My Pretty Body Guard
"Sayang aku hamil!" Ujar wanita muda yang baru saja memasuki apartemen.
"Apa? Mengapa kamu begitu ceroboh? Akukan sudah bilang kamu harus meminum obat anti hamil itu setiap kita melakukannya," hardik si lelaki itu padanya sambil mencekal pergelangan tangan si wanita.
"Tapi sayang, ini anak kamu karena terakhir kali aku berhubungan itu ya sama kamu!" desis wanita itu padanya sambil menahan rasa sakit ditangannya.
"Yakin itu anakku?" lelaki itu menatap remeh pada wanitanya dan mendorong punggung wanita itu ke tembok.
"Kenapa kamu berkata seperti itu? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu sangat mencintaiku dan tidak ada wanita lain yang kamu cintai selain aku," lirih wanita itu padanya.
Gadis itu telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada lelaki itu karena dia sangat mempercayai lelaki itu sangat mencintainya. Selama mereka bersama, lelaki itu selalu memberikan perlindungan dan membiayainya. Meskipun terkadang perlakuannya terkadang kasar tetapi dia bisa membuat wanita itu merasa nyaman saat bersamanya.
"Ya, aku memang mencintaimu tapi kamu tahu aku tidak ingin terikat dengan pernikahan. Tidak akan ada pernikahan didalam hidupku!" ucap lelaki itu datar padanya lalu menghempaskan tubuh wanita itu ke ranjang yang ada dihadapannya.
Wanita itu terluka dan menangis atas sikap lelakinya, dia merasa lelaki itu tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya. Lantas bagaimana dengan nasib bayi yang ada didalam kandungannya saat ini? Dia tidak ingin anaj itu lahir tanpa seorang ayah.
"Gugurkan anak itu secepatnya atau aku akan menghabisimu bersama dengan anak itu," ancam lelaki itu padanya.
Sontak saja si wanita merasa takut dan khawatir. Dirinya dan bayinya dalam keadaan terancam. Dia harus segera mencari solusi dari semua permasalahannya.
Wanita yang merasa terintimidasi itu hanya menangis sambil mengusap perutnya yang masih datar. Sungguh dia tak ingin kehilangan bayinya.
Merasa iba sang pria itu mendekati wanitanya lalu memeluk tubuh si wanita. "Maaf aku terbawa emosi, masalah dihidupku sudah terlalu banyak. Ketika mendengar kau megatakan dirimu hamil membuatku jadi melampiaskan kekesalanku padamu. Apa kau sudah benar-benar memeriksa apa kau benar-benar hamil?" lelaki itu merendahkan nada suaranya sambil memeluk wanita itu.
Sejenak ada rasa nyaman yang dirasakannya saat bersama prianya dan itulah salah satu alasannya mengapa dia tetap bertahan bersamanya. Tubuh yang selalu siap dijadikannya sebagai tempat sandran dan kenyamanan untuk dirinya seperti saat ini.
"Aku yakin, karena sudah tiga alat tes kehamilan yang aku periksa dan ketiganya positif menunjukkan aku hamil, dan aku juga sudah dua minggu ini telat datang bulan" jelas wanita itu lagi.
"Baiklah kalau begitu besok kita ke dokter kandungan dan jika benar kau hamil aku akan menikahimu dan kita akan besarkan anak itu bersama," senyum tipis terlihat diwajah sang lelaki.
"Benarkah? Jadi kau akan menikahiku jika benar aku hamil?" harap wanita itu dengan wajah sumringah.
"Tentu saja, bukankah itu yang kau inginkan?"
Wanita itupun menganggukkan kepalanya. Dirinya merqsa lega karena pria itu akhirnya mau mempertanggung jawabkan perbuatannya.
***
"Shiera, lo kok belum siap juga sih. Emangnya lo ga berangkat kuliah pagi ini?" seorang teman yang tengah berdandan di depan cermin memperhatikana gadis yang masih berbalut selimut diatas ranjangnya.
"Ga Karin, gue kurang enak badan. Kayaknya gue ga masuk hari ini,"
Karin yang mendengarkan ucapan sahabatnya itu langsung menghampirinya dan mengusap dahi Shiera.
"Lo demam? tapi kayaknya ga deh, kening lo ga panas. Lo kenapa?" selidik sahabatnya merasa ingin tahu.
"Gue cape Rin, gue mau istirahat," jelasnya pada sahabatnya.
"Hm, ya udah kalau begitu gue berangkat dulu. Kalau lo butuh sesuatu telpon gue," Karin segera beranjak dari ranjang shiera kemudian keluar dan mengendarai motornya untuk berangkat ke kampus.
Hari itu Shiera sengaja tidak berangkat ke kampus karena dia ada janji dengan seseorang tapi dia sengaja beralibi sedang tidak enak badan agar sahabatnya itu tidak banyak bertanya padanya.
"Kamu sudah siap?" seorang pria muda telah berada di depan pintu kostan wanita itu.
"Sudah yang," jawabnya dengan melukiskan senyuman pada kekasihnya.
"Kalau begitu ayo kita berangkat, tapi sebelumnya kita ke dokter kandungan dulu untuk memastikan kamu hamil atau ga," jelas lelaki itu padanya.
Shiera hanya mengangguk dan mengikuti perkataannya.
Selama tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai ke tempat yang dimaksudkan kekasihnya.
"Turun! Ikuti aku," titah lelaki itu padanya.
"Katanya mau ke dokter kandungan, kenapa kita malah ke tempat sepi seperti ini? Kamu mau bawa aku kemana?" cecar wanita itu merasa ada keanehan.
Mengapa kekasihnya membawa ke tempat yang jauh dari keramaiana seperti ini? Tempat yang menyeramkan baginya.
"Tadikan aku udah bilang mau bawa kamu ke dokter kadungan," lelaki itu menarik kasar tangan Shiera agar segera keluar dari mobil. Dirinya tidak ingin ada satu orangpun yang mengetahui keberadaan mereka berdua saat ini.
"Ta ... tapi aku takut, ini bukan seperti rumah sakit tapi lebih seperti rumah tinggal," jelas wanita itu dengan wajah ketakutan.
"Kamu ikut aja, jangan banyak bicara. Kita akan menemui dokter langgananku," lelaki itu tetap menyeretnya dengan kesal.
"Tapi kamu ga bohongi aku kan?"
"Ya ga lah ngapain juga aku bohong?" sentak lelaki itu padanya.
Akhirnya mereka sampai disebuah rumah. Benar rumah itu adalah sebuah klinik tapi sangat aneh mengapa ada klinik yang letaknya jauh dari pusat keramaian pasiennya juga tidak terlihat banyak. Hanya ada dirinya dan kekasihnya saat ini.
"Dokter, ini dia yang mau diperiksa kandungannya," ujar lelaki itu pada seorang lelaki berbaju putih layaknya seorang dokter.
"Nona, silakan berbaring saya akan memeriksa anda dulu," pinta sang dokter pada Shiera.
"Apa benar anda seorang dokter kandungan?" Shiera sedikit curiga padanya, tapi dokter itu hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaannya.
"Sudah berapa bulan usia kandungannya?" tanya dokter itu.
"Saya ga tahu dok. Yang pasti saya sudah telat dua minggu,"
"Berarti usia kandungan anda masih baru, jadi tidak perlu dilakukan operasi. Cukup minum obat yang akan saya buatkan resepnya, tapi saya harus mengecek kesehatan kamu dulu," tukas sang dokter sambil memeriksa kondisi kesehatan Shiera.
"Operasi? Sayakan baru hamil dok masa mau operasi atau minum obat?" protes gadis itu pada dokter.
"Lo cerewet ya, dengerin aja apa kata dokter!" ketus sang pria yang mengantarkannya tadi.
"Begini nona ... shiera, usia kandungan anda masih muda jadi jika ingin menggugurkannya tidak akan terlalu sulit," ucap dokter itu setelah memastikan Shiera benar-benar hamil.
"Jadi benar dok dia hamil?"
"Tadi kita sudah cek USG dan seperti yang kamu lihat tadi ada calon bayi didalam perut pacar kamu," dokter itu sangat mengenal lelaki ini karena dia memang sering meminta obat anti hamil untuk pasangan ranjangnya.
Setelah dokter itu memberikan obat yang akan dikonsumsi, merekapun pergi dari tempat itu.
"Lo dengar kata dokter tadi. Usia kandungan lo masih muda jadi lo minum obat ini segera biar masalah kita cepat selesai," titah lelaki itu padanya.
"Ga!!! Aku ga mau minum obat ini. Hentikan mobilnya aku mau keluar dari sini!" teriak wanita itu sambil melemparkan obat itu ke wajah si pria.
"Kau beraninya kau membentakku! Kau bosan hidup ya!" ancam pria itu padanya. Kemudian dia menghentikan mobilnya ke tepi jalan.
"Aku ga mau menggugurkan anak ini," lirih wanita itu padanya.
"Tapi aku ga siap menikah apalagi punya anak, kamu juga pasti ga siapkan jadi ibu dalam usia muda seperti ini? Ayolah yang dengerin kata-kataku, " bujuk lelaki itu sambil mengusap kepala sang gadis.
Benar yang dikatakan lelaki itu mereka sama-sama tidak siap untuk menjadi orang tua dalam usia muda, tapi bukan berarti dia akan melakukan kesalahan lagi dengan membunuh nyawa yang ada didalam perutnya.
"Aku ga mau kehilangan anak ini," wanita itu mulai menangis tersedu-sedu.
"Okay kalau begitu maumu. Silakan keluar dari mobilku dan jangan hadapkan wajahmu ataupun anak itu padaku," titah lelaki itu dengan nada dingin.
Merasa kesal Shiera segera keluar dari mobil itu dan membiarkan lelaki yang berada dimobil itu berlalu dari hadapannya.
Menyesal itu yang dirasakannya saat ini, dengan bahu bergetar dan kaki yang telah bertumpu ditanah dirinya menangis dengan suara yang sangat keancang meratapi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments