BCS - Gara-gara Bian

Bian hanya bisa mengepalkan jari-jarinya menatap ke arah Casey yang dipapah turun oleh Johan. Sambil terus bicara melantur dan sesekali mendorong Johan kesana kemari. Casey berjalan sempoyongan mencari jalan keluar menuju tempat parkir.

"Bian, kau dimana Bian?" tanya Casey berkali-kali hingga tubuhnya limbung di depan sebuah mobil.

"Bian.." panggilan terakhir Casey membuat Bian keluar dari persembunyiannya.

"Johan." panggilnya

Johan tersentak, berbalik menghadap atasannya dengan ekspresi tak percaya.

"Pak Bastian, kenapa anda bisa ada di sini? Bukankah seharusnya anda sudah pulang sejak tadi?" heran Johan mengingat ini sudah tengah malam

"Biarkan aku yang mengantarnya pulang." ujar Bian

"Tapi, apa bapak tahu tempat tinggalnya?" tanya Johan

"Tidak ada yang lebih mengenalnya selain aku Johan. Sini, biar ku angkat tubuhnya." ujar Bian meletakkan kedua tangannya di bawah lutut Casey

"Terima kasih sudah membawanya turun. Jangan ceritakan hal ini pada siapapun." ujar Bian sambil membuka pintu mobil dengan kunci otomatisnya

Johan membungkuk hormat. Membiarkan atasannya membawa serta wanita yang dia cintai.

Bian menyandarkan Casey dan menurunkan kursinya agar lebih nyaman untuk berbaring.

"Bian.. Kau jahat sekali. Kenapa kau justru pergi, setelah aku menyatakan perasaanku? Apa gadis buruk rupa ini, terlalu menakutkan bagimu?" Casey masih melantur dalam keadaan terpejam

"Tentu saja, karena kau bukan levelnya Casey. Andai saja kau secantik Angelina Jolie, pasti tidak ada yang bisa menolak pesonamu. Hehehe." Casey bahkan menjawab sendiri pertanyaannya

Bian tersenyum. Sejujurnya bukan itu yang membuatnya pergi tiba-tiba. Melainkan meninggalnya sang ibu karena serangan jantunglah yang mengharuskan dia pindah ke luar negeri. Nyatanya, Bian memilih kembali ke negara asalnya demi Casey. Gadis yang dicintainya diam-diam ini.

Bian mengendarai mobilnya ke arah apartmentnya. Sengaja tidak membawa Casey pulang karena segan pada kedua orang tuanya. Bian berniat menemui mereka. Hanya saat dia siap melamar anak gadisnya. Bukan saat ini, membawanya pulang tengah malam dalam keadaan mabuk.

"Selamat datang Pak Bian." sapa penjaga yang sedang bertugas

Bian menyerahkan kunci mobilnya untuk diparkirkan. Membuka pintu sebelah dan mengangkat seorang gadis yang tengah tertidur.

"Baru kali ini, saya melihat bapak bersama seorang gadis." seloroh penjaga itu

Bian hanya tersenyum. Tak bergeming. Dibawanya masuk ke dalam lift dan menekan lantai yang akan dituju. Tepat di depan kamar. Bian mengetik kode akses masuk kamarnya. Pintu otomatis terbuka, Bian menyalakan lampu dan tampaklah sebuah ruangan luas dengan perabotan mahal bernuansa eropa.

Bian membaringkan tubuh Casey yang sudah pulas. Aroma alkohol menyeruak indera penciumannya, jarak wajah keduanya tidak lebih dari sejengkal. Bian menatap wajah yang amat dirindukannya itu, perlahan tangannya mengusap wajah polos Casey.

"Maafkan aku Casey, aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaanku." ujar Bian

Perlahan Bian mendekatkan wajahnya, menutup kedua matanya dan mencium bibir ranum Casey yang tengah tertidur. Pelan namun pasti Bian menggerakkan bibirnya. Menyesapi setiap rasa manis di bibir Casey.

"Aku mencintaimu Casey." Segera Bian bangkit dan menyelimuti Casey.

"Dika, tolong kirimkan Maya kesini. Biarkan dia menemani Casey. Aku akan pulang sekarang" ujar Bian di telepon

"Pak Bian sudah bersamanya?" tanya Dika memastikan

"Ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya Dika. Bereskan kamarku, aku akan tidur di rumah." Bian mematikan teleponnya

Bergegas dia keluar dan kembali ke rumah.

Pukul 07.00 pagi, sinar matahari masuk melalui jendela besar di kamar Bian, tubuh Casey menggeliat. Rasa kantuk di matanya tak kunjung menghilang. Perlahan kelopak matanya terbuka, sedikit menyipit karena silau sebelum akhirnya mengerjapkan matanya berulang-ulang.

"Dimana aku?" Casey bangkit secara tiba-tiba dan mengejutkan Maya yang berdiri di sampingnya.

"Selamat pagi, Nona Casey. Anda berada di apartement Pak Bastian." ujar Maya tersenyum sopan

"Apa? Pak Bastian? Bukannya semalam aku bersama Johan? Apa jangan-jangan?" Casey melihat ke balik selimut.

Pakaiannya masih utuh tidak ada tanda-tanda terjadi sesuatu padanya. Casey berdiri mencari cermin dan memeriksa seluruh tubuhnya. Tidak ada tanda merah di leher atau bahunya. Bersih seperti biasanya. Lalu Casey menyibak selimut tebal itu dan mencari bercak noda aneh di sprei. Bersih. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

"Syukurlah aku masih p*rawan!" gumam Casey sontak mengundang tawa Maya

"Maafkan saya Non, tapi Pak Bastian bahkan tidak bermalam disini. Saya sendirilah yang mengantar Nona setelah ditemukan pingsan di rooftop." bohong Maya untuk menghindari kecurigaan Casey

"Apa? Aku pingsan di rooftop? Bukankah semalam.." Casey mencoba mengingat-ingat. Terakhir kali, memang dia tengah mabuk berdua bersama Johan tapi setelahnya dia tidak ingat lagi.

"Dasar Johan! Dia bahkan meninggalkanku saat mabuk. Tidak bertanggung jawab. Aku akan ke kantor sekarang dan memberinya pelajaran!" kesal Casey melangkah keluar kamar dengan percaya diri

"Maaf nona. Tapi setidaknya anda harus membersihkan diri dulu." ujar Maya membawa setelan kantor berwarna nude yang sudah disiapkan

"Baju baru?" pekik Casey menarik baju dalam gantungan itu ke kamar mandi.

"Tugas saya sudah selesai Pak." ujar Maya menghubungi Bian dengan alat kecil di telinganya

"Terima kasih Maya. Akan ku beri bonus tambahan, tapi tolong antarkan Casey ke kantor dengan selamat." ujar Bian menatap layar laptopnya yang terhubung dengan CCTV apartementnya.

"Baik Pak."

Bian tersenyum puas. Ditatapnya lekat-lekat wajah Casey yang tengah bersolek di depan cermin.

"Kapan anda akan menemuinya secara langsung Pak?" tanya Dika memasangkan jas hitam pada Bian

"Nanti, menunggu moment yang tepat." ujar Bian merapikan kembali pakaiannya sebelum berangkat.

Casey dilayani bak seorang atasan. Dibukakan pintu, dibawa ke kafe mahal hanya sekedar untuk sarapan dan diantarkan ke kantor tempatnya bekerja. Sebuah tas branded mahal menggantung di lengannya. Dengan heels hitam tinggi, Casey berjalan penuh percaya diri.

"Casey!" panggil Meylani menyadari wanita cantik di hadapannya adalah Casey

"Mey, lihatlah. Apa setelan kantor ini terlihat pas untukku?" tanya Casey berputar-putar lalu mengangkat satu kakinya ke belakang.

"Darimana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Meylani

"U.. Uang?"

"Tas ini bernilai puluhan juta Casey! Katakan dengan siapa kau tidur semalam!" ujar Meylani dengan heboh mengangkat tas Casey ke atas

"Aku tidur sendirian. Memangnya kenapa?" tanya Casey polos

"Jangan berpura-pura. Kau pasti punya pekerjaan sampingan kan. Atau, kau memang simpanan om-om tua. Para sugar dady yang banyak uang?" terka Meylani

"Mana mungkin! Aku masih virgin Meylani. Dan akan terus menjaganya untuk Bian. Hanya dialah yang boleh mengambilnya dariku!" ucap Casey dengan bangga

Tanpa sadar Bian yang mendengarnya pun tertawa. Pun halnya dengan Dika dan Reyhan yang mengawal kemana pun Bian pergi.

Casey menoleh. Menyadari sang CEO ada di belakangnya. Cepat-cepat dia membungkukkan badannya.

"Masuklah. Ini sudah hampir jam delapan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!