Jika hidup bisa memilih

"Assalamualaikum..." Suara kakak perempuan ku membuat ku ingin melompat kegirangan namun ku urungkan karena tubuhku masih begitu sakit.

Ku lihat ia datang bersama teman nya, ayah ku yang melihat itu langsung datang menyambut meski sesekali ia terbatuk. Aku melihat wajah ayah ku berbinar cerah sekali, sangat berbeda dengan tadi.

"Na..." Suara kakak perempuan ku menyadarkan ku.

Oh ya aku lupa, nama kakak perempuan ku ini Rahma Ayunda putri.

"Hmm...." Gumam ku sembari menatap wajah kak Rahma polos.

"Nih...." Kak Rahma menyerahkan sebuah bingkisan yang ternyata isi nya eskrim.

"Makasih kak..." ucap ku tersenyum senang dan langsung berjalan ke kamar menghampiri adik ku.

Ya tadi ia sempat terbangun dan ku suruh pindah ke kamar alhasil bukan nya tidur ia malah bermain di kamar. Adik ku bernama Naufan Fitrayan.

"Dek, liat di bawain kak Rahma eskrim...." Ujar ku antusias, aku memang sudah lancar bicara.

"wahhh.... Wahh..... " Mata nya berbinar menatap eskrim yang aku pegang.

Aku langsung membukakan eskrim itu untuk adik ku dan untuk diri ku sendiri. Ku lihat dia begitu menyukai eskrim yang di belikan oleh kak Rahma. Aku pun begitu, karena aku sangat suka eskrim rasa strawberry. Aku tak mengerti dengan apa yang di bicarakan kak Rahma, teman nya itu dan juga ayah ku. Aku pun tak mau ikut campur urusan orang dewasa, setelah selesai makan eskrim aku mengajak Naufan adik ku untuk bermain sepeda di luar.

"Kak..." Dengan ragu ragu aku memanggil kak Rahma yang sedang mengobrol dengan teman nya.

"Kenapa?" Kak Rahma berjongkok sembari mengusap Surai rambut ku.

"Boleh main sepeda sama adek??" Tanya ku meminta izin pada kak Rahma yang entah kenapa dia justru terkekeh mendengar ucapan ku.

Kakak ku segera beranjak dari tempat nya, mengambil sepeda roda tiga yang ada bocengan nya. Aku tersenyum senang melihat kak Rahma mengeluarkan sepeda itu, aku segera menarik lembut lengan Naufan dan menyuruh nya duduk di kursi belakang. Sepeda itu aman karna ada sandaran nya sepeda jaman dulu untuk anak anak.

"Jangan jauh jauh!!" peringat kak Rahma dan aku hanya mengangguk mulai menggoes sepeda di luar rumah.

Setelah di rasa cukup bermain aku memilih untuk mengajak adik ku pulang. Ternyata teman kak Rahma itu masih ada di sini, aku mencoba menanyakan kepada kak Rahma.

"Kak?? Kok temen kakak masih di sini??" Tanya ku penasaran.

"Dia itu anak nya bibi Ika, sepupu jauh nya ayah... Kata nya dia mau tinggal di sini selama sekolah..." Jelas kak Rahma yang membuatku bingung.

"Emang dia gak punya rumah?" Tanya ku polos, yang membuat kak Rahma terkekeh.

"Rumah orang tua nya jauh di desa, dia di sini tinggal ngontrak, tapi sepi kata nya ngontrak sendiri jadi mau tinggal di sini aja...." Aku mengangguk angguk meski sebenarnya tidak terlalu mengerti.

Tak ingin memikirkan lebih banyak hal aku beranjak ke belakang untuk mandi, karna ku lihat adik ku sudah selesai di mandikan oleh ibu ku. Setelah mandi rupa nya di depan sudah ada sajian yang di letakan di atas tikar. Aku sempat bertanya tanya, tumben kelihatan nya ingin makan bersama. Kak Rahma meminta ku untuk segera memakai baju ku dan bergabung untuk makan.

Makan malam kali ini spesial untuk ku, karna sangat jarang sekali bisa makan bersama. Biasa nya siapa yang lapar ambil sendiri, tak ada yang memperdulikan apapun. Mata ku berbinar melihat ada pindang Ikan patin di hadapan ku, tanpa menunggu lama semua orang mulai menyantap makanan nya. Begitu Pun aku, aku melihat ayah ku terus mengobrol dengan teman kak Rahma yang belum ku tahu siapa nama nya. Aku sedikit iri pada nya, kenapa dia begitu datang sudah bisa dekat sekali dengan ayah, padahal aku sendiri tak pernah bisa. Tanpa bisa ku tahan cairan bening jatuh luruh melalui pelupuk mata ku.

"Na...." Panggil kak Rahma yang membuat ku refleks menoleh.

"kenapa?" Tanya nya sedikit khawatir.

"Gak, ini kuah nya panas, uap nya ke mata jadi perih..." Ucap ku sembari menunjukkan deretan gigi ku.

Setelah makan malam, dengan tega nya ayah menyuruh ku tidur di depan tv karna Kak Dewi, yah teman kak Rahma akan memakai kamar bersama dengan kak Rahma. Aku selama ini memang berbagi kamar dengan kak Rahma. Kak Rahma mencoba membela ku, kalo aku tetap bisa tidur di kamar walaupun ada kak Dewi. Namun ayah bilang kamar itu sempit biar lah suruh adikmu mengalah. Jujur hati ku seperti teriris pisau, mendengar ucapan ayah ku.

skip

Hari demi hari telah ku lewati, seperti biasa tak ada yang berubah, bahkan bisa ku katakan lebih parah. Sekarang makin jelas perbedaan sikap ayah ku pada ku dan yang lain. Sedangkan sikap ayah pada keponakan nya itu yang baru hadir slalu baik dan lembut, ya siapa lagi kalau bukan kak Dewi.

Tak terasa sudah hampir satu tahun kak Dewi tinggal di rumah kami, hari itu terjadi pertengkaran hebat antara ibu ku dan kak Dewi. Kak Rahma segera menarik ku ke dalam kamar, di sana pun masih terdengar jelas pertengkaran mereka. Aku hanya bisa menangis dan menangis, aku bingung sebenarnya ada apa. Aku sangat takut bila ada pertengkaran, karna saat berakhir mungkin ayah akan memukul ku lagi. Aku memeluk erat tubuh kak Rahma, dan ia terus saja mencoba menenangkan ku.

Praannggg

praannggg

Aku tak tahu apa yang terjadi di luar sana yang jelas ada suara pecahan piring atau cangkir terdengar sangat nyaring. Mendengar hal itu kak Rahma melepaskan pelukannya.

"Na... Di sini dlu yah, kakak mau liat ke depan, inget kunci pintu jangan buka siapapun yang ngetik kecuali kakak, ngerti!!" Aku hanya bisa mengangguk paham.

Setelah kepergian kak Rahma, aku melakukan apa yang ia katakan yaitu mengunci pintu. Aku menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh ku yang bergetar hebat. Di usia ku yang masih segini begitu banyak siksaan mental yang harus aku terima, dan aku hanya bisa menangis. Terkadang aku berpikir bagaimana cara ku untuk hidup ke depan nya. Kenapa aku harus di lahir kan kalau seperti ini. Jika boleh memilih aku tak pernah ingin di lahir kan ke dunia ini.

Dunia yang kacau, tak pernah damai yang membuat ku tak pernah tenang. Aku meringkuk sembari terus memperhatikan pintu, aku mempertajam telinga ku karna seperti nya sudah tak ada lagi keributan. Namun aku harus menurut pada kak Rahma, sebelum ia datang aku tak boleh membuka pintu untuk siapa pun. Aku hanya bisa menunggu dan menunggu dengan ke adaan risau. Dan jika hidup bisa memilih, aku ingin semua nya berubah.....

Terpopuler

Comments

Viaa

Viaa

bener² nyesek

2023-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!