Ansel dan papa akan tinggal di rumah oma.” Jawab Monita dengan lantang.

“Tanpa mama? Apa mama sibuk di luar kota?” Tanya Ansel seperti yang dia ketahui selama ini. Mamanya memang bukan wanita karir, tapi sibuknya melebihi wanita karir. Elsa kerap minta izin untuk menginap keluar kota demi menemui orang tuanya dan meninggalkan Ansel di rumah bersama pengasuh.

“Mulai sekarang, Ansel jangan cari mama lagi, mama tidak akan pernah ikut.”

Evan yang berbicara. Dia tidak ingin membohongi anak kecil ini dengan memberikan harapan palsu. Karena pada kenyataannya, Elsa tidak akan pernah bertemu lagi dengannya.

Ansel mengangguk mengerti dan kembali tidur di pangkuan Dikta. Sesantai itu dia kala berpisah dengan mamanya, hubungan mereka memang tak seerat itu, meski mereka adalah ibu dan anak.

****

“Nana.”

“Hm?” Geona tersenyum hangat kala matanya menangkap wajah teduh itu yang kini sudah berada di hadapannya.

“Ini minumnya.”

“Terima kasih Devan.” Geona tersenyum sembari meraih botol minuman yang baru saja Devano beli dari supermarket.

“Oh ya Na, aku tidak suka loh kakak senior tadi menggodamu seperti itu.” Devano mencoba mengeluarkan uneg-uneg yang sejak tadi ia tahan.

“Tapi kan tidak nana respon juga Dev.”

“Iya, tapi tetap saja aku tidak suka. Saking kesalnya, begitu di luar kampus aku sengaja menemui lelaki itu dan memberikannya peringatan.”

Geona terkejut hingga tak sengaja menyemburkan kembali minuman yang sempat ia tenggak beberapa detik lalu.

Devano juga ikut terkejut lalu menepuk pelan punggung Geona demi menenangkannya.

“Pelan-pelan dong minumnya.”

“Kamu sih bikin kaget saja, lagi pula untuk apa kamu memberi peringatan segala pada kak Danu. Nanti kamu kena masalah Dev.” Keluh Geona tak habis pikir dengan tingkah pacarnya ini. Posesif yang tidak pada tempatnya, tak mengenal siapa pun itu, Devano yang cemburu buta suka seenaknya jika sang pujaan hati digoda pria lain.

“Aku tidak takut! Lagi pula itu kan di luar kampus, kalau masih di dalam kampus baru aku salah by.”

“Lalu? Apa kata kak Danu setelah itu?” Tanya Geona masih dengan wajah masamnya.

“Katanya selama janur kunig belum melengkung, artinya kamu masih milik umum. Aku kesal lah mendengar itu, lantas karena emosi yang membuncah, aku membungkam mulutnya dengan bogem mentah.”

Woah, Devan bukan sembarang Devan. Geona sampai terperangah mendengarnya, kelakuan Devan tidak berubah juga setelah dua tahun mereka menjalin kasih. Dan ini bukan kejadian pertama kali dalam hubungan mereka. Devano kerap ringan tangan jika sudah menyangkut Geona.

“Kamu berlebihan Dev. Aku tidak suka, kalau sampai dia kenapa-kenapa, nanti kamu yang masuk penjara.” Bukannya apa-apa, Geona justru mengkhawatirkan Devano, dia tidak mau Devano masuk penjara karena berbuat kekerasan pada anak orang.

“Aku lebih kaya dari dia Na, mana berani dia! Lagi pula, kalau sampai itu terjadi, papa pasti akan menebusku dengan uangnya.”

Lihat! Percaya diri sekali dia. Dia pikir papanya akan melindunginya walau dia sudah main tangan begitu. Dalam hal ini jelas saja dia yang salah karena berani menyerang lebih dulu, membelah anak yang melakukan kekerasan pada orang lain bukan gaya Ilham sama sekali.

Pria itu selalu menanamkan tanggung jawab meski ia sering menempatkan diri seolah teman bagi putranya. Memang Ilham juga kerap mengajarkan anak-anaknya agar jangan takut menyerang orang yang menyerang lebih dulu, namun siapa sangka ajaran itu digunakan Dikta dan Devan di segala aspek kehidupan. Dan dalam hal ini, menyerang yang dimaksud Devan adalah Danu yang lebih dulu mencari masalah dengan menggoda pacarnya.

“Aku tidak suka ya kamu sombong begitu Dev.” Tegur Geona dan sontak membuat Devano tersenyum sembari menampakkan gigi-gigi rapihnya dengan menunjukkan angka dua menggunakan jari sebagai isyarat permohonan ampun.

Menjalin kasih selama dua tahun lamanya bukan berarti sudah kenal dengan orang tua masing-masing. Dua-duanya masih takut untuk berterus terang di depan orang tua mereka. Geona masih di kekang ayahnya dan dilarang pacaran dulu sampai dia menyelesaikan kuliahnya, sementara Devano berbeda. Ilham dan Monita tidak membatasi Devan, tapi justru sang kakak lah yang mengekang hidupnya agar tidak pacaran lebih dulu.

Devano Maheswara Adhitama

Episodes
1 Eps 1 Penggrebekan
2 Eps 2 Pulang Bersama Mama
3 Eps 3 Duka Keluarga Adhitama
4 Eps 4 Hilangnya Geona
5 Eps 5 Kesedihan Keluarga Buwana Atas Hilangnya Geona
6 Eps 6 Hampir Saja
7 Eps 7 Shaka Buwana, Papamu?
8 Eps 8 Amarah Dua Pria yang Punya Kuasa
9 Eps 9 Surat Perjanjian
10 Eps 10 Menyerah
11 Eps 11 Kembalinya Tabiat Buruk Dikta
12 Eps 12 Beda Pendapat
13 Eps 13 Tengilnya Dikta
14 Eps 14 Salah Menduga
15 Eps 15 Tidak Ada yang Gratis
16 Eps 16 Diculik!
17 Eps 17 Menemukan Geona
18 Eps 18
19 Eps 19 Bertemu
20 Eps 20 Kecurigaan Mama Monita
21 Eps 21 Gara-gara Satu Nama
22 Eps 22 Devan Keceplosan
23 Eps 23 Menyalak Marah
24 Eps 24 Emosi Tak Terbendung
25 Eps 25 Tidak Gentar
26 Eps 26 Benar-Benar Berakhir
27 Eps 27 Bertikai
28 Eps 28 Kamu Wanitaku!
29 Eps 29 Pemaksa
30 Eps 30 Rencana Elsa
31 Eps 31 Mempengaruhi Devan
32 Eps 32 Makan Siang
33 Eps 33 Ketar Ketir
34 Eps 34 Masih Nekat
35 Eps 35 Perang Saudara
36 Eps 36 Kekesalan Mama Monita
37 Eps 37 Mengelabui Geona
38 Eps 38 Larangan Mutlak
39 Eps 39 Solusi Sesat Dari Evan
40 Eps 40 Cemburu Akut
41 Eps 41 Rahasia
42 Eps 42 Dilemah
43 Eps 43 Menghilang
44 Eps 44 Panik
45 Eps 45 Masih Nihil
46 Eps 46 Fakta Mencengangkan!
47 Eps 47 Hukuman Untuk Elsa
48 Eps 48 Galau Sekeluarga
49 Eps 49 Menyemangati Dikta
50 Eps 50 Ayah-Ayah Bijaksana
51 Eps 51 Titik Terang/Bukan
52 Eps 52 Rumor Penghalang
53 Eps 53 Berangkat Ke Jerman
54 Eps 54
55 Eps 55 Akhirnya
56 Eps 56 Menahan Diri
57 Eps 57 Dia Pria yang Bertanggung Jawab
58 Eps 58 Ungkapan Mengejutkan
59 Eps 59 Pertemuan Dua Keluarga
60 Eps 60 Keras Kepala
61 Eps 61 Tugas Dari Calon Mertua
62 Eps 62 Susahnya Cari Istri
63 Eps 63 Hasil Tak Terduga
64 Eps 64 Kejutan
65 Eps 65 Bukan Malam Pertama
66 Eps 66 Melepas Rindu
67 Eps 67 Kejutan Manis
68 Eps 68 Berpisah Sebentar
69 Eps 69 Amarah Dikta
70 Eps 70 Virtual
71 Eps 71 Kebaikan Mertua
72 Eps 72 Menuju Lahiran
73 Eps 73 Berjuang Tanpa Dikta
74 Eps 74 Welcome Baby Girl
75 Eps 75 Hasil Produksi Sendiri
76 Eps 76 Demi Masa Depan Geona
77 Eps 77 Rebutan Yuna
78 Eps 78 Jangan Sakiti Dia!
79 Eps 79 Takut Tapi Ingin
80 Eps 80 Gara-gara Puasa
81 Eps 81 Tips Jitu Dari Queen
82 Eps 82 Menuntas Dahaga
83 Eps 83 Resepsi
84 Eps 84 Menyebalkan
85 Eps 85 Kembali Ke Dunia Nyata
86 Eps 86 Melindungi Dengan Caranya
87 Eps 87 Melawan Rival
88 Eps 88 Definisi Bucin Akut
89 Eps 89 Suami Asbun
90 Eps 90 Big News
91 Eps 91 Ketahuan
92 Eps 92 Tidur Bertiga
93 Eps 93 Dalam Bahaya
94 Eps 94 Sesak!
95 Eps 95 Ternyata Kau!!
96 Eps 96 Pengkhianat Sesungguhnya!
97 Eps 97 Menciptakan Hukum Sendiri
98 Eps 98 Penyiksaan Dimulai!
99 Eps 99 Jangan Mendekatiku - Geona
100 Eps 100 Trauma
101 Eps 101 Dahaga yang Tak Berkesudahan
102 Eps 102 Marahnya Mama Monita
103 Eps 103 Bunuh Diri
104 Eps 104 Cemburuan
105 Eps 105 Mati Kutu
106 Eps 106 Gambaran Kehidupan Evan
107 Promosi Karya Baru ~ Gairah Cinta Sang Kakak
108 Eps 107 Kabar Bahagia - End
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Eps 1 Penggrebekan
2
Eps 2 Pulang Bersama Mama
3
Eps 3 Duka Keluarga Adhitama
4
Eps 4 Hilangnya Geona
5
Eps 5 Kesedihan Keluarga Buwana Atas Hilangnya Geona
6
Eps 6 Hampir Saja
7
Eps 7 Shaka Buwana, Papamu?
8
Eps 8 Amarah Dua Pria yang Punya Kuasa
9
Eps 9 Surat Perjanjian
10
Eps 10 Menyerah
11
Eps 11 Kembalinya Tabiat Buruk Dikta
12
Eps 12 Beda Pendapat
13
Eps 13 Tengilnya Dikta
14
Eps 14 Salah Menduga
15
Eps 15 Tidak Ada yang Gratis
16
Eps 16 Diculik!
17
Eps 17 Menemukan Geona
18
Eps 18
19
Eps 19 Bertemu
20
Eps 20 Kecurigaan Mama Monita
21
Eps 21 Gara-gara Satu Nama
22
Eps 22 Devan Keceplosan
23
Eps 23 Menyalak Marah
24
Eps 24 Emosi Tak Terbendung
25
Eps 25 Tidak Gentar
26
Eps 26 Benar-Benar Berakhir
27
Eps 27 Bertikai
28
Eps 28 Kamu Wanitaku!
29
Eps 29 Pemaksa
30
Eps 30 Rencana Elsa
31
Eps 31 Mempengaruhi Devan
32
Eps 32 Makan Siang
33
Eps 33 Ketar Ketir
34
Eps 34 Masih Nekat
35
Eps 35 Perang Saudara
36
Eps 36 Kekesalan Mama Monita
37
Eps 37 Mengelabui Geona
38
Eps 38 Larangan Mutlak
39
Eps 39 Solusi Sesat Dari Evan
40
Eps 40 Cemburu Akut
41
Eps 41 Rahasia
42
Eps 42 Dilemah
43
Eps 43 Menghilang
44
Eps 44 Panik
45
Eps 45 Masih Nihil
46
Eps 46 Fakta Mencengangkan!
47
Eps 47 Hukuman Untuk Elsa
48
Eps 48 Galau Sekeluarga
49
Eps 49 Menyemangati Dikta
50
Eps 50 Ayah-Ayah Bijaksana
51
Eps 51 Titik Terang/Bukan
52
Eps 52 Rumor Penghalang
53
Eps 53 Berangkat Ke Jerman
54
Eps 54
55
Eps 55 Akhirnya
56
Eps 56 Menahan Diri
57
Eps 57 Dia Pria yang Bertanggung Jawab
58
Eps 58 Ungkapan Mengejutkan
59
Eps 59 Pertemuan Dua Keluarga
60
Eps 60 Keras Kepala
61
Eps 61 Tugas Dari Calon Mertua
62
Eps 62 Susahnya Cari Istri
63
Eps 63 Hasil Tak Terduga
64
Eps 64 Kejutan
65
Eps 65 Bukan Malam Pertama
66
Eps 66 Melepas Rindu
67
Eps 67 Kejutan Manis
68
Eps 68 Berpisah Sebentar
69
Eps 69 Amarah Dikta
70
Eps 70 Virtual
71
Eps 71 Kebaikan Mertua
72
Eps 72 Menuju Lahiran
73
Eps 73 Berjuang Tanpa Dikta
74
Eps 74 Welcome Baby Girl
75
Eps 75 Hasil Produksi Sendiri
76
Eps 76 Demi Masa Depan Geona
77
Eps 77 Rebutan Yuna
78
Eps 78 Jangan Sakiti Dia!
79
Eps 79 Takut Tapi Ingin
80
Eps 80 Gara-gara Puasa
81
Eps 81 Tips Jitu Dari Queen
82
Eps 82 Menuntas Dahaga
83
Eps 83 Resepsi
84
Eps 84 Menyebalkan
85
Eps 85 Kembali Ke Dunia Nyata
86
Eps 86 Melindungi Dengan Caranya
87
Eps 87 Melawan Rival
88
Eps 88 Definisi Bucin Akut
89
Eps 89 Suami Asbun
90
Eps 90 Big News
91
Eps 91 Ketahuan
92
Eps 92 Tidur Bertiga
93
Eps 93 Dalam Bahaya
94
Eps 94 Sesak!
95
Eps 95 Ternyata Kau!!
96
Eps 96 Pengkhianat Sesungguhnya!
97
Eps 97 Menciptakan Hukum Sendiri
98
Eps 98 Penyiksaan Dimulai!
99
Eps 99 Jangan Mendekatiku - Geona
100
Eps 100 Trauma
101
Eps 101 Dahaga yang Tak Berkesudahan
102
Eps 102 Marahnya Mama Monita
103
Eps 103 Bunuh Diri
104
Eps 104 Cemburuan
105
Eps 105 Mati Kutu
106
Eps 106 Gambaran Kehidupan Evan
107
Promosi Karya Baru ~ Gairah Cinta Sang Kakak
108
Eps 107 Kabar Bahagia - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!