Benua Barat, 100 tahun Sebelum Masehi
Siang itu di tengah hutan belantara. Perasaan sepi dan sunyi seakan menyelimuti bagi siapapun yang berada dalam hutan tersebut. Juga pepohonan rindang menjulang tinggi seakan menambah aura mistis di hutan itu.
Sekumpulan manusia berjubah hitam terlihat tengah berkumpul di tempat itu dan mengadakan sebuah ritual. Seorang yang mereka sebut penyihir juga telah berdiri dihadapan mereka untuk memimpin upacara ritual tersebut. Terlihat juga burung-burung gagak mulai berdatangan seolah menyaksikan ritual sesat itu.
Apa yang sebenarnya mereka inginkan
"Wahai saudara-saudaraku, sudah 10 tahun lamanya kita mengalami penderitaan ini... Dendam yang kita pendam ini rasanya takkan terbayarkan begitu saja oleh apapun yang ada di dunia ini, kecuali kita membumihanguskan kerajaan itu dan mengambil kembali tanah leluhur kita!" ucap seorang ketua suku, Alejo.
"Benar Tuanku, semenjak mereka para manusia biadab itu datang ke tanah kita, kehidupan kita yang awalnya damai dan makmur kini kita dipaksa pasrah menerima nasib sengsara ini. Mereka dengan kejamnya menjadikan kita sebagai budak-budaknya dan memaksa kita tunduk dihadapan raja biadab itu, ini lebih dari suatu penghinaan bukan?!" Seseorang mengungkap kekejaman yang dilakukan seorang raja kepada peradaban sukunya.
"Ini sungguh sangat tidak adil!... Dimana dewa kita berada!... Apa mereka buta!... Dewa yang kita sembah selama ini malah menutup mata melihat kesengsaraan yang kita alami," sahut seseorang mencurahkan rasa kekecewaannya kepada sang Dewa yang selama ini mereka sembah.
Semua wanita di tempat itu tertunduk lesu, beberapa diantaranya bahkan meneteskan air mata karena tak sanggup menerima kenyataan pahit yang mereka alami.
...***...
Menurut legenda Suku Evren, dahulu kala wilayah tersebut merupakan hamparan gurun pasir yang sangat luas yang tak satupun adanya kehidupan di sana. Hingga pada suatu hari sebuah suku menginjakkan kaki untuk pertama kali di tempat itu, mereka adalah leluhur Suku Evren.
Awalnya mereka hanya hendak melintasi gurun pasir itu untuk mencari tempat peradaban yang subur. Namun apa daya, di tengah perjalanan mereka yang panjang, membuat mereka harus terjebak dalam luasnya gurun pasir tersebut. Satu persatu dari mereka pun tumbang karena kehausan dan kelaparan yang melandanya.
Tanpa mereka sadari, sang kepala suku yang merasa putus asa dengan nasib sukunya akhirnya melakukan sebuah ritual dengan mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan peradaban Suku Evren di masa yang akan datang. Ritual tersebut adalah sebuah ritual untuk memohon keajaiban kepada dewa.
Dewa pun segera hadir untuk memenuhi permintaan terakhir kepala suku dan mendatangkan sebuah keajaiban besar berupa hujan ajaib di gurun tersebut.
Hujan itu perlahan-lahan membuat hamparan gurun pasir tersebut menjadi tanah hijau yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Mereka bersyukur atas karunia dewa tersebut, namun mereka juga bersedih karena harus kehilangan pemimpin mereka yang raganya perlahan-lahan menghilangkan dari hadapan mereka. Rohnya kemudian ikut menghilang bersama sang dewa.
Melihat pengorbanan sang kepala suku, mereka lalu bersujud syukur dan bersumpah akan menjaga baik-baik tanah itu. Sejak saat itulah era peradaban makmur Suku Evren terbentuk.
Abad demi abad mereka lalui dengan damai dan sejahtera, hingga suatu hari sebuah kejadian terjadi yang menjadi sebuah awal peristiwa yang akan merubah kehidupan mereka. Penduduk Suku Evren dikejutkan dengan kemunculan seekor kuda yang berjalan pelan mendekati pemukiman dengan membawa seorang ksatria yang sedang terluka parah. Nampak bekas luka disekujur tubuhnya yang membuat ksatria tersebut terbaring lemah di atas kudanya. Dengan belas kasihan, penduduk Suku Evren akhirnya merawat dan mengobati Ksatria tersebut hingga sembuh.
Setelah Ksatria itu pulih dari lukanya, dia pun mengungkapkan puji syukurnya kepada penduduk Suku Evren dan berpamitan pulang kembali ke kerajaannya.
Selang beberapa bulan, terjadilah peristiwa mengerikan di tanah peradaban Suku Evren. Ksatria yang dulu pernah mereka selamatkan akhirnya kembali ke tanah itu dengan membawa ribuan pasukan prajurit kerajaan.
Mereka mendatangi wilayah itu dengan maksud ingin menguasai tanah beserta para penduduk suku Evren sebagai wilayah dibawah kekuasaan Raja Ardyn. Tentu saja hal itu membuat geram para suku Evren. Demi mempertahankan tanah karunia Sang Dewa, mereka dengan berani menantang Raja Ardyn dengan segala kemampuan.
Pembantaian pun terjadi dan ribuan korban jiwa melayang dari Suku Evren. Raja Ardyn yang bersikeras menginginkan kekuasaan atas wilayah tersebut kemudian menyerukan ancaman kepada para Suku Evren yang masih berani untuk menentang kehendaknya maka akan segera ia bunuh.
Melihat sebagian besar Suku Evren terbunuh, penduduk Suku Evren yang masih tersisa akhirnya terpaksa menyerah demi nasib keturunan mereka di masa mendatang. Tanah leluhur Suku Evren pun akhirnya jatuh ke tangan Raja Ardyn.
Nasib Suku Evren pada saat itu menjadi sengsara semenjak hidup dibawah kekuasaan Raja Ardyn. Mereka diperlakukan menjadi budak yang dipekerjakan secara paksa hanya untuk membuat sebuah bangunan kerajaan yang megah untuk raja mereka, Ardyn.
Beberapa dari suku Evren yang tak tahan dengan penyiksaan itu akhirnya memilih untuk kabur meninggalkan tanah leluhur mereka sendiri.
...***...
Seorang penyihir tampak telah siap memulai sebuah upacara ritual. Para Suku Evren yang memakai jubah hitam mulai duduk bersila membentuk formasi sebuah lingkaran dengan puluhan bayi berada di tengah-tengah mereka. Terlihat juga beberapa wanita yang menangis putus asa karena harus merelakan bayi yang merupakan darah dagingnya sebagai bahan persembahan ritual tersebut.
"Wahai saudara-saudaraku, luapkanlah seluruh amarah kebencian dan dendam yang selama ini kalian pendam karena hari ini kita akan benar-benar membinasakan kerajaan dengan cara kita sendiri!" seru penyihir itu kepada penduduk Suku Evren.
Diketahui bahwa nama penyihir tersebut adalah Mercer. Dia merupakan bagian dari Suku Evren, namun karena antusiasnya dengan kekuatan sihir, ia memilih hidup menyendiri di hutan untuk mempelajari ilmu sihir.
Penyihir Mercer lalu membacakan mantra-mantra pemanggilan, seketika itu juga langit berubah menjadi gelap gulita. Burung-burung gagak mulai berterbangan tak tentu arah. Aura kemurkaan yang dahsyat kini mulai mereka rasakan. Tiba-tiba bayi-bayi dihadapan mereka lenyap terhisap masuk ke sebuah lubang dimensi yang mendadak muncul di tengah-tengah formasi lingkaran mereka.
"Hahahaha... Wahai kalian ras manusia lemah... Aku sungguh menyambut baik persembahan kalian... Sudah kunantikan peristiwa ini sejak lama hahahaha..."
Sesaat setelahnya, tiba-tiba terdengar suara misterius menggelegar hingga membuat ketakutan diantara mereka semua.
"Si–siapa kau?!" ucap seseorang mencari sumber suara tersebut dengan penuh ketakutan.
"Hahaha akulah Abaddon utusan sang Raja Iblis, bersujudlah padaku manusia, maka aku akan membantu membalaskan dendam-dendam kalian."
Mereka pun akhirnya bersujud dan meminta pertolongan kepada suara tersebut untuk membalaskan seluruh dendam mereka.
Roh Iblis kemudian masuk ke dalam raga Alejo, sang kepala suku dan segera memimpin aksi balas dendamnya kepada Kerajaan Ardyn. Roh iblis tersebut juga memberikan kekuatan besar kepada setiap pejuang Suku Evren yang menjadi pengikutnya.
Hari yang sudah lama mereka nantikan kini telah tiba. Mereka semua kemudian melesat melayang menuju tempat Kerajaan Ardyn berada.
Namun sesampainya di depan benteng kerajaan, mereka langsung dihadang oleh para prajurit penjaga gerbang kerajaan yang gagah perkasa.
Tanpa basa-basi Alejo langsung melesat diantara barisan para prajurit tersebut dan melukai tubuh mereka dengan pedangnya. Tak cukup sampai disitu, sebuah sihir telah ia aktifkan pada pedangnya dan perlahan-lahan jiwa para prajurit tersebut tertarik ke dalam pedang iblis tersebut hingga membuat mereka tewas seketika.
Melihat hal tersebut, beberapa prajurit gerbang yang berhasil selamat kemudian berlari ketakutan menuju ke dalam istana kerajaan untuk melaporkan hal tersebut kepada raja mereka.
Suara lonceng besar mulai bergema di dalam kerajaan tersebut pertanda situasi darurat telah terjadi.
Raja Ardyn yang tengah mengadakan rapat dengan para bangsawan dari kerajaan lain pun dibuat terkejut dengan suara lonceng darurat tersebut. Seorang prajurit benteng berlari kearahnya dan menyampaikan adanya musuh di depan benteng kerajaan.
Dengan sigap, Raja Ardyn bersama empat orang Ksatria Suci bergegas memakai atribut perang mereka dan segera meluncur ke lokasi musuh.
Kegelapan mulai menyelimuti langit tepat dimana Raja Ardyn tengah berhadapan langsung dengan para pemberontak dari Suku Evren. Aura membunuh yang dahsyat dari musuh sedikit menggetarkan jiwanya. Namun demi mempertahankan kerajaan, ia berdiri gagah memimpin pertempuran yang akan segera terjadi.
Kini Ardyn bersama para prajuritnya tengah siap bertarung habis-habisan demi melawan para pemberontak tersebut.
"Hei kalian Para Manusia lemah, kalian tak berhak atas kekuasaan di dunia yang kalian tempati ini. Akulah Abaddon utusan sang Raja Iblis, sujudlah dihadapanku! Atau, aku akan binasakan kalian semua hahahaha!"
Tiba- tiba terdengar suara gertakan yang menggelegar dan membuat jiwa para pasukan Raja Ardyn gemetar dalam ketakutan.
"Wahai Para Prajuritku, jangan kalian takut pada kekuatan mereka! Lihatlah kekuatan jumlah pasukan kita yang unggul berkali-kali lipat daripada mereka. Aku yakin kita akan menumbangkan para pemberontak itu!"
Seruan Raja Ardyn tersebut terdengar ke semua prajuritnya dan menumbuhkan kembali kepercayaan diri mereka demi mempertahankan kerajaan.
"Dengar kalian para pemberontak biadab, bersiaplah menjemput ajalmu! Maju!.. Serang!... " teriak Ardyn menyerukan perang.
Seketika itu juga, semua prajurit langsung bergerak maju menghadapi para pemberontak yang berada di depan mereka.
Disisi lain dari pihak lawan, Penyihir Mercer dari Suku Evren mulai menggerakkan kedua tangannya sambil merapalkan sebuah mantra sihir.
Sihir Kegelapan : Bola Iblis Kehancuran
Sebuah mantra sihir telah dirapalkan oleh Penyihir Mercer.
Tiba-tiba energi disekitar kerajaan mulai berkumpul ke satu titik di langit dan membentuk sebuah bola hitam. Lama kelamaan bola tersebut membesar hingga menjadi bola hitam raksasa. Kemudian dengan segera Penyihir Mercer mengarahkan bola hitam tersebut kearah para prajurit yang sedang maju menyerang.
Gloooouuummm
Ledakan dahsyat tepat mengenai barisan depan para prajurit kerajaan yang menyerang hingga membinasakan seperempat dari total prajurit Raja Ardyn. Mereka yang terkena ledakan tersebut langsung tewas seketika tanpa adanya perlawanan fisik yang berarti.
"Hah sedahsyat inikah kekuatan yang dimiliki oleh para Ras Iblis?!" batin Mercer. Ia pun tersenyum licik setelah menguji kekuatan besar yang diberikan oleh iblis Abaddon.
Sesaat kemudian para pejuang Suku Evren mulai melesat menyerang barisan para prajurit yang tersisa dengan senjatanya. Berbekal kekuatan kegelapan dari sang Iblis dan aura dendam mereka yang juga membara, para pejuang Suku Evren menerjang diantara barisan para prajurit kerajaan dan membabi buta hingga membuat mereka semua kewalahan.
Para pejuang Suku Evren pun merasakan hal yang sama, kekuatan mereka meningkat drastis dan tubuh mereka terasa sangat ringan setelah dibekali kekuatan kegelapan oleh iblis Abaddon. Bahkan dengan sekali ayunan pedang saja, tebasan mereka dapat menembus baju zirah para prajurit kerajaan yang terbuat dari baja hingga melukai tubuh mereka.
"Baginda Raja ini buruk! Sepertinya kekuatan yang mereka peroleh sangatlah mengerikan. Jika kita tidak segera bertindak maka prajurit-prajurit akan mati konyol melawan mereka!" tegas seorang Ksatria Suci kerajaan yang bergelar panglima perang.
"Sepertinya aku terlalu meremehkan kekuatan mereka. Kalian cepatlah terjun ke pertempuran dan kalahkan mereka semua!" perintah Ardyn yang tengah berdiri diatas benteng sambil menyaksikan pertempuran tersebut bersama empat orang Ksatria Suci yang gagah perkasa.
"Baik Baginda Raja, kami akan segera menghabisi para pemberontak itu!" ucap salah satu pendekar tersebut.
Ardyn kemudian memerintahkan semua prajuritnya untuk mundur sementara. Melalui kekuatannya, suara sang raja pun terdengar jelas oleh seluruh prajuritnya yang sedang bertempur dan seketika mereka segera mundur sesuai perintahnya.
Keempat Ksatria tersebut kemudian melesat menuju ke barisan musuh dan mulai menunjukkan keahliannya dalam memainkan pedang. Dengan Ilmu Pedang Dewa yang telah mereka kuasai, mereka mampu menghabisi satu persatu dari para pejuang Suku Evren tersebut dengan sangat mudah.
"Mengecewakan, jadi hanya segini sajakah kekuatan iblis yang kalian dapatkan?!" ucap salah seorang dari keempat Ksatria Suci tersebut.
Kini hanya tinggal Alejo sang kepala suku dan Penyihir Mercer saja yang berada dihadapan keempat Ksatria Suci tersebut.
"Hahahaha kekuatan kalian tidak ada apa-apanya manusia, lihatlah mereka para pengikutku! " ucap roh iblis Abaddon yang berada di tubuh Alejo.
Begitu terkejutnya keempat ksatria tersebut ketika melihat para pasukan pemberontak yang tadinya tewas kini mendadak bangkit kembali. Bahkan luka-luka bekas tebasan dari jurus pedangnya tampak mulai menghilang dari tubuh mereka.
"Apa?! Mustahil, bagaimana bisa?!..."
Keempat ksatria tersebut terkejut setelah mengetahui kekuatan iblis yang mengerikan itu.
"Bagaimana bisa katamu hahaha! Baiklah sebelum aku bertindak lebih jauh lagi, akan kuberi kesempatan kalian untuk hidup asalkan kalian jadi pengikutku. Atau, akan kukirim kalian ke dunia penuh penyiksaan hahaha!" seru roh iblis Abaddon.
"Dengar kau iblis laknat! Aku lebih baik mati daripada harus menjadi pengikutmu!... Cuih" salah satu Ksatria Suci menentang pernyataan iblis tersebut dan meludahinya.
"Beraninya kau manusia tengik! Tak ada ampun lagi bagi kalian! Bersiaplah menjadi mayat-mayat busuk!"
Pedang di genggaman tangan Alejo mendadak menjadi hitam pekat, aura membunuh yang lebih besar dari sebelumnya mulai mereka rasakan hingga menggetarkan jiwa mereka dalam ketakutan.
Alejo kemudian melompat ke udara dan dengan segera ia mengayunkan pedangnya ke arah seorang ksatria yang menghinanya tadi.
Kraaaanggggg
Ayunan pedang Alejo terhenti oleh semacam benda misterius hingga menimbulkan suara yang keras dan percikan bunga api.
Mendadak sebuah perisai raksasa bersimbol kepala naga perlahan mulai terlihat. Perisai tersebutlah yang telah melindungi mereka berempat dari tebasan maut sang Iblis.
"Kawan lihatlah itu! Itulah Segel Pelindung Perisai Naga Suci, sebuah segel pelindung yang sangat kuat dan tak mungkin di tembus apapun!" teriak salah seorang prajurit Ardyn ketika menyaksikan pertarungan tersebut.
"Oh! Jadi hanya kekuatan semacam ini sajakah yang kalian miliki?!"
Alejo mundur beberapa langkah kemudian melompat lagi ke udara dan melesat dengan cepat ke arah keempat Ksatria Suci tersebut.
"Bersiaplah menerima takdir buruk kalian!"
Gloooouuummm Blaaaaaaarrr !!!!
Serangan kedua Alejo seketika menghancurkan segel perisai raksasa keempat ksatria tersebut dan menciptakan sebuah ledakan dahsyat. Keempat ksatria itu pun tak mampu membendung kekuatan besar dari pedang iblis tersebut. Gelombang dari ledakan tersebut juga membuat mereka berempat terhempas jauh dan tewas setelah menghantam dinding benteng kerajaan hingga dinding benteng hancur berantakan.
Hal tersebut membuat Ardyn geram. Ia benar-benar kehilangan kekuatan tempurnya saat ini. Pedang yang digenggamnya tiba-tiba terlihat mengalir kekuatan yang begitu kuat. Ia pun segera melesat secepat kilat kearah iblis terkutuk tersebut.
Tanpa disadari oleh siapapun, Raja Ardyn sudah berada di belakang Alejo. Sebuah tusukan pedang langsung menghujam ke jantung Alejo beserta roh iblis yang merasukinya.
"Jleeebbbb... Mati kau iblis!"
Darah mengucur deras dan membanjiri bilah pedangnya.
Tiba-tiba sesuatu yang tidak diinginkannya terjadi. Belum sempat Ardyn menghela nafas, sebuah cengkeraman kuat mendarat ke lehernya dan membuat tubuhnya perlahan terangkat. Nafas sesak mulai ia rasakan, namun ia masih bisa bertahan karena tenaga dalam yang ia miliki.
Sambil mencekik leher Ardyn, Alejo mencabut kembali pedang yang tertancap di dadanya dan melemparkan pedang tersebut. Terlihat jelas luka bekas tusukan pedang di tubuhnya perlahan menutup tanpa bekas.
"Oh jadi kau adalah rajanya?! Orang sepertimu itu tak pantas di sebut raja, kau mengerti!"
Tubuh Ardyn langsung dihempaskannya ke tanah hingga menciptakan lekukan tanah yang cukup dalam.
"Ughk... ughk"
Darah segar keluar dari mulut Ardyn, ia juga merasakan organ dalamnya mulai hancur setelah terhempas ke tanah. Namun dengan kondisi sekarat tersebut ia tetap berusaha untuk bangkit.
"Sepertinya ini akan menjadi akhir dari perjalanan hidupku. Dewa ampunilah aku atas dosaku selama ini," ucap Ardyn sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Kini pandangannya pun tertuju pada pedang miliknya yang tergeletak depannya.
Dengan segenap tenaga yang masih ia miliki, ia berusaha meraih kembali pedangnya itu. Namun tepat dihadapannya, Alejo sudah bersiap menghunuskan kembali pedang ke arahnya.
Melihat kekuatan luar biasa dari iblis Abaddon, membuat para pejuang suku Evren yakin akan hasil kemenangan yang akan segera mereka dapatkan. Disisi lain, terlihat raut muka sedih dari para prajurit kerajaan yang menyaksikan nyawa rajanya sudah di ambang batas kematian.
"Raja Ardyn!" teriak beberapa prajurit yang melihat Alejo sudah bersiap menghunuskan pedang ke arah Ardyn yang tengah sekarat.
Namun sebelum hunusan pedang Alejo mengenainya, Raja Ardyn sudah meraih pedang miliknya dan melakukan jurus sihir yang tak terduga.
Apa yang para prajurit lihat saat itu sontak membuat mereka tercengang bukan kepalang. Ardyn yang telah meraih pedangnya malah menghunuskan pedang tersebut ke tubuhnya sendiri.
"Baginda Raja!" teriak para prajurit kerajaan.
"Dewa yang agung, demi kejayan kerajaan ini aku serahkan jiwaku padamu! Arrrrrghhhh!"
Tubuh sang raja kemudian memancarkan cahaya terang yang menyilaukan mata, aura tubuhnya mulai menyelimuti sekitar hingga membuat kegelapan di sekitar pertempuran perlahan menghilang. Seketika itu juga ia telah berhasil menghentikan laju pedang iblis dengan mencengkeram bilah pedang tersebut.
"Raja Ardyn! Tidak!" teriak beberapa prajurit yang mengetahui tentang kekuatan sihir tersebut.
Sihir tersebut merupakan sebuah sihir perjanjian antara manusia dengan dewa. Penggunanya akan mengorbankan jiwanya untuk memanggil roh dewa ke dalam raganya dan dewa tersebut akan mengabulkan segala permohonan terakhirnya. Hanya seseorang yang memiliki jiwa pemimpin sejati saja yang dapat mempelajari sihir tersebut.
Raja Ardyn adalah seorang raja yang sangat tegas dan kejam. Namun dibalik semua itu ia adalah sosok raja yang sangat bertanggung jawab terhadap nasib rakyatnya. Karena hal itulah ia tak segan-segan mengorbankan nyawanya demi kesejahteraan rakyatnya.
"Wahai Ardyn pelayan setiaku, sehebat apakah musuhmu kali ini hingga kau memanggilku ke ragamu. Atas sebuah perjanjian Dewa dan Manusia yang telah kita sepakati aku akan mengabulkan permohonan terakhirmu," ucap seseorang didalam tubuh Ardyn yang tak lain adalah roh seorang dewa.
"Hahahaha tak kusangka seorang dewa sepertimu mau bersekutu dengan manusia lemah ini, baiklah akan kulenyapkan kau sekarang juga dewa murahan."
Kali ini Alejo mengalirkan kembali kekuatan kegelapan pada pedangnya dan berusaha menarik kembali pedangnya dari cengkeraman Ardyn.
Namun belum sempat Alejo melakukan hal itu, Ardyn yang tengah dalam kendali seorang dewa menendangnya hingga dirinya terpental jauh dan menghantam sebuah bangunan di dalam kerajaan.
"Dewa murahan katamu, tarik kembali ucapanmu iblis laknat!" teriak Ardyn.
Kini pedang di tangan raja Ardyn mulai mengeluarkan api yang sangat panas hingga para prajurit yang berada cukup jauh pun merasakan panasnya api tersebut.
Api Suci Membakar Sukma
Ardyn mengeluarkan sebuah jurus, ia mengayunkan pedangnya kearah Alejo yang masih tergeletak dari jarak jauh. Api berwarna hijau melesat kearahnya bersamaan dengan ayunan pedang Ardyn. Alejo yang tak sempat menghindar akhirnya terkena panasnya api tersebut hingga raganya mulai hangus.
Grooouurr...
Terdengar erangan si iblis yang merasakan hawa panas dari api tersebut.
Namun sepertinya perlawanannya dengan iblis tersebut tak selesai sampai disitu, seperti biasa tubuh Alejo kembali pulih seperti semula tanpa bekas luka bakar apapun. Ternyata itu semua berkat kekuatan keabadian yang dimiliki Ras Iblis.
Mengetahui jurus tersebut tak mempan mengenainya, Ardyn pun segera melesat ke arah Alejo untuk menghajarnya. Pertarungan antara keduanya pun menjadi sangat sengit. Mereka berdua bersama-sama mengadu kekuatan di darat maupun di udara. Tak ada seorangpun dari prajurit Ardyn maupun pejuang Suku Evren yang berani mendekati mereka karena efek kerusakan yang ditimbulkan dari pertarungan keduanya sangatlah dahsyat, sampai-sampai tanah disekitar pertempuran pun ikut bergetar.
Malam pun tiba, kini kekuatan keduanya mulai terkuras habis karena pertarungan sengit tersebut. Pertarungan mereka pun terhenti sejenak dan keduanya saling memulihkan kekuatannya dengan mengumpulkan energi disekitar.
Ardyn yang sudah selesai memulihkan kembali kekuatannya, kemudian melancarkan sebuah serangan ke arah Alejo. Namun kali ini sesuatu yang tak terduga terjadi, Alejo kini mampu menghindari serangan-serangan Ardyn dengan sangat cepat. Bahkan kecepatannya kini meningkat 2x lipat dari pertarungan pertamanya.
"Hahahaha, ada apa denganmu dewa, apa kau tak sadar dengan situasi ini?!"
Alejo terlihat tersenyum tipis dengan penuh siasat licik sambil terus menghindari serangan demi serangan yang dilakukan Ardyn.
"Jangan banyak bicara kau iblis, aku akan segera menyelesaikan ini semua!"
Sebuah cahaya seketika memancar di tangan kanan Ardyn dan ia pun segera melancarkan sebuah pukulan kepada musuhnya.
Jurus Pukulan Suci
Pukulan telak tepat mengenai kepala Alejo dan membuat tubuhnya perlahan-lahan mulai lenyap dari kepala hingga kaki akibat pukulan suci tersebut.
"Akhirnya selesai sud— Ahhkk!" belum selesai Ardyn menghela nafas, tiba-tiba sebuah pedang terlihat menembus perutnya.
"Bagaimana... mungkin... uhuk."
Kini Ardyn menyadari keberadaan Alejo dibelakangnya.
"Dewa bodoh! Harusnya kau menyadari jika Ras Iblis mampu menggandakan kekuatannya ketika kegelapan malam tiba, apa kau tak menyadari juga alasanku selalu menghindar di awal pertarungan kita hahaha," ucap Alejo tertawa lepas.
Tendangan Maut Menjerat Sukma
Tanpa basa-basi lagi, Alejo segera melepaskan sebuah tendangan yang membuat Ardyn terhempas dari udara ke arah bebatuan dan menciptakan ledakan yang membuat bebatuan tersebut hancur lebur.
Walaupun Ardyn terkena telak jurus tersebut namun ia masih mampu untuk berdiri dan menyembuhkan seluruh luka-lukanya dengan sisa kekuatannya.
"Baiklah kali ini aku benar-benar akan mengeluarkan seluruh kekuatanku... Aaaarrrrrgggh!"
Amarah dari sang Dewa membuat seluruh tubuh Ardyn memancarkan cahaya terang dan auranya kini terasa begitu kuat disekitar kerajaan tersebut. Ia kemudian mengambil pedangnya dan berjalan perlahan menuju si Iblis berada.
Terlihat beberapa pejuang Suku Evren yang mencoba menyerangnya ia tebas dengan mudah hingga tubuh mereka lenyap tak tersisa.
Disisi lain, Alejo juga telah siap untuk menyerangnya. Ia segera melesat ke arah Ardyn dan melakukan serangan dengan pedangnya. Namun tak satupun serangan itu berhasil melukainya, padahal Ardyn tidak menangkis dan menghindar serangan tersebut.
Alejo sedikit terkejut dengan kekuatannya. Kali ini ia pun mulai mengeluarkan kekuatan besarnya untuk mengimbangi kekuatan dewa tersebut. Aura kekuatan kegelapan yang dashyat pun terlihat pada tubuh Alejo.
Angin mulai berhenti berhembus. Keduanya kini saling bertatapan dan mengambil ancang-ancang untuk bersiap bertarung habis-habisan.
Sebuah lesatan dari keduanya memulai kembali pertarungan tersebut. Mereka bertarung melayang di udara hingga di ketinggian setara dengan ketinggian sebuah bukit. Kali ini setiap benturan kekuatan dari keduanya menimbulkan efek ledakan yang kuat hingga membuat petir di langit pun ikut menyambar.
Pertarungan keduanya menjadi semakin sengit dan kini keduanya mengambil ancang-ancang lagi untuk bersiap menyerang. Dengan pedang di tanganya, keduanya melesat untuk segera mengakhiri pertarungan.
Tebasan Maut : Kegelapan Abadi
Tebasan Suci : Cahaya Keabadian
Swrinnnggg... Bluuuuaarrr
Sebuah bentrokan kekuatan yang dahsyat menciptakan sebuah ledakan yang sangat besar hingga membuat bukit yang berada di dekat pertarungan tersebut ikut hancur bersama ledakan itu.
Beberapa menit berselang setelah ledakan tersebut
Sebuah tangisan kesedihan dari para prajurit Raja Ardyn pun pecah menyambut kepergian raja mereka yang tubuhnya mulai jatuh ke tanah. Tubuh sang Raja perlahan-lahan menjadi debu dan lenyap setelah kalah dalam pertarungan dasyat tersebut.
Alejo pun kembali dan berdiri di atas benteng kerajaaan.
"Hei kalian para manusia, lihatlah! Dewa bersama raja kalian kini sudah binasa bukan hahahaha. Sekarang wilayah ini menjadi kekuasaanku. Akulah iblis Abaddon, barang siapa yang tidak tunduk kepadaku maka aku akan mengutuk kalian semua!"
Terdengar suara iblis Abaddon dalam raga Alejo yang membuat para prajurit Ardyn menghentikan perang dan segera bertekuk lutut di hadapannya. Tak ada seorangpun lagi yang berani melawannya.
Dan pada akhirnya mereka semua harus menerima kenyataan bahwasanya iblis Abaddon adalah raja mereka yang sekarang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!