Penyesalan Suami Dara
"Ibu, Dara berangkat," ujar Dara yang pagi-pagi akan berangkat bekerja. Semalam dia telah mendapat panggilan untuk mengantarkan pesanan makanan ke beberapa tempat.
Yundari, Ibu Dara cepat-cepat keluar membawakan bekal untuknya. "Ini bawa bekal nanti kamu tidak makan seperti kemarin," titah Yundari kepada putrinya.
"Terima kasih Bu, Dara berangkat. Ibu jangan mengerjakan hal-hal berat, harus banyak istirahat," ucap Dara lalu mengecup kening Ibunya.
Mengendarai motor yang kurang dari kata mewah bukan masalah bagi Dara. Terpenting saat ini bagaimana dia mendapatkan uang untuk meringankan beban Ibunya yang sering sakit.
Meskipun terkadang bayangan masa lalu yang begitu buruk sering kali teringat membuat Dara sedih. Tetapi dia selalu ingat yang tersakiti bukan hanya Dara saja, melainkan juga Ibu dan adiknya yang saat ini sudah berkuliah. Dara berhenti sekolah karena mengalah untuk Ika, adik kesayangannya. Jika dia egois pada waktu itu maka tidak tahu lagi apakah Ibunya dapat bertahan sampai sekarang.
Ibu menjadi segalanya untuk Dara saat ini. Dia rela melakukan apapun agar Ibunya tidak bekerja lagi. Biarkan raganya hancur asalkan jangan Ibunya. Sudah cukup deritanya selama ini mempunyai suami yang tidak bertanggung jawab seperti Ayahnya.
Pria yang disebut Ayah, suami, sekaligus kepala rumah tangga telah menghancurkan pondasi rumahnya sendiri. Tidak ada kebaikan yang Dara ingat dari sosok Ayahnya. Beruntungnya trauma Dara tidak sampai membuat dia harus membenci semua laki-laki di dunia ini. Dia mempunyai kekasih namun mereka jarang bertemu. Dari tadi sibuk dengan ingatannya di masa lalu, hingga sekarang Dara sudah berada di tempat kerja.
"Mbak, jadi ini diantar sesuai urutan yang ada di sini ya?" tanya Dara membawa selembar kertas isinya pesanan.
"Iya Dar, bingkisan yang ini lumayan banyak kamu bolak-balik saja bawa motor, Mbak. Kemungkinan dua kali balik sama pesanan yang di balik kertas itu." ujar Mbak Tia pemilik usaha.
"Iya mbak banyak hari ini pesanan, nanti Dara centang semua kalau sudah selesai ya Mbak."
Hari Sabtu dan Minggu bisa dikatakan waktu yang fleksibel untuk Dara mengerjakan apapun. Apabila ada yang menghubungi seperti tempat bekerja Dara sebagai pengantar pesanan makanan di suatu kegiatan atau kadang dihubungi oleh tempat penatu kenalannya yang memberikan pekerjaan mengantarkan pakaian yang sudah bersih kepada pelanggan. Sehingga, gaji yang diterima per hari secara langsung setelah pekerjaan selesai.
Untuk hari berikutnya Senin sampai Jumat, dia menjadi Asisten Rumah Tangga merangkap juga menjadi pengasuh bayi di rumah tetangganya yang kaya. Suami dan istri pekerja keras, hingga tidak bisa secara langsung mengawasi perkembangan anaknya yang masih kecil. Dengan demikian, Dara mempunyai kesempatan mendapatkan uang lebih.
Pemilik Rumah besar tempat Dara bekerja adalah Jaya dan istrinya, Nia telah mengenalnya lama. Bahkan kehidupan menyedihkan dan kepelikan yang Dara rasakan pun tahu. Dia juga sempat mempunyai hutang kepada keluarga ini, ketika adiknya sering sakit di masa kecilnya. Dara benar-benar mengabdi dan diberikan kepercayaan penuh di rumah ini. Saking percayanya kamera pengawas tidak dipasang, tak sedikit pun ada rasa curiga untuk manusia yang kuat dan baik hati seperti Dara.
"Mbak, nanti Mami pulang kerja sama Bapak terlambat dari biasanya lantaran ada rapat. Sore pasti macet jadi menunggu lebih lama untuk jaga Nunu tidak apa-apa, ya?" tanya Nia yang sudah siap berangkat bekerja.
"Iya Mami, bisa nanti Dara pulang kalau Mami dan Bapak sudah sampai rumah," jawab Dara.
"Terima kasih ya Mbak, Mami berangkat dulu. Jangan terlalu rajin, Mbak kalau lelah istirahat terlebih dahulu. Rumah selalu rapi karena Mbak tetapi kesehatan perlu dijaga. Kalau Mbak sakit Mami juga yang repot tidak ada yang bisa jaga Nunu," ucap Nia sambil menepuk bahu Dara.
Dara hanya bisa mengangguk saja, bagaimana bisa dia tidak bekerja secara benar, jika orang yang ada dihadapannya ini adalah orang yang sangat berjasa dalam kehidupannya. Hutang yang dia bayarkan tahun lalu dari gaji bekerjanya saja seharusnya tidak cukup, tetapi Nia yang dipanggil Mami merelakan sisanya. Sehingga Dara tidak bisa santai dia harus memberikan lebih meski bukan uang dia bisa menggantikannya dengan tenaganya.
Memasak, mencuci, menyapu, mengepel, dan terakhir sekarang Dara harus memandikan Nunu yang sudah bangun berada di kamarnya.
"Nunu ... kita mandi dulu ya, sayang. Aduh, sudah pup juga sayang Dara satu ini," ucap Dara sembari mengangkat badan Nunu.
Dara memang sangat sabar dengan anak kecil. Bayi berusia enam bulan termasuk itu, sangat lincah. Nunu sangat suka dengan air dingin kakinya yang bergerak ke sana kemari tidak ingin diam, hingga baju Dara ikut basah lantaran terciprat air.
"Nunu, sudah pintar ya membuat baju Mbak Dara basah setiap hari," ujar Dara menatap bayi kecil yang menggemaskan ini.
Setelah selesai dia membawa Nunu dengan sangat hati-hati untuk memakaikan pakaiannya. Banyak hal yang dia lakukan menyuapi Nunu, mengajaknya bermain sambil belajar mengenal apa yang dikatakan Dara seperti Papa, Mama, dan ini Nunu. Dia juga sudah mengerti hal yang menurutnya lucu beberapa kali dia tertawa. Dara pun ikut tertawa melihat Nunu bahagia menampakkan gigi ompongnya.
Melihat Nunu membayangkannya di masa kecil. Sepertinya menjadi bayi lagi menyenangkan, tidak memikirkan bagaimana bertahan hidup, merasakan sakitnya takdir bekerja, dan melelahkannya menjadi dewasa. Tawa Nunu benar-benar seperti obat, membuat candu Dara hanyut ke dalam dunianya. Waktu sudah siang, dia menggendong Nunu jalan-jalan sekitar rumah dan akhirnya dia pun tertidur. Dara memperhatikan wajahnya, memainkan hidung Nunu yang sudah mancung sedari kecil. Bagaimana bisa sudah sempurna ini?
Dara melangkah kakinya ke dalam kamar Nunu membaringkannya dengan sangat pelan. Ada pergerakan besar sedikit saja pasti dia langsung terbangun. Menarik selimut untuk menutupi Nunu agar tetap hangat dan nyaman. Dara memastikan kembali bahwa pekerjaan telah sempurna. Dia keluar dari kamar tersebut, handphone nya berbunyi merogoh sakunya yang tidak terlalu dalam.
"Mau ketemu di mana? Sepertinya aku akan pulang malam Mas," ujar Dara.
Orang yang menelpon Dara adalah Wirya, dia adalah kekasih Dara dalam waktu dua tahun berjalan. Wirya salah satu pria yang bisa menaklukkan hati Dara yang sudah keras. Dia berhasil merobohkan tameng yang Dara bangun bahwa laki-laki semuanya penuh kebejatan. Dia mampu membuat kebencian berubah menjadi rasa mencintai.
Dara sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, dia juga sudah berganti pakaian. Setiap bekerja di rumah Jaya, dia selalu membawa baju lebih karena dia tahu pasti akan kebasahan baik dari kerjanya maupun kegiatan mengasuh si kecil.
Pintu rumah telah terbuka, Jaya dan Nia sudah datang. Sedangkan Dara di kamar Nunu yang sangat semangat berguling-guling dan mulai belajar merangkak. Di buka pelan pintu kamar Nunu, Nia tersenyum melihat anaknya yang sudah pintar. Dia belum berani masuk dalam keadaan pulang kantor, dia pergi istirahat sejenak dan mandi.
Dara menggendong Nunu keluar, ternyata mereka sudah pulang.
"Mbak ... lelah ya jaga Nunu sekarang," ungkap Nia dari belakang membuat Dara menoleh ke belakang.
"Iya Mami, sudah tidak mau diam, ada saja gerakannya yang membuat was-was," jawab Dara.
"Sini, biar Mami gendong kalau Mbak mau pulang dipersilahkan," balas Nia yang mengambil alih anaknya.
Dara pun pamit, mengambil tas nya untuk bersiap pulang. Dara tidak langsung pulang ke rumah, dia harus menemui pacarnya terlebih dahulu di angkringan biasa mereka bertemu. Terlihat pria yang berpakaian rapi telah duduk di kursi panjang melihat ke arah Dara.
"Kenapa dia terlihat sangat kolot," batin Wirya sambil meneguk kopi yang dia pesan.
...----------------...
Terima kasih untuk yang sudah baca, jangan lupa kasih like, komen, vote, dan beri rating setiap episodenya, ya.
Mohon dukungannya❣️
Jumpa lagi di episode berikutnya;)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
虞书欣 Vííҽ🦂
sabarnya dara pdhl kerjaan nya drtd udh bnyk, klo aq udh ngereog psti aplng blom isi bensin🤣setidaknya mi ayam 2 mangkok
2024-01-04
1
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
awal paragraf... aku tak faham.maksudnya...
2023-10-06
2