"Baik Pak." jawab Meylani malu-malu
Sementara Casey memasang yang wajah jutek hanya tersenyum tipis. Bian tersenyum melihat ekspresi itu. Di belakangnya, Casey memuji setinggi langit. Tapi di hadapannya tampang tak suka itu yang selalu dia suguhkan. Ya memang dasarnya Casey tidak menyadari bahwa Bian versi dewasa adalah Bastian yang kini ada di hadapannya.
Casey berbalik menuju ruangannya bersama dengan Meylani yang sesekali melirik ke arah Bian dengan tatapan kagum.
"Anda sudah mendengarnya Pak? Bahkan hal sevulgar itu dia nyatakan terang-terangan di kantor." bisik Dika
Bian hanya tersenyum. Ada rasa bahagia dalam dirinya, meski tidak dipungkiri Bian sangat penasaran. Benarkah, Casey menjaga hal itu demi Bian?
"Selamat pagi semuanya." teriak Casey berlarian menuju meja kesayangannya
"Baiklah, kita berjumpa lagi Bian sayang. Muach!" tingkah aneh Casey kembali memicu keributan
"Casey, ku rasa kau butuh psikiater." seloroh Nanda
"Ah, benar. Apa kau perlu ku kenalkan salah satu temanku? Sepertinya terlalu lama menjomblo membuatmu tidak waras." Sindir Sherly
"Tidak tidak. Aku masih sepenuhnya waras teman-teman. Aku tidak gila dan tidak akan mengamuk seperti yang kalian bayangkan. Aku hanya sedang menyemangati diri sendiri. Bukankah begitu Bian sayang?" Kembali Casey bicara pada layar monitornya.
"Sekarang dia mulai lagi!" tukas Andre membalikkan kursi ke arah lain
Casey mengamati dengan seksama, potret lelaki berbaju putih yang tengah duduk di atas motorsport merah dengan kerennya.
"Kedua mata sipit ini, hidung mancungnya. Bibir seksinya. Ah, aku bisa gila." teriak Casey
"Kenapa kau harus gila?" tanya Robert, kepala divisi yang baru datang dari luar kota.
"Pak Robert, anda sudah kembali?" Casey terkejut langsung memperbaiki posisi duduknya
"Casey, apa laporan yang ku minta minggu lalu sudah jadi?" tanya Robert.
"Laporan?" dahi Casey mengernyit. "Ya Tuhan laporan yang itu ya!"
"Jangan bilang kau lupa mengerjakannya!" kesal Robert
Casey hanya nyengir kuda menatapnya. Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting itu. Ceroboh. Gumam Casey dalam hati.
"Lemburlah malam ini! Jangan berani pulang sebelum tugasmu selesai!" ujar Robert melemparkan sebuah map biru ke meja Casey
"Ba.. Baik Pak." pasrah Casey membuka laporan perkembangan proyek yang baru saja ditinjau Robert.
"Kenapa harus aku?" gumam Casey membaca malas tulisan ceker ayam yang Robert buat.
"Makanya, jangan terlalu banyak menghalu! Sekarang nikmati saja malammu!" olok Meylani
"Dasar wanita licik." gerutu Casey.
Casey memandangi wajah tampan yang selalu dia rindukan. Selalu seperti itu setiap hari jika dia merasa bosan dengan pekerjaannya. Ditambah tugas lemburnya malam itu. Casey bahkan tidak sempat makan siang. Johan yang beberapa kali datang mengajaknya makan, tidak dihiraukan. Casey fokus menatap laporannya hingga tanpa sadar langit telah gelap. Kedua matanya sudah hitam berkantung. Sesekali menguap dan menyandarkan bahunya di kursi.
"Sedikit lagi Casey. Kau pasti bisa!" ujarnya mengetikkan laporan serah terima kontrak kerja di paling belakang.
"Casey!" panggil Johan membawa secangkir kopi
"Aku tidak bisa mabuk sekarang Johan! Tugasku harus selesai malam ini!" ujar Casey memasang kertas untuk mencetaknya
"Aku hanya membawakan kopi. Kau lelah Casey beristirahatlah. Biar ku cetak dokumenmu!" tawar Johan duduk di bangku Meylani
"Tidak Johan! Ini tugasku. Aku lembur juga karena kelalaianku, jadi biarlah aku menyelesaikannya sendiri." ujar Casey mulai mengeprint dokumennya
"Baiklah, ku temani ya!" ujar Johan
"Tidak perlu, kau pulanglah. Sepertinya pekerjaan ini tidak akan selesai dengan cepat." Casey menoleh ke arah jam tangannya. Sudah pukul 9 lewat.
"Baiklah, kalau begitu. Ku tinggal dulu ya. Ini ku bawakan biskuit. Makanlah untuk mengganjal perut." ujar Johan
"Terima kasih Johan tapi aku tetap belum memaafkanmu!" tukas Casey tiba-tiba teringat sesuatu
"Kenapa kau meninggalkanku mabuk di atas sana Johan? Kau tahu betapa malunya aku, ketika pengawal Pak Bastian menemukanku tertidur dengan sampah berserakan. Oh ya Tuhan, ini sangat memalukan!" ujar Casey seketika rasa kantuknya hilang
Johan menghela napas. Meski tidak begitu kejadian yang sebenarnya, namun Johan tidak mungkin memberitahu Casey apa yang terjadi semalam.
"Traktir makan malam!" tukas Casey tiba-tiba
"Apa?" tanya Johan
"Untuk menebus kesalahanmu, kau harus mentraktirku makan!" balas Casey mengedipkan sebelah matanya
"Baiklah. Baiklah. Cepat selesaikan itu dan ku tunggu di bawah." ujar Johan pasrah. Lagipula Johan takut, Casey akan marah dan menjauhinya.
Casey menarik lembaran dokumen itu dalam sekali hentakan dan pyarr.. Tanpa sengaja menyenggol secangkir kopi yang tumpah mengenai lembar kontraknya.
"Oh astaga!" Casey menutup mulutnya dengan jari-jarinya.
"Ya Tuhan, bagaimana ini? Kontraknya? Haa... Kenapa bisa aku ceroboh begini. Kontrak ini akan dipakai meeting besok kan? Baiklah aku akan mencetaknya lagi." gumam Casey berdialog dengan dirinya sendiri.
Tanpa membaca dengan teliti justru Casey mencetak dokumen lain.
"Begini saja seharusnya sudah beres kan?" Casey tersenyum puas.
Mengambil sejumlah tisu den mengelap meja dan lantai yang kotor. Tak lupa memunguti pecahan cangkir yang berceceran di lantai.
"Beres." gumam Casey laku memasukkan dokumen ke dalam map tanpa memeriksanya lagi
Casey mematikan pc nya lalu bergegas menyusul Johan di bawah. Keluar dari ruangan, tampak Bian juga keluar dari ruangannya. Bian menatap heran kenapa Casey masih di kantor semalam ini.
"Nona Valencia." panggil Bian mencoba bersikap formal
"Apa yang membuatmu, masih betah di kantor di jam segini?" tanya Bian melihat lorong yang mulai gelap
"Pak Robert meminta saya lembur. Saya melupakan laporan penting minggu lalu, beliau bilang itu bahan meeting dengan dewan direksi besok." ujar Casey dengan kepala tertunduk
Bian mengangguk paham. Lalu berjalan melewati Casey tanpa sepatah kata pun. Casey mengikuti dari belakang. Masuk di lift yang sama masih dengan keheningan diantara mereka.
"Pastikan, kau tidak salah membuatnya. Besok adalah penentuan proyek besar ini akan jatuh ke tangan siapa." ujar Bian berjalan keluar lebih dulu
"Tentu saja tidak akan salah. Aku bahkan sudah memastikannya sebelum mencetak. Ah menyebalkan sekali." gerutu Casey menghambur ke arah Johan yang sudah menunggunya
"Kemana kita akan makan Casey?" tanya Johan
"Aku ingin sup seafood yang hangat. Sepertinya aku akan makan dua porsi. Persiapkan uangmu Johan, si tukang makan ini akan siap menghabiskan." celoteh Casey memicu tawa Johan
"Cih Dasar!" gumam Bian mengamati mobil Johan yang semakin menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments