Bab 3. Kuatlah demi kesehatan mentalmu!

Saat itu aku hanya bisa menetaskan air mata yang sangat sulit untuk aku bendung. Tanpa terasa tubuh ini telah berada di pelukan Abimana. Pria tampan berusia 29 tahun yang sudah 5 tahun menjadi sopirku.

Tepatnya setelah Ayahku meninggal menyusul ibuku yang meninggal beberapa tahun sebelum kematian ayahku.

Aku terus menangis di pelukan pemuda itu yang sejak tadi hanya diam dan mengelus punggungku.

"Apakah kau sudah mengetahui tentang kebusukan mereka di belakang ku?" tanyaku pada akhirnya setelah hatiku mulai tentang.

"Sebenarnya aku sudah tahu tentang suamimu yang menikah lagi sejak satu tahun pernikahan kamu dengan Alvin. Aku sudah beberapa kali memberikan isyarat padamu, tetapi kau selalu mengatakan bahwa aku lancang karena sudah ikut campur urusan kalian. Jadi, aku hanya bisa menjagamu dari kejauhan dengan terus bersamamu. Maafkan aku!" aku benar-benar tidak menyangka bahwa selama ini aku telah menjadi seorang wanita yang begitu bodoh karena tidak bisa mengendus ataupun mengetahui perselingkuhan suamiku yang sudah dilakukan lama sekali di depan hidung ku sendiri karena ternyata suamiku menempatkan istri keduanya di rumah kedua orang tuaku sendiri. Kejam sekali kamu, Mas!!

Dengan begitu sabar Abimana terus menghiburku dan berusaha untuk menenangkan diri ini yang baru saja terbangun dari mimpi indah yang dibangun oleh suamiku dan di gantikan dengan mimpi buruk yang begitu menyakitkan bagiku.

Hari ini adalah hari terberat yang pernah aku alami sepanjang hidupku. Di mana aku mengetahui semua keburukan dan juga tipu muslihat yang sudah dilakukan oleh mereka terhadapku selama bertahun-tahun lamanya.

"Kenapa Bibi dan Mamang tidak memberitahu aku tentang mereka yang tinggal di sini? Kenapa?'' tanyaku dengan begitu kecewa.

Aku melihat pasangan suami istri yang sudah lebih dari 30 tahun lamanya bekerja dan mengabdi pada keluargaku terlihat menangis tersedu-sedu.

"Maafkan kami berdua Nyonya. Karena kami tidak mampu untuk melawan ancaman dari tuan Alvin yang selalu menjadikan anak-anak kami sebagai tameng mereka agar tidak menceritakan kejadian yang terjadi di rumah ini sejak Tuan besar meninggal dunia!" Bi Warsih terisak dengan suara yang gemetar.

"Tolong ceritakan semuanya padaku tanpa ada yang disembunyikan. Aku ingin mengetahui semuanya dengan gamblang. Sejak kapan wanita itu dan Mas Alvin tinggal di rumah ini?" tanyaku pada mereka yang kemudian bercerita dengan tersendat-sendat.

Rasanya hatiku seperti mendapatkan palu godam ribuan kati beratnya. Ya Allah! Rasanya dakit tak terkira setelah mengetahui kejahatan suamiku yang ternyata selama ini telah menipuku mentah-mentah.

Ternyata semua perkataannya dulu ketika mengatakan merindukan kedua orang tuaku yang sudah meninggal dan merasa tersiksa karena selalu ingat dengan mereka kalau tinggal di rumah ini, itu semua hanya bohong dan modus saja untuk membodohiku agar bisa membawa gundiknya ke rumah ini. Kejam!!!

Dia sengaja melakukan itu agar bisa membawa istri mudanya untuk menatap di rumah kedua orang tuaku. Rumah ini tidak kalah mewah dari rumah yang sekarang aku tempati bersama dengan mas Alvin. Bisa di katakan rumah ini dua kali lipat besarnya dan perabotannya pun sangatlah mahal karena langsung didatangkan dari luar negeri oleh ayahku.

Sungguh keji sekali suamiku yang memanfaatkan kepercayaanku untuk kepentingannya dalam rangka membahagiakan istri mudanya.

"Siapa nama wanita itu dan sudah berapa lama dia tinggal di rumah ini?" tanyaku penasaran.

"Nyonya Marina menempati rumah ini satu minggu setelah nyonya dan Tuan Alvin pindah ke rumah baru. Nyonya, mereka berdua sudah memiliki dua orang anak berusia 3 tahun dan 1 tahun." Ucap Bi Warsih sambil menundukkan kepalanya.

Ternyata apa yang dikatakan oleh ibu mertuaku semuanya adalah kebenaran. Suamiku memang menikah lagi. Tadi ketika mendengar itu dari mulut beliau, aku rasanya tidak percaya sama sekali dengan hal itu.

Bodohnya aku karena merasa Mas Alvin memang mencintaiku dan tidak bisa hidup tanpa aku. Salahkah aku merasa begitu? Karena memang setiap kali kami bersama Mas Alvin selalu membisikkan kata-kata itu di telingaku.

Aku sekarang sadar bahwa kata-kata sampah itu hanyalah caranya untuk memperdayaku dan menjeratku semakin dalam.

"Nyonya aku akan membantumu. Kalau kau ingin balas dendam kepada mereka!" aku cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Abimana yang terlihat begitu berwibawa.

Entah sejak kapan pemuda itu terlihat begitu dewasa. Aku selama ini tidak pernah memperhatikan Abimana layaknya pribadi. Aku terlalu fokus kepada Mas Alvin dan keluarganya sehingga tidak memperhatikan orang-orang di sekelilingku yang sayang dan perduli padaku.

Mendengar semua yang diceritakan oleh Bi Warsih dan suaminya seketika Ingatanku melayang pada kejadian beberapa tahun lalu saat suamiku ijin mau melakukan perjalanan ke luar kota selama sebulan. Waktu itu aku bersikeras ingin mengikutinya tetapi Mas Alvin menolak dan menginginkanku untuk tetap di Jakarta.

Tampaknya saat itu adalah waktu di mana Mas Alvin menyambut anak pertama mereka yang sekarang sudah berusia 3 tahun.

Hatiku lemas. Ngapain saja aku selama bertahun lamanya menjadi istri Mas Alvin sampai tidak bisa menyadari perselingkuhannya?

Aku terus mengingat semua kejadian di masa lalu di mana Mas Alvin sering sekali meminta izin untuk pergi ke luar kota selama berhari-hari dengan alasan proyek baru yang harus dia tangani sendiri karena tidak percaya dengan anak buahnya.

Mungkin dia menggunakan waktu-waktu itu untuk berkumpul dengan istri keduanya dan keluarga kecilnya yang baru aku ketahui sekarang. "Bodoh nya aku!" geramku.

Ketika aku hendak kembali masuk ke rumah itu Abimana sekali lagi mencekal tanganku dan melarangku. "Percaya padaku! Nyonya, aku bisa membantumu untuk memberikan pelajaran kepada suamimu dan keluarga benalu itu. Aku juga bisa menjamin bahwa mereka akan meninggalkanmu perlahan-lahan." ucap Abimana dengan penuh keyakinan.

Akan tetapi hatiku merasa ragu karena melihat kemampuan yang dimiliki oleh Abimana selama ini. "Kamu hanya seorang sopir yang setiap bulan gajiku habis untuk bayar cicilan mobil dan rumah kamu. Apa yang bisa kau lakukan untuk membalas sakit hati Ini?" tanyaku kesal luar biasa.

Abimana terlihat tersenyum begitu manis dan sejujurnya membuat aku merasa grogi dan malu. Aneh sekali. Kenapa Abimana tidak merasa tersinggung dengan perkataanku yang merendahkan dirinya tadi??

"Jangan takut jadi janda, kita berhak bahagia!" aku terkejut mendengarkan ucapan seseorang yang tiba-tiba saja sudah berkumpul bersama kami di sini. "Kuatlah demi kesehatan mentalmu!" ucapnya lagi dengan tegas.

Aku hanya mengerutkan kening saat seorang wanita asing yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapanku dengan senyumannya yang begitu menyejukkan tanpa peringatan apapun dulu.

"Siapa kamu? Tidak sopan sekali untuk menimpali ucapan orang lain!" sengitku kesel pada wanita asing yang saat ini sedang tersenyum kepadaku dengan begitu manis dan penuh Kerinduan.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

maskud nya Abimana apa ya..

2023-11-26

1

YuWie

YuWie

masih terheran2..terlalu lama lahh klo 10th..hehehe

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!