Pendekar Kegelapan : Takdir Dunia
Benua Barat, 100 tahun Sebelum Masehi
Siang itu di tengah hutan belantara. Perasaan sepi dan sunyi seakan menyelimuti bagi siapapun yang berada dalam hutan tersebut. Juga pepohonan rindang menjulang tinggi seakan menambah aura mistis di hutan itu.
Sekumpulan manusia berjubah hitam terlihat tengah berkumpul di tempat itu dan mengadakan sebuah ritual. Seorang yang mereka sebut penyihir juga telah berdiri dihadapan mereka untuk memimpin upacara ritual tersebut. Terlihat juga burung-burung gagak mulai berdatangan seolah menyaksikan ritual sesat itu.
Apa yang sebenarnya mereka inginkan
"Wahai saudara-saudaraku, sudah 10 tahun lamanya kita mengalami penderitaan ini... Dendam yang kita pendam ini rasanya takkan terbayarkan begitu saja oleh apapun yang ada di dunia ini, kecuali kita membumihanguskan kerajaan itu dan mengambil kembali tanah leluhur kita!" ucap seorang ketua suku, Alejo.
"Benar Tuanku, semenjak mereka para manusia biadab itu datang ke tanah kita, kehidupan kita yang awalnya damai dan makmur kini kita dipaksa pasrah menerima nasib sengsara ini. Mereka dengan kejamnya menjadikan kita sebagai budak-budaknya dan memaksa kita tunduk dihadapan raja biadab itu, ini lebih dari suatu penghinaan bukan?!" Seseorang mengungkap kekejaman yang dilakukan seorang raja kepada peradaban sukunya.
"Ini sungguh sangat tidak adil!... Dimana dewa kita berada!... Apa mereka buta!... Dewa yang kita sembah selama ini malah menutup mata melihat kesengsaraan yang kita alami," sahut seseorang mencurahkan rasa kekecewaannya kepada sang Dewa yang selama ini mereka sembah.
Semua wanita di tempat itu tertunduk lesu, beberapa diantaranya bahkan meneteskan air mata karena tak sanggup menerima kenyataan pahit yang mereka alami.
...***...
Menurut legenda Suku Evren, dahulu kala wilayah tersebut merupakan hamparan gurun pasir yang sangat luas yang tak satupun adanya kehidupan di sana. Hingga pada suatu hari sebuah suku menginjakkan kaki untuk pertama kali di tempat itu, mereka adalah leluhur Suku Evren.
Awalnya mereka hanya hendak melintasi gurun pasir itu untuk mencari tempat peradaban yang subur. Namun apa daya, di tengah perjalanan mereka yang panjang, membuat mereka harus terjebak dalam luasnya gurun pasir tersebut. Satu persatu dari mereka pun tumbang karena kehausan dan kelaparan yang melandanya.
Tanpa mereka sadari, sang kepala suku yang merasa putus asa dengan nasib sukunya akhirnya melakukan sebuah ritual dengan mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan peradaban Suku Evren di masa yang akan datang. Ritual tersebut adalah sebuah ritual untuk memohon keajaiban kepada dewa.
Dewa pun segera hadir untuk memenuhi permintaan terakhir kepala suku dan mendatangkan sebuah keajaiban besar berupa hujan ajaib di gurun tersebut.
Hujan itu perlahan-lahan membuat hamparan gurun pasir tersebut menjadi tanah hijau yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Mereka bersyukur atas karunia dewa tersebut, namun mereka juga bersedih karena harus kehilangan pemimpin mereka yang raganya perlahan-lahan menghilangkan dari hadapan mereka. Rohnya kemudian ikut menghilang bersama sang dewa.
Melihat pengorbanan sang kepala suku, mereka lalu bersujud syukur dan bersumpah akan menjaga baik-baik tanah itu. Sejak saat itulah era peradaban makmur Suku Evren terbentuk.
Abad demi abad mereka lalui dengan damai dan sejahtera, hingga suatu hari sebuah kejadian terjadi yang menjadi sebuah awal peristiwa yang akan merubah kehidupan mereka. Penduduk Suku Evren dikejutkan dengan kemunculan seekor kuda yang berjalan pelan mendekati pemukiman dengan membawa seorang ksatria yang sedang terluka parah. Nampak bekas luka disekujur tubuhnya yang membuat ksatria tersebut terbaring lemah di atas kudanya. Dengan belas kasihan, penduduk Suku Evren akhirnya merawat dan mengobati Ksatria tersebut hingga sembuh.
Setelah Ksatria itu pulih dari lukanya, dia pun mengungkapkan puji syukurnya kepada penduduk Suku Evren dan berpamitan pulang kembali ke kerajaannya.
Selang beberapa bulan, terjadilah peristiwa mengerikan di tanah peradaban Suku Evren. Ksatria yang dulu pernah mereka selamatkan akhirnya kembali ke tanah itu dengan membawa ribuan pasukan prajurit kerajaan.
Mereka mendatangi wilayah itu dengan maksud ingin menguasai tanah beserta para penduduk suku Evren sebagai wilayah dibawah kekuasaan Raja Ardyn. Tentu saja hal itu membuat geram para suku Evren. Demi mempertahankan tanah karunia Sang Dewa, mereka dengan berani menantang Raja Ardyn dengan segala kemampuan.
Pembantaian pun terjadi dan ribuan korban jiwa melayang dari Suku Evren. Raja Ardyn yang bersikeras menginginkan kekuasaan atas wilayah tersebut kemudian menyerukan ancaman kepada para Suku Evren yang masih berani untuk menentang kehendaknya maka akan segera ia bunuh.
Melihat sebagian besar Suku Evren terbunuh, penduduk Suku Evren yang masih tersisa akhirnya terpaksa menyerah demi nasib keturunan mereka di masa mendatang. Tanah leluhur Suku Evren pun akhirnya jatuh ke tangan Raja Ardyn.
Nasib Suku Evren pada saat itu menjadi sengsara semenjak hidup dibawah kekuasaan Raja Ardyn. Mereka diperlakukan menjadi budak yang dipekerjakan secara paksa hanya untuk membuat sebuah bangunan kerajaan yang megah untuk raja mereka, Ardyn.
Beberapa dari suku Evren yang tak tahan dengan penyiksaan itu akhirnya memilih untuk kabur meninggalkan tanah leluhur mereka sendiri.
...***...
Seorang penyihir tampak telah siap memulai sebuah upacara ritual. Para Suku Evren yang memakai jubah hitam mulai duduk bersila membentuk formasi sebuah lingkaran dengan puluhan bayi berada di tengah-tengah mereka. Terlihat juga beberapa wanita yang menangis putus asa karena harus merelakan bayi yang merupakan darah dagingnya sebagai bahan persembahan ritual tersebut.
"Wahai saudara-saudaraku, luapkanlah seluruh amarah kebencian dan dendam yang selama ini kalian pendam karena hari ini kita akan benar-benar membinasakan kerajaan dengan cara kita sendiri!" seru penyihir itu kepada penduduk Suku Evren.
Diketahui bahwa nama penyihir tersebut adalah Mercer. Dia merupakan bagian dari Suku Evren, namun karena antusiasnya dengan kekuatan sihir, ia memilih hidup menyendiri di hutan untuk mempelajari ilmu sihir.
Penyihir Mercer lalu membacakan mantra-mantra pemanggilan, seketika itu juga langit berubah menjadi gelap gulita. Burung-burung gagak mulai berterbangan tak tentu arah. Aura kemurkaan yang dahsyat kini mulai mereka rasakan. Tiba-tiba bayi-bayi dihadapan mereka lenyap terhisap masuk ke sebuah lubang dimensi yang mendadak muncul di tengah-tengah formasi lingkaran mereka.
"Hahahaha... Wahai kalian ras manusia lemah... Aku sungguh menyambut baik persembahan kalian... Sudah kunantikan peristiwa ini sejak lama hahahaha..."
Sesaat setelahnya, tiba-tiba terdengar suara misterius menggelegar hingga membuat ketakutan diantara mereka semua.
"Si–siapa kau?!" ucap seseorang mencari sumber suara tersebut dengan penuh ketakutan.
"Hahaha akulah Abaddon utusan sang Raja Iblis, bersujudlah padaku manusia, maka aku akan membantu membalaskan dendam-dendam kalian."
Mereka pun akhirnya bersujud dan meminta pertolongan kepada suara tersebut untuk membalaskan seluruh dendam mereka.
Roh Iblis kemudian masuk ke dalam raga Alejo, sang kepala suku dan segera memimpin aksi balas dendamnya kepada Kerajaan Ardyn. Roh iblis tersebut juga memberikan kekuatan besar kepada setiap pejuang Suku Evren yang menjadi pengikutnya.
Hari yang sudah lama mereka nantikan kini telah tiba. Mereka semua kemudian melesat melayang menuju tempat Kerajaan Ardyn berada.
Namun sesampainya di depan benteng kerajaan, mereka langsung dihadang oleh para prajurit penjaga gerbang kerajaan yang gagah perkasa.
Tanpa basa-basi Alejo langsung melesat diantara barisan para prajurit tersebut dan melukai tubuh mereka dengan pedangnya. Tak cukup sampai disitu, sebuah sihir telah ia aktifkan pada pedangnya dan perlahan-lahan jiwa para prajurit tersebut tertarik ke dalam pedang iblis tersebut hingga membuat mereka tewas seketika.
Melihat hal tersebut, beberapa prajurit gerbang yang berhasil selamat kemudian berlari ketakutan menuju ke dalam istana kerajaan untuk melaporkan hal tersebut kepada raja mereka.
Suara lonceng besar mulai bergema di dalam kerajaan tersebut pertanda situasi darurat telah terjadi.
Raja Ardyn yang tengah mengadakan rapat dengan para bangsawan dari kerajaan lain pun dibuat terkejut dengan suara lonceng darurat tersebut. Seorang prajurit benteng berlari kearahnya dan menyampaikan adanya musuh di depan benteng kerajaan.
Dengan sigap, Raja Ardyn bersama empat orang Ksatria Suci bergegas memakai atribut perang mereka dan segera meluncur ke lokasi musuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Dinasti22
Hallo, Author 👀
Aku mampir lagi dan membawakan like untuk karyamu 😉
Salam hangat dari "My Beloved Spoiled Woman".
Mari saling mendukung karya satu sama lain 🤗
2020-10-27
5
Rosni Lim
Rate 5
2020-10-14
3
Rosni Lim
Salken
2020-10-14
2