Malaikat pelindung (best secret of my life)

Malaikat pelindung (best secret of my life)

Kisah ku

Tahun ini usia ku menginjak 18 tahun, tidak seperti kebanyakan perempuan di luar sana yang menikmati masa remaja nya. Namun aku harus berkutat dengan malaikat mungil yang sedang berayun di ayunan bayi yang berada di hadapan ku.

Apakah malaikat itu anakku?? Bagaimana bisa aku memiliki anak di usia ku yang begitu muda?? Apakah aku kupu-kupu malam?? Pasti banyak pertanyaan yang menyelimuti, namun inilah kisah ku....

Namaku Ayuna Defara, aku di besarkan di sebuah rumah sederhana di salah satu kota sebut saja kota A. Di rumah itu terlihat begitu nyaman dari luar, banyak yang iri terhadap ku tanpa tau apa yang harus aku alami.

Saat itu tubuh kecil ini masih berumur 4 tahun, baru belajar mengingat memori. Di masa itu mungkin anak anak sebaya ku menghabiskan waktunya untuk bermain atau di manja oleh orang tua nya. Namun berbeda dengan ku yang di paksa oleh keadaan untuk menjadi dewasa di usia ku yang masih sangat kecil.

Kenapa?? Apakah aku anak yatim?? Salah...

Orang tua ku masih lengkap, baik ayah atau ibu ku, aku bahkan memiliki dua orang kakak laki laki, seorang kakak perempuan dan seorang adik laki laki. Banyak yang iri karena melihat aku masih di kelilingi keluarga yang lengkap namun mereka tak pernah tau hal yang paling menyedihkan bagi seorang anak bukan karena orang tua nya tiada ataupun bercerai. Namun, saat mereka ada dan terlihat baik di luar tapi di dalam seperti neraka.

Pagi itu aku bangun seperti biasa jam 6, aku langsung mengekori ibu ku yang sibuk mengurusi jualan nya. Yah ibu ku adalah seorang penjual sayuran keliling, meski penghasilan nya tidak banyak namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari meski terkadang ad waktu nya kami tidak bisa makan. Lalu ayah ku?? Jangan di tanya dia tidak bekerja dan terus saja bilang kalau di sakit sakitan, padahal ku lihat ia baik baik saja.

"Mandi lah!!" Seru ibu ku menatap ku.

Aku langsung berlari kecil ke belakang untuk mandi karena takut ibu ku marah kalau aku berlama lama. Setelah selesai mandi, kakak perempuan ku memakaikan aku baju dan sebuah pita di rambut ku yang membuat ku tersenyum bahagia. Setelah ia selesai dengan ku, ia pamit berangkat sekolah, saat itu ia masih menginjak bangku SMA, ini adalah tahun pertama sekolah nya.

"Kak, boleh minta coklat??" Tanya ku dengan wajah polos.

"Ini.." Ia tersenyum sembari memberi ku sebuah coklat yang slalu ia siapkan untuk ku setiap akan berangkat sekolah.

Ku lihat ibu ku pun sudah mau berangkat berjualan, aku hanya menatap nya sendu. Karena sebenarnya takut di tinggal di rumah, namun apa daya aku tak bisa merengek seperti adik ku, karna pasti akan di marahi.

Skip

Hari sudah beranjak siang hari, membuat perut ku sedikit lapar, aku segera ke meja makan untuk mengambil nasi dan lauk yang sudah di sediakan oleh ibu ku. Mata ku berbinar hanya dengan melihat ada tumis bayam dan ikan asin kesukaan ku, juga ada sambal terasi yang cukup pedas dan aku hanya mengambil nya sedikit. Walaupun aku masih kecil, tapi aku sudah tahan dengan rasa pedas, karena aku di ajarkan untuk tak memilih makanan.

"Enak..." Seru ku antusias yang sedang melahap makanan ku, sedangkan terlihat adik ku baru saja bangun dari tidur nya.

Ia masih kecil, usia nya hanya terpaut satu tahun lebih sedikit dari ku, jadi kita kira saat itu dia berusia hampir 3 tahun. Aku segera meninggalkan makanan ku di atas meja dan mengambil kan adik ku nasi dan juga lauk untuk di makan. Namun hanya nasi dan tumis bayam saja karena adik ku belum tahan pedas dan tidak suka ikan asin.

Dia berjalan ke arah ku dengan tampang sumringah melihat ku membawakan makanan untuk nya. Ia duduk berhadapan dengan ku untuk meminta di suapi, dengan senang hati aku melakukan nya.

Yak lama makanan nya pun tandas, setelah itu ia izin bermain dengan teman nya di luar.

Saat aku melihat adik ku sudah bermain, aku kembali menyantap makanan ku tadi. Namun baru saja beberapa suap tertelan sebuah tangan menghempaskan piring ku. Hal itu membuatku sangat ketakutan, seluruh tubuh ku gemetar tak menentu.

Tangan Itu menyeret ku masuk ke dalam kamar, dia adalah ayah ku yang mungkin sering orang bilang adalah cinta pertama seorang anak perempuan. Namun tidak untuk ku, aku menangis tanpa suara menahan sakit di punggung ku akibat ulah ayah ku. Aku tak berani menatap nya apalagi mengeluarkan suara sedikit pun, hanya bisa menangis meringkuk di dalam kamar ku.

Tubuh ku terasa remuk akibat pukulan dan cambukan ayah ku, bahkan terlihat jelas membiru d beberapa bagian terutama kaki dan tangan ku. Punggung?? Entah lah, harus bagaimana aku menggambarkan nya.

Ini lah hidup ku, yang slalu orang luar sana iri kan, seandainya bisa bertukar aku pun ingin hidup sebagai orang lain. Tubuh kecil ku meringkuk tak berdaya dengan air mata yang terus mengalir. Apa?? Kenapa ayah ku tega?? Apa dia mabuk??

Tidak..... Ia tidak merokok atau pun meminum minuman keras selama yang aku tahu, ia hanya suka berjudi dengan uang hasil jerih apayah ibu ku. Yang terkadang membuat mereka slalu bertengkar, sejak aku belajar mengingat yang ku lihat hanya lah pertengkaran dan pertengkaran. Ibu ku slalu beralasan karena sudah banyak anak dia bertahan, namun ia tak memikirkan bagaimana dengan mental anak nya. Ini lebih buruk dari dampak perceraian orang tua.

Ayah ku yang slalu senang berjudi, kalau dia menang maka dia akan membeli makanan enak dan menyembunyikan nya di kamar. Namun kalau kalah selalu aku, dan selalu aku yang kena sasaran dan aku pun tak terlalu ingat sejak kapan ayah ku mulai memukuli ku tiap dia ada masalah....

"Hiksss... Buu .... Hiksss hiksss...." Rintih ku berharap ibu ku cepat pulang atau kakak perempuan ku yang cepat pulang.

Kemana kakak laki laki ku?? Kakak pertama ku sudah menikah dan ikut keluarga istri nya, sedangkan kakak ku yang satu lagi aku tak tahu dia sering tak berada di rumah. Sampai suara adzan berkumandang, tak ada tanda tanda orang akan menolong ku.

Aku berusaha untuk duduk meski rasa nya seperti tubuh ku hancur. Aku berjalan ke dapur memeriksa apakah ada air hangat, namun nihil, alhasil aku hanya membasuh luka ku dengan air dingin yang membuatku semakin menangis tapi takut mengeluarkan suara. Setelah itu aku mengambil Betadine di tak yang biasa kakak perempuan ku gunakan, aku tahu persis tempat nya karna ini bukan pertama kali aku terluka.

Setelah selesai dengan luka ku, aku ke lemari mencari baju dan celana panjang untuk ku gunakan. Lalu aku langsung mencari keberadaan adik ku, meski dengan jalan yang sedikit tertatih. Aku tersenyum melihat adik ku tertidur di depan tv dengan tv ang masih menyala.

Aku mematikan tv, dan mengusap rambut adik laki laki ku itu, berharap ia tak kan menjadi seperti aku.....

Terpopuler

Comments

Viaa

Viaa

baru jga bca dh melow

2023-11-07

0

Alyn

Alyn

wah bagus nih cerita nya

2023-11-07

0

Diva Kurnia sari

Diva Kurnia sari

hy aku udah mampir ya 👋novel ku juga 🤭jangan lupa mampir

2023-10-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!