Satu tahun kemudian setelah kepergian Sang Pemimpin Kultus.
Di dalam kamar, tampak Yan Ran yang sedang membacakan sebuah buku cerita pahlawan pada Chun Yang kecil.
Di saat Yan Ran sedang membacakan cerita, di sisi lain Chun Yang kecil sedang merenungi satu tahun yang sudah dia lewati.
"Satu tahun sudah berlalu semenjak hari itu. Setelah kepergiannya pada hari itu, Ayahku tidak pernah lagi menunjukkan wajahnya. Kabarnya dia masih berada di perbatasan dan belum kembali sampai sekarang."
"Aku tidak tahu kapan ayahku akan kembali. Aku harap dia bisa kembali secepatnya. Karena walau aku tidak terlalu menyukainya karena sikapnya pada hari itu, tapi tampaknya ibuku sangat khawatir dan merindukannya" pikir Chun Yang kecil di benaknya sambil melihat wajah Ibunya.
Saat itu tiba-tiba suara gemuruh petir terdengar di langit. Di luar tampak cuaca yang sedang mendung seperti akan segera turun hujan.
"Apakah malam ini akan turun hujan?" pikir Yan Ran di benaknya.
Kemudian Waktu berlalu dan malam hari pun tiba.
Yan Ran yang sudah memastikan bahwa Chun Yang kecil telah tertidur lelap kemudian meninggalkannya sendirian di dalam kamar.
Akan tetapi sesaat setelah Yan Ran menutup pintu, Chun Yang kecil yang ternyata belum tidur kemudian membuka matanya.
"Huuff.... Ternyata menjadi bayi benar-benar melelahkan!" kata Chun Yang setelah membuka matanya.
"Zero!"
"Ya, Tuan!"
"Benar, sudah satu tahun aku mengubah nama Sistem 001 menjadi Zero agar lebih mudah di sebutkan. Zero, bagaimana? Apakah kamu suka dengan nama yang aku berikan?" tanya Chun Yang.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang Tuan berikan. Saya di program untuk tidak memiliki emosi atau perasaan!" jawab Zero.
"Ya, aku tahu itu. Kamu selalu menjawab dengan kalimat yang sama!" kata Chun Yang.
Kemudian di luar, hujan akhirnya turun seperti yang telah diperkirakan.
Tak lama setelah hujan turun, Zero memanggil Chun Yang.
"Tuan!" Panggil Zero hingga membuat Chun Yang memiliki tanda tanya.
"Ada apa?"
"Baru saja, ada sekelompok orang yang menyelinap masuk ke kediaman. Mereka berjumlah sepuluh orang dan masing-masing dari mereka membawa sebuah senjata!" kata Zero memberitahu Chun Yang.
"Apa?!" Chun Yang yang mendengar itu merasa terkejut.
Hingga tidak lama kemudian terdengarlah suara teriakan dan pertarungan dari luar.
Di luar tampak orang-orang berpakaian serba hitam yang sedang bertarung dan membunuh para penjaga serta pelayan.
"Tuan, orang-orang itu mulai membunuh para penjaga dan pelayan. Situasi saat ini benar-benar berbahaya!" kata Zero memberi peringatan pada Chun Yang.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" ujar Chun Yang merasa gelisah.
Walau menyadari situasi sedang sangat berbahaya, Chun Yang yang masih bayi hanya bisa diam di atas tempat tidur kecilnya.
Di tengah situasi yang berbahaya tersebut, tidak lama kemudian Yan Ran datang ke kamar dan menghampiri Chun Yang.
"Yang er kecilku, untunglah kamu baik-baik saja!" kata Yan Ran segera memeluk dan menggendong Chun Yang kecil.
Di sisi lain, tiga orang penjaga kemudian menyusul Yan Ran dan berdiri di dekat pintu.
"Nyonya, cepat bawa pangeran pergi dari sini. Situasi saat ini benar-benar sangat berbahaya! Nyonya serta Pangeran harus segera kabur dan menyelamatkan diri!" kata Ketua Penjaga yang berjaga di dekat pintu.
"Bagaimana dengan kalian?" tanya Yan Ran pada mereka.
"Kami akan tetap berada di sini untuk menahan orang-orang itu. Kami akan mencoba mengulur waktu selama mungkin untuk Nyonya dan Pangeran. Jadi Nyonya segeralah bawa pangeran kabur dan pergi dari sini!" kata penjaga tersebut dengan tegas.
Kemudian tanpa membuang waktu lagi, Yan Ran segera melarikan diri menuju ke hutan sambil menggendong Chun Yang kecil di pelukannya.
Di sisi lain, ketiga penjaga tersebut kemudian bertarung dan menahan para pembunuh yang mencoba mengejar Yan Ran dan Chun Yang.
Namun dengan adanya perbedaan jumlah dan kekuatan di antara mereka, maka sudah dapat dipastikan pihak mana yang akan kalah.
Ketiga penjaga itu segera terpojok oleh kepungan orang-orang berpakaian hitam tersebut.
"Bajingan! Beraninya main keroyokan! Jika kalian seorang pria, ayo kita satu lawan satu!" kata ketua penjaga kepada para pembunuh tersebut.
"Kamu terlalu banyak bicara untuk orang yang akan segera mati!" kata salah satu Pembunuh tersebut.
"Brengsek! Walaupun aku harus mati, aku tidak akan membiarkan kalian mengejar Nyonya dan Pangeran!" kata Ketua Penjaga.
"Heh! Kamu benar-benar banyak bicara! Bunuh dia!"
Seketika dari arah belakang seorang pembunuh langsung menusuk punggung Ketua Penjaga yang mana tusukan tersebut menembus langsung hingga ke dadanya.
Sesaat setelah itu kematian Ketua Penjaga kemudian disusul oleh kedua penjaga lainnya.
Segera setelah ketiga penjaga dikalahkan, para pembunuh tersebut kemudian berkumpul untuk memberi laporan pada ketua mereka.
"Lapor Ketua, semua saksi mata sudah kami lenyapkan!" kata salah satu Pembunuh melapor kepada ketuanya.
"Kerja bagus! Bagaimana dengan kedua orang itu?" tanya Sang Ketua Pembunuh.
"Mereka kabur menuju hutan!" jawab Pembunuh tersebut.
"Hutan? Kalau begitu cepat kejar mereka. Malam ini kedua orang itu harus mati!" kata Sang Ketua memberi perintah.
Setelah perintah tersebut, Ketua Pembunuh dan pembunuh lainnya langsung mengejar Yan Ran dan Chun Yang yang kabur menuju hutan.
Sementara itu di dalam hutan tampak Yan Ran yang terus berlari sambil menggendong Chun Yang.
Setelah berlari cukup jauh, Yan Ran yang kelelahan kemudian berhenti berlari dan bersandar di sebuah pohon.
Dengan nafas yang tersengal-sengal, Yan Ran segera memeriksa kondisi Chun Yang kecil yang ada di pelukannya.
"Yang er, apakah kamu kedinginan? Maafkan ibu karena sudah membawamu dalam situasi seperti ini. Ibu pasti akan membawamu dengan selamat!" kata Yan Ran sembari mengusap air hujan yang membasahi wajah Chun Yang.
"Aku bicara begitu, tapi aku sudah tidak punya kemampuan lagi untuk berlari. Kakiku juga terluka terkena ranting kayu saat berlari ke sini. Aku harap orang-orang itu tidak mengejar sampai ke tempat ini!" kata Yan Ran berharap di benaknya.
Sementara itu di sisi lain, didalam hutan tampak orang-orang berpakaian hitam yang masih mencari Yan Ran dan Chun Yang.
"Sial! Karena hujan kami jadi sulit untuk melacak jejak kedua orang itu!" kata Ketua Pembunuh di benaknya.
"Kalian, cepat cari lokasi di mana kedua orang itu bersembunyi!" kata Ketua Pembunuh memberi perintah pada para bawahannya.
Tak lama kemudian salah seorang Pembunuh kemudian menemukan sesuatu dan memanggil Sang Ketua.
"Ketua!" panggil Pembunuh tersebut.
Ketua yang mendengar itu kemudian segera berlari dan menghampiri bawahannya tersebut.
"Apa kamu menemukan sesuatu?" tanya Sang Ketua.
"Saya menemukan jejak darah dan sebuah potongan kain kecil. Kain ini sama persis dengan kain pakaian yang digunakan oleh wanita itu. Kemungkinan besar wanita itu terluka ketika sedang melarikan diri!" kata Pembunuh tersebut menjawab.
Mendengar laporan tersebut, Sang Ketua Pembunuh kemudian tersenyum dengan lebar.
"Kerja bagus! Pada akhirnya wanita itu dan anaknya tidak dapat melarikan diri dari kematian!" kata Sang Ketua Pembunuh.
"Ikuti jejak darahnya dan temukan mereka!" kata Sang Ketua Pembunuh memberi perintah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments