Problematic Couple

Problematic Couple

Gadis Malang

Udara malam terasa begitu dingin, membuat tubuh Shelin yang meriang terasa begitu menggigil. Dengan agak gemetaran, gadis belia itu mengulurkan tangannya dan meraih air mineral di atas nakas, lalu meminum obat warung yang kemarin dibelinya.

"Shelin! Ya ampun! Kamu belum siap-siap juga?" Seorang perempuan paruh baya dengan dandanan menor masuk ke dalam kamar Shelin. Kamar yang lebih pantas disebut bilik karena benar-benar hanya cukup untuk tidur saja.

Shelin tergagap, sehingga air mineral di tangannya hampir saja terjatuh.

"Maaf, Mami. Saya demam," sahut Shelin.

Lusi, Perempuan yang dipanggil Shelin dengan sebutan mami itu mendengkus sebal. Dia mendekat dan meraba kening Shelin sekilas.

"Tidak terlalu panas," gumamnya.

Suhu badan Shelin memang sudah tidak terlalu tinggi lagi karena sudah dua kali dia menenggak obat penurun panas. Akan tetapi, saat ini tubuhnya benar-benar sangat lemas dan juga agak gemetaran. Tak sanggup rasanya jika dia mesti melayani lelaki hidung belang seperti biasanya.

Shelin, umurnya masih sangat muda. Tahun ini dia baru saja lulus SMA, tapi kisah hidup yang dijalaninya sudah teramat sangat pahit. Pergi merantau ke kota demi untuk membantu ibunya yang terjerat hutang pada rentenir di kampung, ia malah menjadi korban perdagangan manusia. Gadis itu ditipu oleh teman sekampungnya sendiri dan dijual pada seorang mucikari, padahal dia dijanjikan bekerja di sebuah toko roti.

Beberapa kali hendak kabur, tapi terus saja tertangkap, pada akhirnya Shelin tak bisa mengelak. Dia mesti merelakan kegadisannya terenggut dengan cara yang menyakitkan. Belum lagi, ibunya di kampung juga terus menghubungi dan mengatakan butuh uang secepatnya. Hal itu membuat Shelin akhirnya pasrah menenggelamkan diri dalam kenistaan, meski hatinya tentu saja menjerit dibuatnya.

"Sudah minum obat?" tanya Mami Lusi lagi, membuyarkan isi kepala Shelin.

"Sudah." Shelin mengangguk. "Tadi sore minum, barusan juga minum."

Mami Lusi menghela napas sejenak. Sebenarnya, dia merasa agak prihatin dengan keadaan Shelin, tapi yang membooking Shelin kali ini adalah pelanggan tetapnya. Dia tak mau sampai kehilangan pelanggan jika sampai membatalkan bookingan tersebut. Masalahnya, lelaki itu hanya ingin Shelin, tidak mau diganti dengan gadis penghibur yang lain. Mungkin karena Shelin masih baru, sehingga masih terkesan fresh.

"Sebaiknya kamu bersiap-siap. Pak Wibowo akan segera menjemput kamu," ujar Mami Lusi kemudian memerintah.

"Tapi, Mami ...."

"Kamu sudah minum obat sejak sore tadi, itu artinya kamu akan segera membaik. Jangan sampai Pak Wibowo merasa kecewa." Mami Lusi memotong ucapan Shelin.

Shelin hanya menatap ke arah Mami Lusi dengan sendu. Bahkan di saat seperti ini dia masih dipaksa untuk melayani lelaki hidung belang. Entah sampai kapan dia harus berkubang dengan lumpur hitam menjijikkan ini.

"Kamu cuma punya waktu dua puluh menit, Shelin. Cepat mandi dan ganti bajumu. Kalau tidak kuat pakai air dingin, mandi pakai air hangat," titah Mami Lusi.

Shelin tak mampu mengucapkan kata-kata untuk melawan. Dia pun menguatkan diri dan berusaha bangkit. Tidak ada gunanya membantah, karena itu hanya akan membuatnya sengsara di tempat ini, seperti yang sudah-sudah.

"Dua puluh menit lagi Mami ke sini. Awas kalau kamu masih belum siap," tambah Mami Lusi lagi sebelum meninggalkan kamar Shelin.

Shelin pun akhirnya bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Dia mandi dengan air hangat seperti yang diperintahkan oleh Mami Lusi. Namun, tetap saja tubuhnya terasa menggigil, seolah sedang berada di tempat bersalju.

Setelah mandi yang sangat menyiksa itu, Shelin pun kembali ke kamarnya dan mengenakan pakaian yang biasa dipakai saat hendak melayani pelanggan. Tentu saja semua pakaian itu bukan miliknya, tapi pemberian dari Mami Lusi.

Setelah selesai berpakaian, giliran wajahnya juga yang Shelin poles, sehingga tak kelihatan pucat seperti sebelumnya. Sungguh sedih hatinya saat ini. Bahkan saat sakit pun dia masih tak boleh berhenti melakukan hal nista.

"Sudah selesai?" Mami Lusi kembali datang setelah dua puluh menit berlalu.

Shelin hanya menjawab dengan mengangguk pasrah.

"Ayo, orang suruhan Pak Wibowo sudah menjemput," ucap Mami Lusi.

Lagi-lagi Shelin hanya mengangguk. Dia pun berjalan mengikuti Mami Lusi dengan tubuh yang terasa sempoyongan.

Orang suruhan Wibowo mengantar Shelin ke sebuah kamar hotel. Namun, alangkah terkejutnya Shelin saat masih ke sana, tak hanya ada lelaki hidung belang yang bernama Wibowo itu, tapi juga tiga lelaki lainnya. Mereka semua melihat Shelin dengan mata kelaparan, seperti hewan buas yang melihat mangsanya.

"Sudah datang rupanya," ujar Wibowo menyambut Shelin. Lelaki itu tak segan langsung menarik Shelin ke pangkuannya.

Shelin tersentak kaget. Badannya yang sejak tahu sudah gemetar semakin bergetar hebat. Meski ini bukan pertama kalinya dia melayani Wibowo, tetap saja rasa ngeri dan jijik itu merayap di dalam hatinya.

"Kenalkan, Sayang. Mereka semua teman-temanku. Aku sangat puas dengan pelayananmu, jadi teman-temanku juga ingin mencoba tubuhmu malam ini," tambah Wibowo lagi.

"A-apa? Mereka semua?" tanya Shelin dengan agak terbata.

Wibowo tertawa melihat raut wajah Shelin.

"Kenapa kamu tegang begitu, hah?" tanya Wibowo. "Jangan takut, Sayang. Teman-temanku ini semuanya lihai bermain. Kita akan bersenang-senang."

Dada Shelin naik turun melihat wajah-wajah tiga orang lelaki di hadapannya yang saat ini sedang tertawa menanggapi ucapan Wibowo.

"Mami Lusi tidak bilang kalau Om tidak sendirian," cicit Shelin dengan nada takut-takut. Sungguh, melayani satu orang seperti Wibowo saja rasanya menjijikkan. Bagaimana mungkin dia harus melayani empat orang sekaligus? Membayangkannya saja Shelin sudah sangat takut dan juga muak.

"Justru lebih baik aku tidak memberitahu dia, Sayang. Semua tip dari teman-temanku bisa untukmu semua. Kalau Lusi tahu, kamu hanya akan dia bagi sedikit," sahut Wibowo sembari mulai mengerayangi tubuh Shelin.

Shelin memejamkan matanya dengan napas tersengal. Sebisa mungkin dia menahan agar air matanya tak jatuh. Bayangan wajah mending ayahnya terlintas, membuat hatinya terasa begitu pilu.

Andai sosok penyayang itu masih ada di dunia ini, dia tak perlu pergi ke kota untuk bekerja, sehingga musibah ini tak perlu menimpa dirinya.

"Maafkan aku, Ayah," bisik Shelin pilu dalam hati. Jelas dalam ingatannya nasihat yang selalu sang ayah berikan semasa hidup.

"Kita boleh miskin, Nak. Tapi kita harus menjalani hidup dengan terhormat. Lebih baik kelaparan daripada kenyang, tapi makan dari uang haram."

"Perempuan itu akan berharga jika punya rasa malu yang tinggi. Jangan pernah mau disentuh oleh lelaki, selain dari lelaki yang sudah menikahimu."

Dada Shelin terasa begitu sesak setiap kali teringat pada kata-kata yang diucapkan mendiang ayahnya. Rasanya dia tak kuat lagi untuk tak meledakkan tangis.

"Bisa kita mulai sekarang, Sayang? Teman-temanku sepertinya sudah tidak tahan lagi." Suara Wibowo menyeret kesadaran Shelin dengan paksa, membuatnya harus menghadapi kenyataan jika dirinya saat ini tak lebih dari seorang perempuan penghibur.

Bersambung ....

Selamat datang di cerita terbaru Mak Othor. Kita tarik kisah Shelin ke belakang sedikit, ya, supaya lebih dapat feel-nya sama Erick nanti.

Terpopuler

Comments

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

nungguin up ny mak

2024-08-18

0

Em Mooney

Em Mooney

sbnrnya ngg begitu suka cerita yg kyk ginian. bkn ap"... kasian. ngg kuat sedihnya

2023-12-31

2

M akhwan Firjatullah

M akhwan Firjatullah

astaga shelin sedih banget yakk..

2023-10-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!