Saat ini aku dan ayahku sedang duduk bersama di rumah kaca yang kemarin sambil menikmati teh dan cemilan manis kesukaanku. Sudah hampir 10 menit kami duduk bersama tapi ayahku ini hanya diam melihatku memakan semua cemilan yang ada di dekatku
"Apa kau tak pernah diberi makan? Kau makan seperti orang kelaparan" aku melihat ayahku setelah dia berkata seperti ini
"Aku suka makanan manis" jawabku dan lanjut makan
"Pipi mu seperti akan meledak, santai saja makannya, aku tak akan mengambilnya. Kau terlihat semakin jelek saat pipimu seperti itu" aku yang mendengar itu tersedak dan langsung meminum susu di hadapanku. Aku yang cantik dan imut ini di bilang jelek, sepertinya ada yang salah dengan mata ayahku
"Kata Yunyi aku nona paling cantik, kakak pelayan juga bilang aku imut" ucapku sambil menampilkan pose imut kesukaan para pelayanku
"Tidak, kau jelek" jawab ayahku dengan suara datar dan ekspresi datar. Aku sungguh ingin memukul wajah tampannya itu.
"Liat saja, akan ku buat kau menyukai wajah imutku ini" Pikirku, dan mengabaikan ayah tampanku ini.
Aku melihat Yuzhu di belakang ayah tersenyum saat melihatku, aku pun membalas senyumannya dan menampilkan pose imutku sekali lagi.
Dapat kulihat Yuzhu seperti para pelayan tak bisa mengabaikan keimutan ku, mata ayahku sepertinya memang bermasalah.
Ayahku melihat ke arah pandanganku dan melihat Yuzhu yang sedang tersenyum ke arahku.
"Yuzhu" suara ayahku Tiba-tiba terdengar
"Ya tuan?" jawab Yuzhu sambil membungkuk
"Mulai saat ini mundur sejauh 10 Meter, keberadaanmu mengganggu"
Yuzhu yang mendengar ini pun mengangguk dan dapat kulihat ekspresinya seakan tidak ingin menjauh. Yuzhu pun menjauh sejauh 10 Meter. Melihat ini aku berpikir, apa yang salah dengan ayah tampan ini. Karena tidak menemukan jawaban aku melanjutkan memakan cemilanku.
"Salam Ayah" aku terkejut saat tiba-tiba ada orang yang muncul disampingku. Sekali lagi aku tersedak makanan dan saat ingin minum ternyata susu ku telah habis. Aku semakin terbatuk-batuk. Akhirnya ayah tampanku memberikan ku teh di hadapannya. Aku dengan cepat langsung meminum teh itu dan akhirnya merasa lega.
"Terima kasih ayah, teh nya enak, rasanya seperti aku memakan bunga" aku sudah menduga bahwa teh ini akan terasa enak karena dari bau nya saja tercium sangat harum seperti bunga.
Dapat kulihat ekspresi ayahku yang terlihat terkejut saat mendengarku mengatakan ini. Selang beberapa detik ekspresinya kembali datar dan matanya mengarah pada orang yang tadi membuatku terkejut.
Aku juga melihat orang itu dan dapat kutebak dia adalah Arthur kakakku, karna wajahnya benar- benar sangat mirip dengan ayah, kecuali Mata nya yang berwarna biru cerah yang seperti permata yang katanya mirip dengan warna mata ibuku dan rambut hitamnya yang seperti langit malam, bahkan ekspresinya pun sama datarnya dengan ayah.
"Wow.. kekuatan Gen benar-benar luar biasa" Pikirku sambil terus melihat Arthur yang berjalan menuju kursi kosong disebelah ayahku
"Kau terlambat Art"
"Maaf Ayah, aku lupa waktu saat berlatih pedang" Arthur akhirnya duduk dan pelayan menyajikan teh di hadapan Arthur
"Yasudah lain kali jangan terlambat, ingat untuk selalu tepat waktu" wajah Arthur masih sama datarnya dan menjawab singkat pertanyaan ayah
"Baik ayah" setelah percakapan itu, meja ini kembali sunyi dan hanya terdengar suara ku yang mengunyah makanan.
"Ayah?" panggilku yang tak tahan dengan suasana canggung ini, bahkan kue coklat kesukaan ku sudah tak terasa enak lagi karena kesunyian ini. Mendengar panggilanku ayah berbalik tapi tak menjawab panggilanku
"Apakah dia kakak?" tanyaku kembali sambil menunjuk ke arah Arthur. Ayahku hanya membalas dengan anggukan. Dan Arthur hanya melihatku tanpa berbicara.
"Siapa nama nya" Tanya ku lagi berusaha membuat mereka berbicara
"Arthur" jawab ayahku singkat.
"Ya tuhan, ini manusia irit banget sih ngomongnya, apa disini ngomong butuh kuota atau pulsa ya makanya jawabnya singkat-singkat gitu. Berasa ngomong sama gebetan tapi si gebetan ga mau sama kita dan akhirnya kita di cuekin" Pikirku sambil melihat ayah dan kakak yang diam saja dari tadi. Aku pun akhirnya juga sudah menyerah untuk mengajak mereka berdua berbicara. Cemilanku juga sudah habis. Aku berpikir untuk keliling melihat bunga -bunga. Saat hendak berdiri aku malah tersandung kaki kursi dan membuatku terjatuh dengan pose yang cukup memalukan
"Huaaa.. pake acara jatuh lagi, bikin malu. Aku nangis aja ya biar ga terlalu malu dilihat ayah dan kakak" Saat aku akan mulai menangis aku kakakku bangun dari temoat duduknya dan membantuku berdiri tak lupa ia membantuku membersihkan pakaianku yang kotor. Ternyata kakakku ini tidak seburuk itu
"Hati-hati, kau bisa mati" Aku yang awalnya terharu dengan sikap baik Arthur seketika hilang saat mendengar perkataannya itu
"Mana ada orang yang akan mati hanya karena tersandung kaki kursi, aku tak selemah itu!!" Aku berteriak marah sambil berjalan menuju hamparan bunga
"Kau mau kemana" kali ini ayah ku yang berbicara.
"Aku ingin melihat bunga itu" kataku sambil menunjuk ke arah hamparan bunga - bunga yang bermekaran cantik
"Aku baru ingat, kau lahir di musim semi" mendengar ayahku bertanya, aku hanya memberikannya anggukan
"Kau mau kuberi hadiah apa" Tanya nya lagi tiba-tiba. Selama 5 tahun ia tak pernah muncul saat ulang tahunku dan sekarang tiba-tiba menawarkan memberiku hadiah?
"Apa ayah akan memberikan apapun yang kuminta?" Tanyaku memastikan siapa tahu aku salah dengar tadi
"Tergantung kau meminta apa"
"Hmm.. ini kesempatan langka. Apa aku minta uang saja, atau emas. Tidak-tidak disini posisiku masih anak-anak akan aneh jika aku meminta hal seperti itu. Apa lebih baik kumanfaatkan saja untuk membuatku lebih dekat dengan mereka" aku berfikir lama, kemudian aku mendapatkan ide
"Ayah aku mau kita bertiga berjalan bersama di taman" mendengar ini aku dapat melihat ayah dan kakakku cukup terkejut mendengar permintaanku. Aku melihat ayahku berjalan ke arahku dan menggendongku.
"Baiklah, ayo jalan-jalan" Aku sedikit terkejut karena dia tiba-tiba menggendongku. Aku hanya berpikir untuk berjalan bersama, tapi ayahku menggendongku, bisakah ini kukatakan sebagai pencapaian yang besar.
Kali ini ia tak menggendongku seperti membawa barang tapi dengan lembut membawaku ke pelukannya.
"Kau sudah meningkat ayah" aku memeluk leher ayah tampanku ini sambil tersenyum.
Aku yang berada di gendongan ayah memeluknya sambil terus berbicara tentang bunga-bunga dan hanya diberikan tanggapan singkat oleh ayah dan kakak. Tapi aku tak ambil pusing dan tetap berbicara sambil memeluk ayahku
"Jadi seperti ini rasanya memiliki keluarga sendiri" aku memeluk dengan senang karena ini adalah jalan-jalan keluarga pertama ku dalam 2 kehidupan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Yunita Widiastuti
🌻
2023-11-03
0