Dara tersenyum lebar melihat pujaan hati telah menunggunya. Dia tidak setampan pria lain, tetapi senyumannya selalu manis dipenglihatan Dara. Wirya mempunyai kulit berwarna sawo matang dan lesung pipi di bagian pipi kanannya. Hitam manis tiada tanding dengan sikapnya yang selalu membawakan ketenangan untuk Dara.
"Mas, maaf ya aku lama sampainya. Tadi Mami baru saja pulang, jadi harus jaga Nunu," sapa Dara yang langsung duduk di samping Wirya.
"Tidak apa-apa manisnya, Mas Wirya," jawab Wirya melebarkan senyumnya sambil menyisir rambut Dara dengan jari-jarinya.
"Kamu cuma minum kopi saja Mas, tidak mau pesan makan?" tanya Dara.
"Aku menunggu kamu sayang, rindu sekali Mas, padamu. Sepertinya satu minggu sekali kita bertemu sangat kurang," ujar Wirya.
"Sabar ya Mas, setelah Mas sukses bukannya mau menikahiku?" tanya Dara dengan menatap Wirya sangat dalam.
"Iya sayang, kita makan dulu, ya. Setelah ini ada yang mau Mas katakan padamu," tutur Wirya serius.
Wirya dan Dara makan di angkringan dengan lauk biasanya. Wirya kenal dengan Dara sejak SMP, dia Kakak kelasnya beda satu tahun. Wirya memang sudah mendekati Dara waktu itu bukan atas dasar suka, tetapi karena pertaruhan. Berusaha keras mendapatkan hati Dara terkadang membuat Wirya kehilangan akal, ingin dia paksa saja agar wanita ini tunduk padanya. Satu tahun pendekatan penuh, akhirnya Wirya mampu dekat meski tanpa ada hubungan yang jelas, pertaruhan gagal dia menangkan. Namun, hatinya benar-benar jatuh pada Dara dengan cinta tulusnya.
Dan dua tahun berjalan ini Wirya merasa sering merindukan Dara. Umurnya juga sudah siap untuk menikah. Dia ingin membicarakannya dengan Dara, namun waktu tidak pernah tepat. Sekarang, haruskah dia mengatakannya. Telah dipikirkan dengan matang, bagaimana kesulitan Dara selama ini.
"Kamu sudah makannya, Mas?" tanya Dara melihat makanan Wirya yang tidak habis.
"Sudah sayang, selera makan Mas sekarang berkurang," jawab Wirya.
"Kenapa Mas?" kata Dara khawatir.
"Karena bukan masakan kamu, Dara." jawab Wirya lagi yang membuat Dara tersipu malu.
Dara cepat-cepat menghabiskan makanannya. Dia ingin mendengar apa yang akan dikatakan Wirya selanjutnya, melihat seriusnya tatapannya tadi.
"Mas, katanya tadi ada yang mau dikatakan," ucap Dara penuh dengan rasa penasaran.
Tidak tahu apakah ini saatnya mengatakan pada Dara atau sebaiknya diurungkan. Akan tetapi, dia tidak bisa menahan lagi, ini juga demi kebaikan Dara.
"Kebetulan di sini sepi kita bicarakan sekarang ya, Dara ..." ungkap Wirya setelah berkata langsung memanggil nama Dara.
Timbul pertanyaan kenapa Wirya memanggil namanya. Sudah sangat lama semenjak mereka resmi pacaram baru kali ini dia menggunakan panggilan Dara.
"Ada apa Mas, pasti serius sekali sampai kamu memanggil namaku," ujar Dara.
"Sebelumnya terima kasih ya, sudah menjadi pendamping hidupku selama aku merasa di titik terendah. Kalau boleh aku bilang kamu adalah wanita pertama yang menolakku berkali-kali. Dan kamu juga yang membuat aku jatuh cinta kesekian kali," tutur Wirya menjeda ucapannya.
Dara menatapnya penuh makna, inikah pernyataan dia akan melamarnya atau ada hal lain yang akan dia sampaikan. Dara mempersiapkan diri untuk menerima semua kalimat yang keluar dari bibir Wirya.
"Dara, aku minta maaf belum bisa membahagiakan kamu. Aku juga tahu jika Ibumu tidak merestui kita, karena latar belakang keluargaku tidak baik di mata masyarakat khususnya, ibumu."
Dara menggelengkan kepalanya. "Hentikan Mas, aku yakin kita bisa meyakinkan, Ibu. Aku menikah dengan kamu bukan karena keluarga kamu asalnya dari mana maupun penilaian baik masyarakat. Beliau hanya trauma Mas, tetapi aku bisa pastikan Ibu akan luluh jika kita berusaha. Kamu tidak ingat bahwa keluargaku juga berantakan?" ucap Dara tidak menerima ucapan Wirya.
"Saat ini aku tidak mengatakan tentang kita, Dara," jawab Wirya membuat Dara terkejut.
"Apa maksud kamu, Mas?" tanya Dara.
Ah, bagaimana dia mengungkapkannya pada Dara yang telah menerimanya dengan baik.
Memegang kedua tangan Dara. "Kamu pasti tahu sayang, kalau aku masih bekerja menjadi sopir pribadi tuan muda yang pernah aku ceritakan. Aku membutuhkan bantuanmu, apakah kamu bisa membantuku?" ungkap Wirya lagi menggenggam erat tangan Dara.
"Kapan sih, Mas aku tidak mau membantumu. Katakan sekarang apa yang perlu aku lakukan untukmu?" tanya Dara balik.
"Menikahlah dengan tuan muda." titah Wirya yang masih menatap Dara.
Dara tidak habis pikir dengan permintaan gila Wirya. Apa maksudnya, dia tidak ingin mengenal lelaki manapun bahkan kepercayaannya hanyalah Wirya. Dengan mudahnya dia meminta Dara menikah dengan orang lain.
"Mas! Apa yang aku dengar tadi tidak benar, kan? Aku salah dengar, kan?" tanya Dara memastikan.
"Tidak Dara, semua itu benar. Izinkan aku menjelaskannya padamu. Kali ini saja, aku tidak ingin melihatmu terus menjalani kehidupan seperti ini. Tuan muda sangat baik, Ibunya ingin segera mempunyai cucu dari anaknya. Dia kaya sayang, tidak seperti aku. Dia akan menerima kamu sepenuhnya," jawab Wirya sambil menjelaskan maksudnya.
"Untukku, kamu sudah cukup Mas akan menunggu lebih lama lagi, aku selalu siap. Aku tidak ingin dengan orang lain." Tangis Dara pecah dia tidak ingin berpisah dengan Wirya.
"Dengarkan aku sayang, pernikahan ini hanya berlangsung sampai kamu melahirkan bayi saja. Tidak akan lama, setelah hari itu tiba aku berjanji akan menemuimu. Buatlah senang Ibu dan adikmu dengan bantuan harta mereka," ucap Wirya lagi.
"Apakah di sini kamu ingin membahas harta saja, Mas? Apa kamu mau bersama wanita bekas orang? Apakah kamu benar-benar tidak peduli?!" bentak Dara, dia tidak ingin terus menangis, tidak lagi.
"Aku yakin tidak ada perbedaan perasaanku, kamu tetap Dara yang aku kenal."
Mendengar jawaban Wirya sangat jelas dia sudah tidak peduli dengan perasaan Dara. Dia langsung pergi meninggalkan Wirya tanpa sepatah kata pun. Motornya tidak mau hidup dan memang sering rewel beberapa hari ini. Dia langsung mendorongnya entah sampai kapan. Pergi ke bengkel, dia sayang uangnya lebih baik untuk memenuhi kebutuhannya.
Wirya masih diam terduduk di kursi itu tanpa ada niatan mengejar Dara. Dia merasa ini juga kesalahannya, tetapi dia sangat membutuhkan Dara. Tidak ada yang dirugikan jika dia mau menikah, dia bisa menjadi Nyonya muda secara instan. Tuan muda yang dimaksud adalah Adiwilaga Bahaduri, pria yang sulit sekali mendapatkan jodoh karena kecintaannya dengan pekerjaan. Ibunya yang sudah tidak muda lagi, sangat menginginkan cucu dan melihat calon penerus keluarga Bahaduri.
Wirya, sopir pribadi yang menjadi kepercayaan Ibunda Wila mempercayakan padanya untuk mencarikan perempuan yang mau dijadikan menantu di keluarganya. Bukan berarti dia mau mendapatkan calon menantu yang asal saja. Dia ingin dari keluarga yang bibit unggul.
"Bagaimana aku meyakinkan Dara agar dia setuju, hanya dia wanita yang cakap dan cukup untuk Tuan Wila," tutur Wilaga.
Ada hal yang tidak beres dengan permintaan Wirya, adakah niat terselubung berdalih ingin yang terbaik untuk kekasihnya?
...----------------...
Terima kasih untuk yang sudah baca, jangan lupa kasih like, komen, vote, dan beri rating setiap episodenya, ya.
Mohon dukungannya❣️
Jumpa lagi di episode berikutnya;)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
She Gong Ou ❤ 💛 💚
kok ada pacar kak gitu,?? kayak nya si Wirya itu ada motif terselubung,modus,ada udang di balik bakwan,
2023-11-17
1